Benarkah Sudah Bersyahadat? Ini Makna Syahadat Muhammad Rasulullah yang Sebenarnya
Banyak yang mengucapkan syahadat, tapi belum tentu paham apa makna “Muhammad adalah utusan Allah.” Syahadat ini punya konsekuensi: harus taat, percaya, menjauhi larangan, dan beribadah sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa empat hal ini, syahadat bisa jadi hanya formalitas di lisan. Yuk pahami maknanya agar benar-benar menjadi umat Nabi yang sejati.
Makna syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah mengandung empat unsur pokok:
- Mentaati beliau dalam segala yang diperintahkan.
- Membenarkan semua yang beliau kabarkan.
- Menjauhi apa yang beliau larang dan cegah.
- Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan syariat yang beliau bawa.
Empat hal ini adalah syarat sah dan kesempurnaan syahadat kita kepada beliau. Maka, setiap perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus ditaati, baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Perintah wajib tidak boleh ditinggalkan, sementara perintah sunnah, meskipun tidak mengikat, tetaplah sangat dianjurkan dan berpahala bila dilakukan.
Firman Allah:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ}
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (QS. An-Nisā’: 64)
Karena ketaatan kepada Rasul berarti ketaatan kepada Allah. Sebab, apa yang beliau bawa adalah wahyu dari Allah, bukan kehendaknya sendiri. Allah berfirman:
{إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ}
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS. Yūsuf: 40)
Sayangnya, banyak orang yang mengucapkan syahadat dalam shalat dan saat adzan, tetapi mereka belum mewujudkan makna syahadat itu dalam kehidupan. Padahal Allah berfirman:
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا}
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Ḥasyr: 7)
Begitu pula dalam hal membenarkan semua kabar yang beliau sampaikan. Sebab beliau tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsu. Apa yang beliau sampaikan adalah wahyu yang pasti benar. Orang yang mendustakan beliau berarti belum mengakui secara sempurna bahwa beliau adalah utusan Allah.
Yang ketiga, menjauhi apa yang beliau larang. Banyak umat Islam yang lalai dalam hal ini. Mereka masih mengerjakan larangan Rasul dalam ibadah, akhlak, dan muamalah. Ini menunjukkan lemahnya iman. Dalam Islam, perintah disesuaikan dengan kemampuan, sedangkan larangan tidak ada toleransi—wajib dijauhi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“ما نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ، وَما أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ ما اسْتَطَعْتُمْ”
“Apa yang aku larang maka jauhilah, dan apa yang aku perintahkan maka laksanakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang keempat, tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan. Ini adalah prinsip penting dalam agama. Ibadah tidak boleh dibuat-buat, tidak berdasarkan akal atau hawa nafsu, dan tidak pula berdasarkan tradisi yang tidak punya dalil. Ibadah hanya sah jika sesuai dengan syariat.
Prinsip ini menyempurnakan dua pondasi besar dalam agama: ikhlas—tidak menyembah kecuali Allah, dan mutaba’ah—tidak beribadah kecuali dengan cara yang dibenarkan oleh Rasulullah ﷺ.
Barang siapa beribadah tanpa dalil syar’i, apalagi menganggapnya sebagai amalan wajib atau sunnah, maka ia adalah pelaku bid’ah. Tidak ada istilah “bid’ah hasanah” menurut para imam agama ini. Semua bid’ah adalah sesat.
Banyak dalil menekankan pentingnya mengikuti Rasulullah ﷺ dan menjauhi segala bentuk kebaruan dalam agama. Allah berfirman:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ…}
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi…” (QS. Al-A’rāf: 157)
{وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}
“Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’rāf: 158)
{قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي…}
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu.” (QS. Āli ‘Imrān: 31)
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا…}
“Katakanlah: Maukah Kami beritakan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya…” (QS. Al-Kahf: 103–104)
{فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ…}
“Jika mereka tidak menjawab (tantangan)mu, ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka…” (QS. Al-Qaṣaṣ: 50)
Dalam hadits dari Al-‘Irbāḍ bin Sāriyah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة”
“Wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara-perkara baru, karena setiap yang baru dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud)
Jalan keselamatan adalah dengan mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ. Apa yang beliau lakukan dalam rangka ibadah adalah teladan bagi kita. Sebagaimana firman Allah:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Aḥzāb: 21)
Beliau bersabda:
“صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي”
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
Dan dalam haji:
“خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ”
“Ambillah dariku tata cara hajimu.”
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله berkata:
“Adapun mengikuti Rasul, maka wajib bagi umat beliau untuk mengikutinya dalam keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Semua itu harus ditimbang dengan ajaran beliau. Apa yang sesuai, diterima. Yang menyelisihi, ditolak meskipun pelakunya siapa pun.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى”
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.”
Para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى”
“Barang siapa taat kepadaku, maka ia masuk surga. Barang siapa mendurhakaiku, maka ia telah enggan.”
________
@ Karangrejek Gunungkidul, Kamis pagi – 16 Dzulhijjah 1446 H, 12 Juni 2025
Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com