Siksaan Bagi Pendosa
Banyak orang yang bersandar pada rahmat Allah, namun lalai akan siksaan-Nya yang pedih bagi para pendosa. Tulisan ini mengingatkan kita tentang bahaya mengabaikan perintah Allah dan akibatnya di akhirat nanti.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitab Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (hlm. 41-43) sebagai berikut:
Banyak orang yang bodoh bersandar pada rahmat, ampunan, dan kemurahan Allah sehingga mengabaikan perintah dan larangan. Mereka lalai terhadap siksa Allah yang amat pedih, bahkan siksa-Nya bagi orang-orang yang berbuat dosa tidak bisa ditolak. Orang yang bersandar pada ampunan Allah, tetapi terus-menerus berbuat dosa, layaknya seorang pembangkang.
Ma’ruf berkata: “Harapanmu terhadap rahmat Dzat yang tidak kamu patuhi merupakan kebodohan dan kehinaan.”
Sebagian ulama mengatakan: “Siapa saja di antara kalian yang terpotong tangannya di dunia karena mencuri tiga dirham janganlah pernah merasa aman. Sebab, dengan saja hukumannya di akhirat nanti benar-benar akan lebih daripada perbuatan tersebut.”
Seseorang melayani al-Hasan: “Kami melihatmu sering menangis.” Ia menjawab: “Aku takut Allah melemparkanku ke dalam Neraka, sedangkan Dia tidak peduli.”
Ia juga berkata: “Sungguh, terdapat suatu kaum yang dilalaikan oleh angan-angan akan ampunan Allah sehingga mereka meninggal dunia tanpa bertaubat. Salah seorang berkata: ‘Hal ini disebabkan aku banyak bersangka terhadap Rabbku.’ Ini merupakan pernyataan dusta! Sekiranya orang itu benar-benar bersangka kepada-Nya, tentu ia akan memperbaiki amalnya.”
Seorang laki-laki bertanya kepada al-Hasan: “Wahai Abu Sa’id, apa yang harus kami perbuat saat berkumpul dengan suatu kaum yang menakut-nakuti kami sampai-sampai hati kami hampir terbang?” Ia menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya berteman dengan suatu kaum yang menakut-nakutimu hingga akhirnya kamu menemukan rasa aman itu lebih baik daripada kamu berteman dengan sekelompok orang yang membuatmu merasa aman, namun pada akhirnya kamu dikejar-kejar oleh perkara-perkara yang menakutkan.”
[Hukuman bagi Dai yang Tidak Mengamalkan Ilmunya]
Disebutkan dalam ash-Shahīhain, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِيُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَطُوفُ بِهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ، مَا أَصَابَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ.
“Seorang pria didatangkan pada hari Kiamat, lalu dilemparkan ke dalam Neraka. Isi perutnya terburai, dan ia berputar-putar di Neraka seperti keledai yang berkeliling pada batu penggiling gandum. Lalu ia dikerumuni oleh penghuni Neraka, mereka berkata: ‘Wahai Fulan, apa yang menimpamu? Bukankah kamu dahulu menyuruh kami berbuat baik dan mencegah kami dari berbuat keji?’ Ia menjawab: ‘Sesungguhnya aku dahulu menyuruh kalian berbuat baik, namun aku tidak melakukannya. Aku juga mencegah kalian dari berbuat keji, namun aku melakukannya.’”
Imam Ahmad menyebutkan hadits Abu Rafi’, ia berkata: “Rasulullah pernah melewati kuburan al-Baqi’ lalu berkata: ‘Cis, cis.’ Aku mengira ucapan tersebut ditujukan kepadaku. Beliau berkata: ‘Bukan kamu yang aku maksud, tetapi penghuni kubur itu. Aku mengutusnya untuk mengambil zakat dari keluarga Fulan, tetapi ia mengambil sebuah pakaian (darinya). Sekarang, ia dikenakan pakaian yang serupa dari api Neraka.’”
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِمَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ مِقْرَاضًا مِنْ نَارٍ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: خُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا كَانُوا يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ، أَفَلَا يَعْقِلُونَ؟
“Pada malam Isra’ Mi’raj, aku melewati suatu kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting dari api Neraka. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka?’ Mereka (Jibril dan para Malaikat) menjawab: ‘Para khathib (tukang khutbah) dari umatmu di dunia. Mereka menyuruh manusia untuk melakukan kebaikan, namun mereka melupakan diri sendiri. Tidakkah mereka berpikir?’”
[Hukuman bagi Tukang Ghibah]
Masih dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِلَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ.
“Tatkala aku dimikrajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga yang mereka gunakan untuk mencakar wajah dan dada sendiri. Aku pun bertanya: ‘Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Ia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (melakukan ghibah) dan menodai kehormatan mereka.’” (HR. Ahmad, 3:224; Abu Daud, no. 4878, 4879; Ibnu Abid Dunya dalam Ash-Shumtu, no. 165, 572. Syaikh ‘Ali Al-Halabi Al-Atsari mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
[Hati Manusia Bisa Berbolak-Balik, Hanya Allah yang Beri Petunjuk]
Disebutkan pula dalam kitab yang sama, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Nabi sering mengucapkan:
ِيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ. فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا؟ قَالَ: نَعَمْ، إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ إِصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ شَاءَ.
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.” Kami menyahut: “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa, apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?” Beliau menjawab: “Benar. Sungguh hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah; Dia membolak-balikkan sesuai dengan kehendak-Nya.”
[Malaikat Malik Tak Pernah Tertawa]
Disebutkan juga dalam kitab tersebut, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril:
ِمَا لِي لَمْ أَرَ مِيكَائِيلَ ضَاحِكًا قَطُّ. قَالَ: مَا ضَحِكَ مُنْذُ خُلِقَتِ النَّارُ.
“Mengapa aku belum pernah melihat Malaikat Mikail tertawa?” Jibril menjawab: “Ia tidak pernah tertawa sejak Neraka diciptakan.”
[Saat Penduduk Neraka Merasakan Siksa, Penduduk Surga Merasakan Nikmat]
Di dalam Shahih Muslim, juga dari Anas, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِيُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ: يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللهِ يَا رَبِّ، مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ، وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ.
“Didatangkan orang yang paling menikmati hidup di dunia dari kalangan penghuni Neraka, lalu dicelupkan ke dalam Neraka sekali celupan, kemudian ditanya: ‘Wahai anak Adam, pernahkah engkau melihat kebaikan? Pernahkah engkau merasakan kenikmatan?’ Maka ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku.’ Dan didatangkan pula orang yang paling menderita di dunia dari kalangan penghuni Surga, lalu dicelupkan ke dalam Surga sekali celupan, kemudian ditanya: ‘Wahai anak Adam, pernahkah engkau merasakan penderitaan? Pernahkah engkau mengalami kesulitan?’ Maka ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku, aku tidak pernah merasakan penderitaan, dan aku tidak pernah melihat kesulitan.’”
“Dihadirkan salah seorang calon penghuni Neraka yang sewaktu di dunia adalah orang yang paling banyak mendapat kesenangan. Lantas, ia dicelupkan ke dalam Neraka, sekali celupan, lalu ditanya: ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat suatu kebaikan? Apakah kamu pernah merasakan suatu kesenangan?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, tidak pernah, wahai Rabbku.’ Selanjutnya, dihadirkan salah seorang calon penghuni Surga yang sewaktu di dunia adalah orang yang paling sengsara. Lantas, ia dicelupkan ke dalam Surga, sekali celupan, lalu ditanya: ‘Wahai Anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesengsaraan? Apakah kamu pernah mengalami penderitaan?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, tidak pernah, wahai Rabbku’. Aku tidak pernah mengalami kesengsaraan dan aku tidak pernah melihat penderitaan.”
[Hukuman bagi Pecandu Khamr]
Dalam Shahih Muslim, dari Jabir, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda:
ِ(كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَهِدَ إِلَى مَنْ شَرِبَ الْمُسْكِرَاتِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ. قِيلَ: وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ؟ قَالَ: عُرَاقُ أَهْلِ النَّارِ، أَوْ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ.)
“Setiap yang memabukkan itu haram. Sesungguhnya Allah berjanji terhadap siapa saja yang meminum minuman yang memabukkan bahwa ia akan diberi minum dari thinatu khabal.” Ada yang bertanya: “Apa maksud dari thinatu khabal?” Beliau kemudian menjawab: “Keringat atau cairan perasan tubuh penghuni Neraka.”
Baca juga: Khamr itu Biang Kerusakan
[Kubur Disempitlkan]
Di dalam Al-Musnad, dari hadits Hudzaifah, ia menuturkan, “Kami pernah mengiringi sebuah jenazah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setibanya di kuburan, beliau duduk di tepinya dan berkali-kali melihat ke dalamnya. Beliau pun bersabda,
يُضْغَطُ المُؤْمِنُ فِيْهِ ضَغْطَةً تَزُولُ مِنْهَا حَمَائِلُهُ، وَيُمْلَأُ عَلَى الْكَافِرِ نَارًا
“Di dalam kubur, orang Mukmin dihimpit dengan suatu himpitan yang menghancurkan urat-urat kedua testisnya, sedangkan kuburan orang kafir dipenuhi dengan api.” Arti dari al-hama-il (الحَمَائِلُ) adalah urat-urat kedua testis.
Di dalam al-Musnad, dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kami pernah pergi bersama Rasulullah ke tempat Sa’ad bin Mu’adz ketika ia meninggal. Setelah Rasulullah menshalatkannya dan jenazahnya diletakkan di dalam kubur, serta kuburan tersebut telah diratakan, beliau bertasbih. Kami bertasbih dalam waktu yang lama. Sesudah itu, beliau bertakbir. Kami kembali bertakbir dalam waktu yang lama. Ada yang bertanya: ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau bertasbih kemudian bertakbir?’ Beliau menjawab:
ِ(لَقَدْ تَضَايَقَ القَبْرُ عَلَى هَذَا العَبْدِ الصَّالِحِ ضَمَّةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا.)
“Kuburan tersebut telah menghimpit hamba yang salih ini, hingga akhirnya Allah melapangkannya.”
[Jenazah Orang Saleh dan Tidak Saleh di Kubur]
Di dalam Shahihul Bukhari, dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
ِ(إِذَا وُضِعَتِ الْجَنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ: قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ: يَا وَيْلَهَا أَيْنَ تَذْهَبُونَ بِهَا، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الإِنسَانَ، وَلَوْ سَمِعَهُ الإِنسَانُ لَصَعِقَ.)
“Ketika jenazah telah diletakkan dan diusung oleh orang-orang di atas pundak-pundak mereka, jika dahulu ia orang yang shalih, ia berkata: ‘Segerakan aku, segerakan aku.’ Namun jika dahulu ia bukan orang yang saleh, ia berkata: ‘Duhai, celakalah aku, ke mana kalian membawaku?’ Suaranya terdengar oleh semua makhluk, kecuali manusia. Seandainya manusia mendengarnya, tentulah ia akan pingsan.”
[Panasnya Hari Kiamat]
Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Abu Umamah radhiyallahu ’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
ِ(تَدْنُو الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى قَدْرِ مِيلٍ، وَيَزْدَادُ فِي حَرِّهَا كَذَا وَكَذَا، فَتَغْلِي مِنْهَا الرُّءُوسُ كَمَا تَغْلِي الْقُدُورُ، يَعْرَقُونَ فِيهَا عَلَى قَدْرِ خَطَايَاهُمْ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى سَاقَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى وَسَطِهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْجِمُهُ الْعَرَقُ.)
“Pada hari Kiamat, matahari mendekat hingga jaraknya menjadi satu mil. Panasnya akan ditambah sekian dan sekian. Kepala-kepala mendidih seperti panci yang mendidih. Orang-orang mengeluarkan keringat sesuai dengan dosa-dosa mereka; ada yang sampai mata kakinya, ada yang sampai kedua betisnya, ada pula yang sampai separuh tubuhnya (pinggang), dan ada yang sampai ke mulutnya.”
[Malaikat Israfil Sudah Bersiap-Siap]
Di dalam al-Musnad, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, dari Nabi, bahwa beliau bersabda:
ِ(كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ، وَحَتَّى جَبْهَتُهُ مَعَ يُؤْمَرُ فَيَنْفُخُ؟ فَقَالَ أَصْحَابُهُ: كَيْفَ نَقُولُ؟ قَالَ: (حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا).
“Bagaimana mungkin aku hidup senang, sedang pemilik sangkakala telah siap meniup sangkakala di mulutnya? Dahinya menunduk, ia mendengarkan secara saksama kapan ia diperintahkan untuk meniupnya.” Para Sahabat bertanya: “Apa yang harus kita ucapkan?” Beliau menjawab: “Katakanlah: ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil, ‘alallahi tawakkalna’ (Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik penolong. Kami bertawakal kepada-Nya).”
[Hukuman bagi Orang Sombong]
Di dalam al-Musnad dari Ibnu Umar, ia meriwayatkannya secara marfu’ (periwayatan hadis yang sampai kepada Nabi):
ِ((مَنْ تعظم فِي نَفْسِهِ، أَوْ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ، لَقِيَ اللَّهَ تَعَالَى وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانٌ))
“Siapa yang membanggakan diri dan congkak dalam gaya jalannya, niscaya ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya.”
[Hukuman bagi Perupa Makhluk Bernyawa]
Di dalam ash-Shahihain, dari Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
ِ((إِنَّ الْمُصَوِّرِينَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَيُقَالُ لَهُمْ: أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ))
“Sesungguhnya para penggambar akan diadzab pada hari Kiamat. Akan dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah apa yang kalian buat.’”
Baca juga:
[Penduduk Surga ketika di Dalam Kubur]
Di dalam ash-Shahihain, dari Ibnu Umar, dari Nabi, bahwa beliau bersabda:
ِ((إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ))
“Sesungguhnya jika salah seorang kalian meninggal dunia, maka akan ditampakkan kepadanya tempat duduknya kelak, pada waktu pagi dan petang. Jika ia termasuk penghuni Surga, maka ia akan melihat tempat duduknya di Surga. Jika ia termasuk penghuni Neraka, maka ia akan melihat tempat duduknya di Neraka. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Inilah tempat dudukmu hingga kelak Allah membangkitkanmu pada hari Kiamat.’”
[Kezaliman Akan Diselesaikan pada Hari Kiamat]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِمَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang pernah berbuat zalim terhadap kehormatan saudaranya atau mengambil sesuatu darinya, hendaknya segera meminta maaf dan kehalalannya (di dunia ini) sebelum tiba hari di mana dinar dan dirham tak lagi bermanfaat. Jika tidak, maka pada hari kiamat, amal salehnya akan diambil sebanding dengan kezaliman yang telah diperbuat. Jika ia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan orang yang pernah ia zalimi akan dipindahkan kepadanya.” (HR. Bukhari, no. 2449)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya,
ِأَتَدْرُونَ ما المُفْلِسُ؟ قالوا: المُفْلِسُ فِينا مَن لا دِرْهَمَ له ولا مَتاعَ، فقالَ: إنَّ المُفْلِسَ مِن أُمَّتي يَأْتي يَومَ القِيامَةِ بصَلاةٍ، وصِيامٍ، وزَكاةٍ، ويَأْتي قدْ شَتَمَ هذا، وقَذَفَ هذا، وأَكَلَ مالَ هذا، وسَفَكَ دَمَ هذا، وضَرَبَ هذا، فيُعْطَى هذا مِن حَسَناتِهِ، وهذا مِن حَسَناتِهِ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُهُ قَبْلَ أنْ يُقْضَى ما عليه أُخِذَ مِن خَطاياهُمْ فَطُرِحَتْ عليه، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ.
“Tahukah kalian siapa yang disebut sebagai orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah yang tidak memiliki uang atau harta benda.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang benar-benar bangkrut dari kalangan umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, di saat yang sama, mereka juga membawa dosa karena pernah mencela, menuduh tanpa bukti, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul sesama. Maka kelak, kebaikan-kebaikan yang dimilikinya akan diberikan kepada orang-orang yang pernah ia zalimi. Jika seluruh amal kebaikannya telah habis, sedangkan dosa kezalimannya belum terbayar, dosa-dosa orang yang terzalimi akan dipindahkan kepadanya. Akhirnya, dia pun akan dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim, no. 2581)
Baca juga: Dosa Kezaliman, Ingatlah dan Mintalah Maaf
[Merampas Tanah Orang Lain]
Dalam Kitab Ash-Shahih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ«مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ بِغَيْرِ حَقِّهِ خُسِفَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى سَبْعِ أَرَضِينَ» .
“Barang siapa yang mengambil sejengkal tanah secara tidak sah, maka ia akan ditenggelamkan pada hari kiamat hingga kedalaman tujuh lapis bumi.”
Baca juga:
[Panasnya Neraka Jahannam]
Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ«نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ بَنُو آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ، قَالُوا:وَاللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةٌ، قَالَ: فَإِنَّهَا قَدْ فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا» .
[Gara-Gara Qurban dengan Lalat Bisa Masuk Neraka]
Imam Ahmad berkata, “Kami diberitahu Abu Mu’awiyah; kami diberitahu al-A’masy; dari Salman bin Maisarah, dari Thariq bin Syihab, ia me-marfu’-kannya, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ: «دَخَلَ رَجُلٌ الْجَنَّةَ فِي ذُبَابٍ، وَدَخَلَ رَجُلٌ النَّارَ فِي ذُبَابٍ، قَالُوا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ مَرَّ رَجُلَانِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لَا يَجُوزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئًا، فَقَالُوا لِأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ، فَقَالَ لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ، قَالُوا قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا، فَخَلَّوْا سَبِيلَهُ، فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ، فَقَالَ: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ شَيْئًا مِنْ دُونِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَضَرَبُوا عُنُقَهُ، فَدَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهَذِهِ الْكَلِمَةُ الْوَاحِدَةُ يَتَكَلَّمُ بِهَا الْعَبْدُ يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.
“Seseorang masuk Surga disebabkan seekor lalat dan seorang lainnya masuk Neraka disebabkan seekor lalat.” “Bagaimana itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?” tanya para Sahabat. Beliau kemudian menjelaskan, “Ada dua orang yang melewati suatu kaum yang memiliki patung; sementara tidak ada seorang pun yang boleh melewatinya melainkan harus mempersembahkan sesuatu. Kaum tadi berkata kepada salah seorang dari keduanya, ‘Berqurbanlah dengan sesuatu.’ Ia menjawab, ‘Aku tidak memiliki sesuatu pun.’ ‘Berqurbanlah walaupun hanya dengan seekor lalat.’ Orang itu lalu berqurban dengan seekor lalat dan mereka pun membiarkannya meneruskan perjalanan. Karena itulah ia masuk Neraka. Selanjutnya, kaum itu berkata kepada orang kedua: ‘Berqurbanlah dengan sesuatu.’ ‘Aku tidak mau berqurban dengan sesuatu untuk siapa pun juga selain Allah,’ jawabnya. Mereka lantas memenggal lehernya, dan ia pun masuk Surga.”
Nabi melanjutkan sabdanya, “Inilah satu kalimat yang diucapkan oleh seorang hamba sehingga menyebabkannya jatuh ke dalam Neraka (yang kedalamannya) lebih jauh dibandingkan jarak antara timur dan barat.”
Baca juga: Masuk Neraka Karena Lalat
Referensi:
Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (Al-Jawaab Al-Kaafi liman Sa-ala ‘an Ad-Dawaa’ Asy-Syaafi). Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Penerbit Daar Ibnul Jauzi.
Baca Juga:
- Doa Meminta Perlindungan dari Siksa Neraka, dari Kejelekan Kaya dan Miskin
- 70.000 Orang yang Masuk Surga Tanpa Siksa
–
Diselesaikan pada 28 Rabiul Awal 1446 H, 2 Oktober 2024 @ Perjalanan Gunungkidul – Sekar Kedhaton
Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com