Amalan

Doa Indah yang Mengubah Hidup: Makna dan Pelajaran Mendalam (Doa Ammar bin Yasir)

Doa memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah hati dan kehidupan seseorang, terutama jika dipahami maknanya dengan mendalam. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ kepada sahabatnya, Ammar bin Yasir, mengandung pelajaran tentang kepasrahan, keteguhan iman, dan kerinduan kepada Allah. Dengan meresapi doa ini, kita tidak hanya menghafalnya, tetapi juga menjadikannya sebagai panduan dalam menghadapi kehidupan.

 

 

Haditsnya,

عن [السائب بن مالك] قال: صلى بنا عمار بن ياسر رضي الله عنه صلاة فأوجز فقال له بعض القوم: لقد خففت أو أوجزت الصلاة فقال: أما على ذلك فقد دعوت فيها بدعوات سمعتهن من رسول الله صلى الله عليه وسلم فلما قام تبعه رجل من القوم فسأله عن الدعاء؟ فقال: اللهمَّ بعِلْمِكَ الغيبَ وقُدْرَتِكَ عَلَى الخلَقِ ، أحْيِني ما علِمْتَ الحياةَ خيرًا لِي ، وتَوَفَّنِي إذا عَلِمْتَ الوفَاةَ خيرًا لي ، اللهمَّ إِنَّي أسألُكَ خشْيَتَكَ في الغيبِ والشهادَةِ ، و أسأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا والغضَبِ ، وأسألُكَ القصدَ في الفقرِ والغِنَى ، وأسألُكَ نعيمًا لَا ينفَدُ ، و أسالُكَ قرَّةَ عينٍ لا تنقَطِعُ ، وأسألُكَ الرِّضَى بعدَ القضاءِ ، وأسألُكَ برْدَ العيشِ بعدَ الموْتِ ، وأسألُكَ لذَّةَ النظرِ إلى وجهِكَ ، والشوْقَ إلى لقائِكَ في غيرِ ضراءَ مُضِرَّةٍ ، ولا فتنةٍ مُضِلَّةٍ ، اللهم زيِّنَّا بزينَةِ الإيمانِ ، واجعلنا هُداةً مهتدينَ

Dari [As-Sā`ib bin Mālik], ia berkata: “Ammār bin Yāsir radhiyallāhu ‘anhu mengimami kami dalam shalat, dan ia meringankannya (memendekkannya). Maka seseorang dari jamaah berkata kepadanya, ‘Sungguh, engkau telah meringankan atau memendekkan shalat.’”

Ammār pun menjawab: “Ketahuilah bahwa di dalamnya aku telah berdoa dengan doa yang pernah kudengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Setelah selesai shalat, seseorang dari jamaah mengikutinya dan bertanya tentang doa tersebut. Lalu Ammār menjawab:

اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الخَلْقِ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الحَيَاةَ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الوَفَاةَ خَيْرًا لِي، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الحَقِّ فِي الرِّضَا وَالغَضَبِ، وَأَسْأَلُكَ القَصْدَ فِي الفَقْرِ وَالغِنَى، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ القَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ العَيْشِ بَعْدَ المَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءِ مُضِرَّةٍ، وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ.

ALLAHUMMA BI ‘ILMIKAL-GHAIBA WA QUDRATIKA ‘ALAL-KHALQI, AHYINI MAA ‘ALIMTAL-HAYAATA KHAYRAN LII, WA TAWAFFANII IDZAA ‘ALIMTAL-WAFAATA KHAYRAN LII.

ALLAHUMMA INNII AS-ALUKA KHASYYATAKA FIL-GHAYBI WASY-SYAHAADAH, WA AS-ALUKA KALIMATAL-HAQQI FIR-RIDHAA WAL-GHADAB, WA AS-ALUKA AL-QASHDA FIL-FAQRI WAL-GHINAA, WA AS-ALUKA NA’IIMAN LAA YANFAD, WA AS-ALUKA QURRATA ‘AYNIN LAA TANQATI’, WA AS-ALUKA AR-RIDHAA BA’DAL-QADHAA’, WA AS-ALUKA BARDA AL-‘AYSYI BA’DAL-MAWT, WA AS-ALUKA LADZDZATAN-NAZHORI ILAA WAJHIKA, WASY-SYAWQA ILAA LIQAA’IKA FIY GHAYRI DHARRAA’IN MUDHIRRAH, WA LAA FITNATIN MUDHILLAH.

ALLAHUMMA ZAYYINNAA BI ZIINATIL-IIMAAN, WAJ’ALNAA HUDAATAN MUHTADIIN.

Artinya: Ya Allah, dengan ilmu-Mu tentang hal yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku selama Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan. Aku juga memohon kepada-Mu kalimat kebenaran dalam keadaan ridha maupun marah. Aku memohon kepada-Mu sikap tengah (pertengahan) dalam keadaan miskin maupun kaya. Aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak akan pernah habis. Aku memohon kepada-Mu kebahagiaan yang tidak akan terputus.

Aku memohon kepada-Mu keridhaan setelah qadha’ (takdir)-Mu. Aku memohon kepada-Mu kesejukan hidup setelah kematian. Aku memohon kepada-Mu kelezatan dalam memandang wajah-Mu, dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu, tanpa penderitaan yang membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.

Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami orang-orang yang memberi petunjuk serta mendapat petunjuk.

(HR. An-Nasa’i, no. 1305, dan Ahmad, no. 18351, dari sahabat Ammar bin Yasir, hadis ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Kalim At-Tayyib, no. 106)

 

Pelajaran dari Doa Ini

1. Kepasrahan kepada Takdir Allah

“Allahumma bi ‘ilmikal-ghaiba wa qudratika ‘alal-khalqi, ahyini maa ‘alimtal-hayaata khayran lii, wa tawaffanii idzaa ‘alimtal-wafaata khayran lii.”

Terjemahan:

“Ya Allah, dengan ilmu-Mu tentang hal yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku selama Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku.”

Pelajaran:

  • Hidup dan mati bukan tentang keinginan kita, tetapi tentang apa yang terbaik menurut Allah.
  • Kadang kita memohon panjang umur, padahal bisa jadi hidup lebih lama justru menjerumuskan kita.
  • Kadang kita takut mati, padahal bisa jadi kematian adalah bentuk rahmat Allah yang menyelamatkan kita dari fitnah dunia.
  • Doa ini mengajarkan kita untuk ridha dengan takdir-Nya, menerima apa pun keputusan Allah dengan lapang dada.

2. Memohon Rasa Takut kepada Allah di Segala Keadaan

“Allahumma innii as-aluka khasyyataka fil-ghaybi wasy-syahaadah.”

Terjemahan:

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.”

Pelajaran:

  • Takut kepada Allah adalah tanda hati yang hidup dan iman yang kuat.
  • Jangan hanya terlihat shalih di depan orang lain, tetapi juga tetap takut kepada Allah ketika sendirian.
  • Kejujuran iman terlihat dari bagaimana seseorang menjaga dirinya dari dosa saat tidak ada yang melihat.
  • Rasa takut kepada Allah membuat kita selalu waspada terhadap perbuatan dosa, baik kecil maupun besar.

3. Memohon Keberanian Berkata Benar

“Wa as-aluka kalimatal-haqqi fir-ridhaa wal-ghadab.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu kalimat kebenaran dalam keadaan ridha maupun marah.”

Pelajaran:

  • Jangan biarkan emosi menguasai lisan kita.
  • Saat senang, kita mudah melupakan kebenaran dan terlalu memuji sesuatu yang tidak layak.
  • Saat marah, kita mudah berkata kasar dan zalim.
  • Orang beriman harus mampu berkata jujur, adil, dan tidak berat sebelah dalam segala keadaan.

4. Memohon Sifat Pertengahan dalam Harta

“Wa as-aluka al-qashda fil-faqri wal-ghinaa.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu sikap pertengahan dalam keadaan miskin maupun kaya.”

Pelajaran:

  • Kaya bisa membuat sombong, miskin bisa membuat putus asa.
  • Sikap pertengahan membuat kita tetap bersyukur saat kaya dan tetap sabar saat miskin.
  • Keseimbangan ini menjaga hati dari cinta dunia yang berlebihan.

5. Memohon Kenikmatan yang Abadi

“Wa as-aluka na’iiman laa yanfad.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak akan habis.”

Pelajaran:

  • Dunia penuh dengan nikmat sementara yang cepat hilang.
  • Kita meminta nikmat sejati, yaitu kenikmatan akhirat yang kekal.
  • Surga adalah satu-satunya tempat di mana nikmat tidak akan pernah berakhir.

6. Memohon Kebahagiaan yang Tidak Terputus

“Wa as-aluka qurrata ‘aynin laa tanqati’.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu kebahagiaan yang tidak akan terputus.”

Pelajaran:

  • Dunia penuh kebahagiaan sesaat, tetapi kebahagiaan sejati ada di dekat Allah.
  • Hanya kebahagiaan karena Allah yang tidak akan pernah hilang.
  • Ketentraman hati datang dari keimanan yang kuat.

7. Memohon Ridha Setelah Takdir Berlaku

“Wa as-aluka ar-ridhaa ba’dal-qadhaa’.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu keridhaan setelah ketetapan-Mu terjadi.”

Pelajaran:

  • Takdir Allah selalu yang terbaik, meskipun sulit kita pahami.
  • Ridha setelah takdir terjadi adalah tanda iman yang kuat.
  • Hidup akan lebih tenang jika kita mampu menerima ketetapan Allah dengan lapang dada.

8. Memohon Kesejukan Hidup Setelah Kematian

“Wa as-aluka barda al-‘aysyi ba’dal-mawt.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu kesejukan hidup setelah kematian.”

Pelajaran:

  • Kematian bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang.
  • Kita meminta ketenangan di alam barzakh dan kebahagiaan di akhirat.
  • Orang yang beramal baik akan mendapatkan ketenangan setelah kematian.

9. Memohon Kelezatan Memandang Wajah Allah dan Kerinduan Bertemu-Nya

“Wa as-aluka ladzdzatan-nazhori ilaa wajhika, wasy-syawqa ilaa liqaa’ika fi ghayri dharraa’in mudhirrah, wa laa fitnatin mudhillah.”

Terjemahan:

“Aku memohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu, tanpa penderitaan yang membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.”

Pelajaran:

  • Kenikmatan tertinggi di surga adalah melihat Allah secara langsung.
  • Semakin kita dekat dengan Allah di dunia, semakin besar kerinduan kita untuk bertemu-Nya.
  • Kita meminta kesempatan bertemu Allah dalam keadaan baik, tanpa penderitaan dan tanpa tergelincir dalam kesesatan.

10. Memohon Perhiasan Iman dan Menjadi Petunjuk bagi Orang Lain

“Allahumma zayyinnaa bi ziinatil-iimaan, waj’alnaa hudaatan muhtadiin.”

Terjemahan:

“Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami orang-orang yang memberi petunjuk serta mendapat petunjuk.”

Pelajaran:

  • Iman adalah perhiasan sejati yang lebih berharga daripada harta dunia.
  • Kita tidak hanya ingin menjadi orang baik, tetapi juga ingin menjadi pembimbing kebaikan bagi orang lain.
  • Menjadi petunjuk bagi orang lain adalah tugas mulia yang bisa mengantarkan kita pada keberkahan hidup.

Baca juga: Doa Shalat Istikharah

 

Kesimpulan

  1. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi panduan hidup bagi orang beriman.
  2. Kita diajarkan untuk pasrah kepada Allah, bersikap adil, menjaga keseimbangan hidup, dan selalu merindukan pertemuan dengan-Nya.
  3. Doa ini adalah refleksi dari hati yang ingin lebih dekat dengan Allah dan hidup dengan penuh makna.

Semoga dengan memahami maknanya, doa ini semakin masuk ke dalam hati kita dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Aamiin.

Senin pagi, 3 Ramadhan 1446 H @ Pesantren Darush Sholihin

Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button