Cara Shalat Idul Fitri di Rumah dan Naskah Khutbah Hanya 7 Menit (Dilengkapi Praktik Video)
Bagaimana cara shalat Idul Fitri di rumah? Bagaimana juga cara khutbahnya dan naskah khutbah ringkas sebagaimana yang dianjurkan saat pandemi ini?
SHALAT IDUL FITRI DI RUMAH DAN KHUTBAHNYA
Ringkasan dari Penjelasan Syaikh Dr. Labib Najib di Channel Youtubenya
- Hukum shalat Id adalah sunnah muakkad.
- Shalat Id disunnahkan dilakukan berjamaah. Akan tetapi, shalat Id berjamaah bukan jadi syarat untuk shalat Id, artinya masih dibolehkan shalat Id sendirian.
- Shalat Id tidak disyaratkan dengan jumlah tertentu, juga shalat Id tidak disyaratkan dilakukan di masjid atau musala.
- Bagi yang shalat Id sendirian, maka tidak perlu memakai khutbah.
- Jika shalat Id dilakukan di rumah secara berjamaah (dengan istri dan anak-anak), disunnahkan untuk berkhutbah.
- Seandainya ada dua atau tiga orang di dalam rumah, masing-masing melakukan shalat Id sendiri-sendiri, maka tetap ada khutbah Id, karena maksud khutbah adalah sebagai nasihat.
- Waktu shalat Id di rumah adalah antara waktu terbit matahari hingga waktu zawal (matahari tergelincir ke barat). Akan tetapi, disunnahkan untuk mengundur waktu shalat Id hingga matahari meninggi setinggi tombak (kira-kira 15 menit setelah matahari terbit, pen.).
- Tata cara shalat Id di rumah sama seperti shalat Id pada umumnya.
TATA CARA SHALAT IDUL FITRI
Ringkasan dari Penjelasan Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily dalam Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii
- Shalat Idul Fitri terdiri dari dua rakaat.
- Shalat Idul Fitri dimulai dengan niat (niatan shalat Id, cukup dalam hati) dan takbiratul ihram (ucapan “Allahu Akbar” di awal).
- Cara melakukan shalat Idul Fitri sama dengan melakukan shalat lainnya.
- Setelah takbiratul ihram membaca doa iftitah (istiftah) sebagaimana shalat lainnya.
- Setelah membaca doa iftitah, melakukan takbir tambahan (zawaid) sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama (selain takbir untuk takbiratul ihram dan takbir turun rukuk). Sedangkan pada rakaat kedua, melakukan takbir tambahan sebanyak lima kali (selain takbir bangkit dari sujud dan takbir turun rukuk). Jika takbir tambahan (zawaid) ini hanya sunnah, sehingga kalau luput tidak mesti diulangi. Jika ada makmum yang masbuk saat takbir zawaid, cukup mengikuti sisa takbir yang ada tanpa qadha’.
- Setiap kali takbir zawaid disunnahkan mengangkat tangan. Setelah itu disunnahkan di antara dua takbir tambahan meletakkan tangan kanan di depan tangan kiri di bawah dada sebagaimana bersedekap setelah takbiratul ihram.
- Di antara takbir zawaid (tambahan), disunnahkan berhenti sejenak sekadar membaca satu ayat pertengahan. Saat itu bisa membaca takbir atau mengagungkan Allah. Yang paling bagus di antara takbir zawaid adalah membaca: SUBHANALLAH WAL HAMDU LILLAH WA LAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR. Setelah takbir ketujuh pada rakaat pertama dan takbir kelima pada rakaat kedua tidak ada bacaan takbir dan dzikir.
- Setelah takbir zawaid, membaca surah Al-Fatihah. Setelah surah Al-Fatihah dianjurkan membaca surah Qaf pada rakaat pertama dan surah Al-Qamar pada rakaat kedua, atau membaca surah Al-A’laa pada rakaat pertama dan surah Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua.
- Bacaan surah saat shalat Idul Fitri dikeraskan (jahr), begitu pula dengan bacaan takbir, sedangkan dzikir-dzikir lainnya dibaca lirih (sirr).
KHUTBAH IDUL FITRI
Ringkasan dari Penjelasan Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily dalam Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii
- Khutbah Idul Fitri adalah sunnah setelah shalat Id.
- Khutbah Idul Fitri ada dua kali khutbah, rukun dan sunnahnya sama dengan khutbah Jumat.
- Disunnahkan khutbah dengan mimbar, boleh juga berkhutbah dengan duduk.
- Khutbah pertama diawali dengan sembilan kali takbir. Khutbah kedua diawali dengan tujuh kali takbir.
- Rukun khutbah: (a) memuji Allah, (b) shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (c) wasiat takwa kepada Allah, (d) membaca satu ayat, (e) berdoa.
- Jamaah disunnahkan mendengarkan khutbah. Akan tetapi, mendengarkan khutbah Idul Fitri bukanlah syarat sahnya shalat Id.
KHUTBAH IDUL FITRI HANYA TUJUH MENIT
Khutbah Pertama
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Qul huwallahu ahad, Allahush shomaad, lam yalid wa lam yuulad, wa lam yakul-lahuu kufuwan ahad.
Jama’ah rahimani wa rahimakumullah, jama’ah yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah …
Amal seorang mukmin seharusnya barulah berakhir ketika ajal datang menjemput.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99). Al-yaqin yang dimaksud dalam ayat ini adalah kematian. Kematian disebut al-yaqin karena kematian itu sesuatu yang diyakini pasti terjadi.
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Barang siapa yang memiliki kebiasaan pada amalan tertentu yang disyari’atkan seperti shalat Dhuha, shalat malam, atau selainnya, hendaklah ia terus menjaganya dalam setiap keadaan. Janganlah ia meninggalkan kebiasaan yang disyari’atkan tersebut karena ia berada di tengah-tengah orang banyak. Karena Allah yang mengetahui keadaan hatinya bahwa ia melakukannya karena Allah secara tersembunyi tadi dan Allah tahu bagaimana ia berusaha ingin selamat dari riya’ dan ingin menjauhi segala hal yang dapat merusak keikhlasannya. Oleh karenanya Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ
“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’. Melakukan amalan karena manusia termasuk syirik.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 23:174)
Ingat pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim, no. 783).
Bagaimana agar kita bisa istiqamah bakda Ramadhan?
- Selalu berdoa pada Allah karena istiqamah itu hidayah dari-Nya.
- Berusaha menjaga keikhlasan dalam ibadah.
- Rutin beramal walau sedikit.
- Rajin koreksi diri (muhasabah).
- Memilih teman yang saleh.
- Jangan lupa lakukan puasa Syawal.
Khutbah kedua
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar. Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Wal ‘ashr, Innal insaana lafii khusr, illalladziina aamanuu wa ‘amilush sholihaati wa tawaa-show bil haqqi wa ta-waashow bish shobr.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al-ahyaa’ minhum wal amwaat.
Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirooti hasanah wa qinaa ‘adzaban naar.
Bi rohmatika yaa arhamar roohimiin.
Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khairin.
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Tata cara shalat Idul Fitri dan Khutbahnya dipraktikkan langsung oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal:
Baca Juga:
Disusun di Darush Sholihin, 30 Ramadhan 1441 H (22 Mei 2020)
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumasyho.Com
Maa syaa Allah, jazakumullahu khayran Ustadz. Barokallahu fiikum.
Alhamdulillah, Jazakallahu
jazakallah ust atas ilmunya.
tapi ada kata-kata yang salah ketik…
1. mendengarkan shalat idul fitri..?
2. tawaashau bish shair.
Jazakumullah khoiron sudah dikoreksi.
Maaf Ustaz saya bertanya:
Bolehkah shalat berjamaah idul fitri di rumah dengan jumlah jemaah hanya 2 orang (suami dan Istri) ?
Saya masih ragu berjemaah idul fitri hanya 2 orang, karen di fatwa MUI minimal 4 orang
Terimkasih atas penjelasnnya.
boleh shalat berjamaah hanya berdua, spt keterangan kami dalam video.
Bismillah, untuk yang jadi khotib harus selain imam atau boleh imam juga ustadz?
boleh.
Jazaakumullahu khayra ya ustadz, artikelnya sangat bermanfaat dan sangat membantu kami penduduk kampung yg miskin ilmu.