Ilmu Lebih Berharga dari Harta: Inspirasi Parenting dari Kisah Farrukh dan Rabi‘ah
Kisah ini menggambarkan Farrukh yang pergi berjihad bertahun-tahun lamanya, lalu kembali dan tanpa disangka justru berhadapan dengan putranya sendiri yang telah tumbuh menjadi ulama besar. Pertemuan itu menyingkap pengorbanan sang ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya dengan harta yang dititipkan suaminya, hingga Allah mengangkat derajat Rabi‘ah dengan ilmu yang jauh lebih berharga daripada puluhan ribu dinar yang dulu ditinggalkan.
Diriwayatkan dari para ulama Madinah, bahwa Farrukh (Abu Abdirrahman, ayah Imam Rabi‘ah) pernah ikut dalam pasukan jihad ke Khurasan di masa pemerintahan Bani Umayyah. Saat ia berangkat, istrinya sedang hamil. Ia pun menitipkan tiga puluh ribu dinar kepada istrinya sebelum berangkat.
Ia tidak kembali ke Madinah kecuali setelah dua puluh tujuh tahun. Setibanya di rumahnya, ia turun dari kuda dengan tombak di tangan, lalu mengetuk pintu dengan tombak tersebut. Tiba-tiba keluar seorang pemuda (anaknya, Rabi‘ah) dan mengira itu orang asing yang hendak masuk ke rumahnya.
Rabi‘ah pun membentak:
“Wahai musuh Allah! Berani sekali engkau menerobos rumahku!”
Farrukh pun balas berkata:
“Wahai musuh Allah! Engkau lelaki asing masuk ke rumah istriku!”
Keduanya saling serang dan berpegangan dengan keras hingga orang-orang datang melerai. Keributan itu sampai kepada Imam Mālik dan para masyaikh Madinah. Mereka datang untuk melerai dan menolong Rabi‘ah.
Saat itu, Rabi‘ah bersikeras:
“Demi Allah, aku tidak akan melepaskanmu kecuali di hadapan penguasa!”
Farrukh juga berkata:
“Demi Allah, aku pun tidak akan melepaskanmu kecuali di hadapan penguasa, karena engkau bersama istriku!”
Keributan semakin ramai hingga akhirnya Imam Mālik datang. Begitu melihat beliau, semua orang diam. Imam Mālik pun berkata kepada Farrukh:
“Wahai Syaikh, masih banyak tempat tinggal lain bagimu selain rumah ini.”
Farrukh menjawab:
“Ini adalah rumahku. Aku Farrukh, maulā Bani Fulan.”
Mendengar itu, istrinya pun keluar lalu berkata:
“Benar, ini adalah suamiku. Dan ini anakmu yang aku kandung saat engkau berangkat dulu.”
Maka keduanya pun berpelukan dan menangis.
Ketika Farrukh masuk ke rumah, ia berkata kepada istrinya:
“Apakah benar ini anakku?”
Istrinya menjawab: “Ya.”
Farrukh berkata: “Keluarkanlah uangku yang dulu kutitipkan. Aku juga membawa empat ribu dinar lagi.”
Istrinya berkata: “Aku telah menguburnya, nanti aku keluarkan setelah beberapa hari.”
Sementara itu, Rabi‘ah pergi ke masjid, duduk di majelis ilmunya. Saat itu banyak tokoh hadir: Imam Mālik bin Anas, al-Hasan bin Zayd, Ibnu Abī ‘Alī al-Lahabī, al-Masāhiqī, dan para pembesar Madinah. Orang-orang pun mengelilingi Rabi‘ah dalam majelis ilmu yang penuh.
Kemudian ibunya berkata kepada Farrukh:
“Keluarlah, shalatlah di masjid Rasulullah ﷺ.”
Maka Farrukh keluar. Setelah shalat, ia melihat sebuah majelis besar, lalu ia dekati. Orang-orang memberi jalan. Saat ia melihat pengajar majelis itu—ternyata anaknya sendiri, Rabi‘ah—ia hampir tak percaya. Ia bertanya:
“Siapakah pemuda ini?”
Mereka menjawab:
“Inilah Rabi‘ah bin Abdirrahman.”
Farrukh pun kagum:
“Sungguh Allah telah mengangkat derajat anakku!”
Ia pun pulang dan berkata kepada istrinya:
“Sungguh aku melihat anakmu dalam keadaan yang belum pernah kulihat seorang pun dari ahli ilmu dan fiqih sepertinya.”
Sang ibu pun berkata:
“Mana yang lebih engkau cintai, harta tiga puluh ribu dinar yang engkau tinggalkan atau kedudukan anakmu sekarang?”
Farrukh menjawab:
“Demi Allah, aku lebih mencintai apa yang ia raih sekarang.”
Sang ibu berkata:
“Ketahuilah, aku telah menghabiskan seluruh harta itu untuk mendidiknya.”
Farrukh pun menjawab dengan penuh ridha:
“Demi Allah, engkau tidak menyia-nyiakannya.”
⸻
Pelajaran dari kisah Farrukh dan Rabi‘ah:
- Keutamaan menafkahkan harta untuk pendidikan anak, karena hasilnya lebih kekal daripada simpanan materi.
- Ilmu yang bermanfaat jauh lebih berharga daripada harta berlimpah, bahkan mampu mengangkat derajat keluarga.
- Peran seorang ibu sangat besar dalam membentuk ulama besar, terutama ketika ia memiliki visi dan pengorbanan.
- Ibu dapat menutupi kekosongan ayah (fatherless) dengan kedekatan, ketegasan, dan arah pendidikan yang jelas.
- Pendidikan yang terarah mengalahkan keterbatasan kehadiran orang tua, termasuk ketika ayah jauh atau tidak hadir.
- Lingkungan yang baik—guru, masjid, majelis ilmu—dapat menggantikan figur ayah yang absen.
- Anak tidak butuh kemewahan, tetapi butuh arah hidup, adab, dan tujuan pendidikan.
- Ibu yang tidak menanamkan kebencian terhadap ayah membuat anak tumbuh dengan hati yang sehat meski fatherless.
- Pendidikan adalah investasi jangka panjang, hasilnya baru terlihat ketika anak dewasa dan Allah bukakan keberkahan.
- Doa ibu merupakan pendorong terbesar keberhasilan anak, menjadi sebab Allah angkat derajatnya.
Kisah Farrukh dan Rabi’ah versi Arab
روي عن مشيخة أهل المدينة أن فروخا أبا عبد الرحمن أبو ربيعة خرج في البعوث إلى خراسان أيام بني أمية غازيا، وربيعة حمل في بطن أمه، وخلف عند زوجته أم ربيعة ثلاثين ألف دينار ؛ فقدم المدينة بعد سبع وعشرين سنة وهو راكب فرسا في يده رمح فنزل عن فرسه ثم دفع الباب برمحه فخرج ربيعة فقال له: يا عدو الله ! أتهجم على منزلي ؟ فقال: لا، وقال فروخ: يا عدو الله ! أنت رجل دخلت على حرمتي ! فتواثبا وتلبب كل واحد منهما بصاحبه حتى اجتمع الجيران فبلغ مالك بن أنس والمشيخة فأتوا يعينون ربيعة، فجعل ربيعة يقول: والله لا فارقتك إلا عند السلطان وجعل فروخ يقول: والله لا فارقتك إلا بالسلطان وأنت مع امرأتي وكثر الضجيج. فلما بصروا بمالك سكت الناس كلهم، فقال مالك: أيها الشيخ ! لك سعة في غير هذه الدار، فقال الشيخ: هذه داري وأنا فروخ مولى بني فلان، فسمعت امرأته كلامه فخرجت فقالت: هذا زوجي وهذا ابني الذي خلفته وأنا حامل به فاعتنقا جميعا وبكيا. فدخل فروخ المنزل وقال: هذا ابني ؟ ! قالت: نعم. قال: فأخرجي المال الذي لي عندك وهذه معي أربعة آلاف دينار فقالت: المال قد دفنته وأنا أخرجه بعد أيام. فخرج ربيعة إلى المسجد وجلس في حلقته وأتاه مالك بن أنس والحسن بن زيد وابن أبي علي اللهبي والمساحقي وأشراف أهل المدينة وأحدق الناس به. فقالت امرأته: اخرج صل في مسجد الرسول فخرج فصلى فنظر إلى حلقة وافرة فأتاه فوقف عليه ففرجوا له قليلا ونكس ربيعة رأسه يوهمه أنه لم يره وعليه طويلة فشك فيه أبو عبد الرحمن فقال: من هذا الرجل ؟ فقالوا: هذا ربيعة بن أبي عبد الرحمن فقال أبو عبد الرحمن: لقد رفع الله ابني ؛ فرجع إلى منزله فقال لوالدته: لقد رأيت ولدك في حالة ما رأيت أحدا من أهل العلم والفقه عليها، فقالت أمه: فأيهما أحب إليك ثلاثون ألف دينار أو هذا الذي هو فيه من الجاه ؟ قال: لا والله ألا هذا، قالت: فإني قد أنفقت المال كله عليه قال: فوالله ما ضيعته.
———-
Ditulis di perjalanan Darush Sholihin – Masjid Mina, 28 Jumadilawal 1447 H
Penyusun: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com



