Amalan

Doa Agar Amal Diterima dan Taubat Diterima, Teladan dari Nabi Ibrahim dan Ismail

Pernahkah kita khawatir apakah amal kita benar-benar diterima oleh Allah? Nabi Ibrahim dan Ismail saja memohon dengan penuh harap agar amal mereka diterima, padahal mereka sedang melaksanakan perintah langsung dari Rabb mereka.

 

Amalan Para Salaf

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,

كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ، ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُم

“Para salaf selalu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa diperjumpakan dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 369)

 

Doa Agar Amal Diterima, Meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail

Pernahkah kita bertanya dalam hati, “Apakah amal ibadahku diterima oleh Allah?” Nabi Ibrahim dan Ismail yang diangkat derajatnya oleh Allah saja memohon agar amal mereka diterima, apalagi kita yang penuh kekurangan ini.

 

Doa Nabi Ibrahim dan Ismail Saat Mendirikan Ka’bah

Ketika membangun fondasi Ka’bah atas perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Ismail tak hanya bekerja keras secara fisik. Mereka juga tak lepas dari berdoa dan menggantungkan harapan pada Allah. Allah Ta‘ala mengabadikan doa mereka dalam firman-Nya:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِيمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): ‘Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’” (QS. Al-Baqarah: 127)

Doa ini bukan sekadar pengharapan, tetapi juga cerminan rasa rendah hati di hadapan Allah. Mereka sadar, meski mereka melakukan ibadah agung atas perintah langsung dari Rabb mereka, itu belum menjamin diterimanya amal mereka.

 

Doa Memohon Taufik untuk Ibadah dan Taubat

Tak cukup hanya dengan doa agar amal diterima, mereka juga meminta agar senantiasa menjadi hamba yang tunduk dan mendapatkan petunjuk untuk beribadah dengan benar:

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami, serta terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah: 128)

Makna Mendalam dari Doa Ini

Doa ini mengandung beberapa makna mendalam:

1. Harapan diterimanya amal: Meski ibadah itu dilakukan dengan ikhlas dan sesuai perintah, para nabi tetap khawatir akan tidak diterimanya amal. Maka dari itu, mereka berdoa:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

2. Permintaan taubat:

وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Karena manusia, sebaik apapun amalnya, tak lepas dari kekurangan yang memerlukan ampunan Allah.

3. Menjadi muslim sejati dan memiliki keturunan yang taat:

Mereka meminta agar diri mereka dan anak keturunan mereka menjadi umat yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Ini menunjukkan pentingnya mendoakan keturunan agar istiqamah dalam Islam.

4. Tawassul dengan Asmaul Husna:

Penyebutan nama Allah “As-Samii‘”, “Al-‘Aliim”, “At-Tawwaab, dan “Ar-Rahiim” adalah bentuk tawassul yang diajarkan dalam Al-Qur’an, karena nama-nama itu selaras dengan isi doa yang dipanjatkan.

Baca juga: Makna At-Tawwab, Allah Maha Menerima Taubat Berkali-Kali Tanpa Batas

 

Pelajaran Penting dari Doa Ini

Berikut beberapa pelajaran berharga dari ayat ini:

  1. Pentingnya amal diterima, bukan sekadar banyaknya amal.
  2. Kita harus tetap berdoa setelah beramal, bukan hanya sebelum.
  3. Ibadah yang dilakukan dengan penuh rasa harap dan takut adalah ciri amal yang ikhlas.
  4. Doa adalah senjata utama para nabi.
  5. Hindari merasa bangga atas amal sendiri.
  6. Sertakan anak keturunan dalam doa-doa kita.
  7. Jangan pernah merasa cukup dengan amal yang telah dikerjakan.

 

Kesimpulan: Amal Baik Saja Tidak Cukup

Nabi Ibrahim dan Ismail telah mengajarkan kepada kita bahwa sekadar mengerjakan amal baik belum tentu cukup. Amal tersebut harus disertai dengan ikhlas, sesuai sunnah, serta dibarengi dengan permohonan agar diterima oleh Allah.

Mari kita biasakan berdoa setelah beramal:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

RABBANAA TAQABBAL MINNAA, INNAKA ANTAS-SAMII’UL-‘ALIIM.

WA TUB ‘ALAINAA, INNAKA ANTAT-TAWWAABUR-RAHIIM.

Semoga Allah menerima seluruh amal kita, mengampuni kekurangan kita, dan menjadikan kita serta keturunan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang tunduk dan taat. Aamiin.

 

Referensi: Kalamtayeb.Com

 

 

Ditulis pada Jumat pagi, 12 Syawal 1446 H, 11 April 2025 di Darush Sholihin

Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prove your humanity: 0   +   4   =  

Back to top button