Amalan

Dua Kebahagiaan Ketika Hari Raya Idul Fithri

Orang yang berpuasa akan merasakan kebahagiaan pada hari rayanya. Kebahagiaan ini hanya dirasakan bagi orang yang berpuasa, bukan untuk orang yang mengaku Islam namun enggan menjalani ibadah wajib puasa di bulan Ramadhan. Orang yang tidak puasa tanpa uzur tidak pantas merasakan kebahagiaan di hari raya. Kebahagiaan apa yang dimaksud?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Bagi orang yang berpuasa akan merasakan dua kebahagiaan: (1) kebahagiaan ketika berbuka, dan (2) kebahagiaan ketika berjumpa dengan Allah.” (HR. Muslim no. 1151)

Ketika berhari raya Idul Fithri, berarti muslim yang berpuasa merasakan pula dua kebahagiaan di atas. Karena Idul Fithri adalah hari raya di mana kaum muslimin tidak lagi berpuasa. ‘Ied berarti sesuatu yang terus berulang, sedangkan fithri berarti keadaan kembali lagi berbuka, alias tidak berpuasa. Ini berarti sekali lagi, orang yang berpuasa ketika berhari raya merasakan kebahagiaan.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hati asalnya sangat tertarik dengan berbagai syahwat seperti makan, minum dan berhubungan intim dengan pasangan. Jika suatu waktu hal itu dilarang, namun kembali dibolehkan di waktu lainnya, maka ketika hal itu dibolehkan hati akan berbahagia. Lebih-lebih jika hati begitu berharap untuk merasakannya. Karena dengan syahwat tadi jiwa begitu tertarik. Jika suatu perkara ditinggalkan, lalu disukai oleh Allah, maka itu berarti sesuatu yang disukai secara syar’i. Orang yang berpuasa ketika hari raya demikian adanya. Ketika Allah melarang pada seseorang di siang hari Ramadhan dan membolehkannya berbagai syahwat di malam harinya, maka jika seseorang menyegerakan berbuka di awal malam, maka itu lebih disukai. Allah dan malaikat pun di akhir malam mendo’akan orang yang makan sahur.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 278-279).

Sedangkan kebahagiaan kedua adalah ketika berjumpa dengan Allah. Maksudnya kata Ibnu Rajab, orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tersimpan di sisi Allah dari amalan puasanya. Ia akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. ” (QS. Al Muzammil: 20).

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya)” (QS. Ali Imran: 30).

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Al Zalzalah: 7). Lihat Lathoiful Ma’arif, hal. 280.

Semoga kita bisa merasakan dua kebahagiaan di atas ketika hari raya kita nanti.

 

Baca Juga:

Referensi:

Lathoiful Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.

Disusun di Warung Nasi Goreng, Jetis, Saptosari, Gunungkidul, malam 27 Ramadhan 1434 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button