Faedah Surat An-Nuur #37: Allah Mengatur Hujan, Malam Siang, serta Menciptakan Hewan
Allah menciptakan hujan, menggantikan malam dan siang, juga menciptakan berbagai hewan. Apa hikmahnya?
Tafsir Surah An-Nuur Ayat #43-45
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 43-45)
Penjelasan ayat
Turunnya hujan
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya, tidakkah engkau menyaksikan dengan penglihatanmu, bagaimanakah besarnya kuasa Allah, di mana awan diarak dan itu secara terpisah-pisah, lalu disatukan kembali, akhirnya menjadi bertindih-tindih hingga seperti gunung. Kemudian terlihat hujan keluar dari celah-celahnya, berupa hujan yang lebat. Hujan itu keluar tetes demi tetes secara terpisah. Hujan itu membawa manfaat tanpa memberikan mudarat. Hujan itu mengisi sungai kecil, lalu sungai besar, hingga memenuhi lembah. Hujan tersebut membuat tanah jadi subur dengan berbagai tanaman yang indah. Kadang Allah menurunkan butiran es yang sifatnya bisa merusak apa yang menimpa. Hujan itu turun tergantung kehendak Allah, dan Allah bisa jauhkan dari yang lainnya. Akhirnya ada kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Bukankah Allah yang menurunkannya pada setiap hamba yang berbeda-beda. Allah turunkan untuk mendatangkan manfaat, dari hujan itu pula menghilangkan mudarat atau kesusahan. Itulah qudrah (kemampuan) Allah yang sempurna. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Hal itu pula yang menunjukkan luasnya rahmat Allah.
Pergantian malam dan siang
Allahlah yang mempergantikan malam dan siang, yaitu beralih dari panas menjadi dingin, dari dingin menjadi panas, dari malam menjadi siang, lalu siang menjadi malam. Berlalulah hari demi hari yang dirasakan oleh hamba. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan, yaitu yang punya penglihatan dan akal untuk menangkap hal-hal yang tampak.
Setelah menyebut perkataan di atas, Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Orang yang melihat (al-bashiir) adalah yang memandang makhluk dengan pandangan untuk mengambil pelajaran, merenung, dan mentadabburi. Sedangkan orang yang bodoh memandangnya tanpa ada rasa apa pun (pandangan orang ghaflah atau lalai), layaknya hanya seperti memandangi hewan ternak.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 601)
Allah menciptakan hewan dari air
Dalam ayat selanjutnya disebutkan, “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air.”
Sumber penciptaan hewan itu dari air sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya,
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiya’: 30)
Maka hewan itu sumbernya dilahirkan dari air mani, lalu terjadi perkawinan dari mani jantan dan betina. Jadi hewan asalnya satu, lalu setelah itu berkembang dengan berbagai macam bentuk.
Lalu disebutkan maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya seperti ular, dan sebagian berjalan dengan dua kaki seperti manusia dan berbagai jenis burung, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki, seperti hewan ternak.
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sebagaimana hujan juga asalnya satu, lalu berkembang menjadi macam-macam tanaman. Dalam ayat disebutkan,
وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)
Baca Juga: Doa Ketika Hujan Deras
Ada tempat yang diberi hujan, ada yang tidak
Allah Ta’ala berfirman,
فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ
“maka ditimpakan-Nya hujan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.”
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi mengatakan ada dua tafsiran”
- Hujan itu diturunkan sebagai bentuk rahmat dari Allah, hujan ditunda karena sebagai bentuk siksa dari Allah.
- Hujan besar diturunkan untuk menghancurkan buah-buahan, tanaman, dan pepohonan; lantas yang lainnya dipalingkan dari hujan besar seperti ini.
Referensi:
- At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Surah An-Nuur fii Sual wa Jawab. Cetakan kedua, Tahun 1423 H. Syaikh Abu ‘Abdillah Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
- Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Baca Juga:
- Istighfar, Sebab Kemudahan Rezeki dan Turunnya Hujan
- Saat Hujan Turun, Kesempatan Emas untuk Berdo’a
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com