Amalan

6 Amalan yang Memberatkan Timbangan Kebaikan di Hari Kiamat

Setiap amal saleh yang dilakukan seorang hamba tidak akan sia-sia di sisi Allah. Bahkan amal sekecil apa pun akan mendapat balasan dan dapat memberatkan timbangan kebaikan pada Hari Kiamat. Dalam banyak hadits, Rasulullah ﷺ menyebut beberapa amalan khusus yang memiliki bobot luar biasa di timbangan amal seorang mukmin.

Penting untuk diketahui bahwa setiap amal saleh yang dilakukan oleh seorang hamba adalah sesuatu yang Allah jadikan sebagai pemberat timbangan kebaikannya pada Hari Kiamat. Allah Ta‘ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sungguh, Allah tidak menzalimi seseorang walaupun seberat zarrah (debu yang sangat kecil). Jika ada kebaikan sebesar itu, niscaya Allah melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisā’: 40)

Dan Allah juga berfirman:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ۝ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, ia pasti akan melihat (balasannya). Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, ia juga pasti akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)

Namun, dalam berbagai nash (teks dalil) disebutkan bahwa ada amal-amal tertentu yang memiliki keistimewaan khusus: amal-amal tersebut secara khusus akan memberatkan timbangan amal kebaikan seseorang di akhirat kelak. Di antara amal-amal itu adalah:

 

1. Ucapan “Lā ilāha illallāh” (Kalimat Tauhid)

Ucapan ini adalah hal paling berat dalam timbangan.

Diriwayatkan dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-‘Āsh, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

( إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ )

“Sesungguhnya Allah akan memisahkan seorang lelaki dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada Hari Kiamat. Lalu dibentangkan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan amal, setiap catatan sepanjang mata memandang. Allah bertanya, ‘Apakah engkau mengingkari sesuatu dari semua ini? Apakah para malaikat pencatat-Ku menzalimimu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, wahai Rabb-ku.’ Allah berkata, ‘Apakah engkau punya alasan?’ Ia menjawab, ‘Tidak, wahai Rabb-ku.’ Maka Allah berfirman, ‘Sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami. Hari ini engkau tidak akan dizalimi.’ Lalu dikeluarkanlah sebuah kartu yang tertulis di dalamnya: Asyhadu allā ilāha illallāh wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasūluh. Allah berfirman, ‘Timbangkanlah kartu ini dengan catatan-catatan amalnya!’ Lelaki itu berkata, ‘Ya Rabb, apa arti kartu kecil ini dibandingkan catatan-catatan sebesar itu?’ Allah menjawab, ‘Engkau tidak akan dizalimi.’ Maka ditaruhlah catatan-catatan di satu sisi timbangan dan kartu tauhid di sisi lain. Ternyata catatan-catatan itu menjadi ringan dan kartu itu menjadi berat, sebab tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada nama Allah.”
(HR. Ahmad no. 6699, at-Tirmidzi no. 2639; dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani)

 

2. Dzikir kepada Allah: Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan, dan sangat dicintai oleh Ar-Rahman:

سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

(Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya).” (HR. al-Bukhari no. 6406, Muslim no. 2694)

Dan dari Juwairiyah, istri Nabi ﷺ, bahwa Nabi keluar dari sisinya pada waktu pagi setelah salat Subuh, sementara beliau sedang duduk berzikir. Nabi ﷺ kembali setelah matahari meninggi, dan mendapati Juwairiyah masih dalam keadaan yang sama. Beliau bertanya, “Apakah engkau masih seperti keadaan ketika aku meninggalkanmu tadi?” Ia menjawab, “Ya.”

Nabi ﷺ bersabda: “Sungguh, aku telah mengucapkan empat kalimat sebanyak tiga kali yang jika ditimbang dengan semua yang engkau ucapkan sejak pagi ini, maka empat kalimat itu lebih berat:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridaan diri-Nya, seberat Arasy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya).” (HR. Muslim no. 2726)

 

3. Menjaga Dzikir Setelah Shalat Fardhu

Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda:

خَصْلَتَانِ أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ..)

“Ada dua kebiasaan yang tidak dijaga oleh seorang muslim kecuali ia akan masuk surga. Keduanya ringan, tetapi sedikit yang melakukannya:

(1) Bertasbih sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali setiap selesai shalat. Itu berarti 150 kali di lisan dan 1500 kali di timbangan.

(2) Bertakbir 34 kali, bertahmid 33 kali, dan bertasbih 33 kali ketika hendak tidur. Itu 100 kali di lisan dan 1000 kali di timbangan…” (HR. Ahmad no. 6616, Abu Dawud no. 5065, at-Tirmidzi no. 3410, an-Nasa’i no. 1331, Ibnu Majah no. 926; disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib)

4. Sabar dan Mengharap Pahala atas Wafatnya Anak yang Saleh

Dari Zaid, dari Abi Salam, dari maula Rasulullah ﷺ, bahwa beliau bersabda:

( بَخٍ بَخٍ خَمْسٌ مَا أَثْقَلَهُنَّ فِي الْمِيزَانِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ يُتَوَفَّى فَيَحْتَسِبُهُ وَالِدَاهُ وَقَالَ بَخٍ بَخٍ لِخَمْسٍ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ مُسْتَيْقِنًا بِهِنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَبِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْحِسَابِ )

“Luar biasa, betapa beratnya lima perkara dalam timbangan: ‘Lā ilāha illallāh’, ‘Allāhu akbar’, ‘Subhānallāh’, ‘Alhamdulillāh’, dan anak saleh yang meninggal lalu kedua orang tuanya bersabar dan mengharap pahala.
Dan beliau juga bersabda: ‘Luar biasa, lima hal siapa yang menemui Allah dengan keyakinan terhadapnya akan masuk surga: beriman kepada Allah, hari akhir, surga, neraka, kebangkitan setelah mati, dan hisab (perhitungan amal).’”
(HR. Ahmad no. 15107; disahihkan oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahīhah)

5. Akhlak yang Mulia

Dari Abu ad-Darda’, Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik.”
(HR. Abu Dawud no. 4799; disahihkan oleh al-Albani)

Dalam riwayat lain, dari Ummu ad-Darda’, dari suaminya Abu ad-Darda’, ia berkata: “Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ

Tidak ada sesuatu yang diletakkan di timbangan yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya orang yang memiliki akhlak yang baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam.” (HR. at-Tirmidzi no. 2003; disahihkan oleh al-Albani)

 

6. Mengiringi Jenazah hingga Selesai Dikebumikan

Dari Ubay, Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيُفْرَغَ مِنْهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ وَمَنْ تَبِعَهَا حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِهِ مِنْ أُحُدٍ

“Barang siapa mengikuti jenazah hingga dishalatkan dan selesai dimakamkan, maka baginya dua qirath pahala. Dan siapa yang hanya mengikuti hingga dishalatkan, maka baginya satu qirath. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh dua qirath itu lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud.” (HR. Ahmad no. 20256; disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jāmi‘ ash-Shaghīr)

 

Kesimpulan

Segala amal saleh, sekecil apa pun, akan mendapatkan balasan dari Allah. Namun, amal-amal tertentu yang disebutkan dalam hadits memiliki keistimewaan luar biasa dalam menambah berat timbangan kebaikan di Hari Kiamat. Karenanya, perbanyaklah dzikir, jaga akhlak, bersabar atas ujian, dan bersegera dalam amal-amal kebaikan.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ مَوَازِينَنَا يَوْمَ القِيَامَةِ ثَقِيلَةً بِالحَسَنَاتِ، وَخَفِيفَةً بِالسَّيِّئَاتِ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِآبَائِنَا وَلِجَمِيعِ المُسْلِمِينَ.

“Ya Allah, jadikanlah timbangan amal kami pada Hari Kiamat berat dengan kebaikan, ringan dari dosa, dan ampunilah kami, kedua orang tua kami, serta seluruh kaum muslimin.”

 

Referensi: Islamqa.Com | Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid

 

Ditulis saat hujan turun di Paliyan Gunungkidul, 30 Rabiul Akhir 1447 H, 21 Oktober 2025

Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button