Tafsir Al Qur'an

Faedah Surat Yasin: Dalil Manusia Akan Dibangkitkan

Kali ini kita akan lihat tafsiran surat Yasin ayat 78-81 yang menunjukkan adanya hari berbangkit.

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80)أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ (81)

Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 78-81)

 

Baca juga: Allah Mencipta Tentu Mampu Membangkitkan

 

Penjelasan Ayat

 

Dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 456) disebutkan bahwa manusia lupa akan penciptaannya yang dari setetes mani.

Imam Al-Baghawi rahimahullah berkata tentang ayat “Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya”, maksudnya ia lupa pada penciptaannya yang pertama. Padahal tulang yang sudah hancur luluh bisa dihimpun kembali oleh Allah.

Tentang ayat “Katakanlah: ‘Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk’, Allah yang menciptakan manusia pertama kami, tentu mampu membangkitkannya kembali. Di sini disebut Allah itu ‘Aliim (Maha Mengetahui) yaitu mengetahui secara global, terperinci sebelum dan sesudah penciptaan. Demikian diterangkan oleh Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Al-Jalalain, hlm. 456.

Adapun kayu yang dimaksudkan dalam ayat “Yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu” adalah kayu al-markhu dan al-‘afaar (kedua jenis kayu ini kalau digosok cepat terbakar) atau setiap jenis pohon selain pohon al-‘unnab. Demikian disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 456) dan Tafsir Al-Baghawi (3:651).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mampu membangkitkan manusia karena suatu yang basah (air), api, dan kayu–yang disebutkan dalam ayat—bisa disatukan. Padahal dalam kenyataan air dan api tidak bisa bersatu. Dan api sulit membakar kayu yang keras.

 

Asbabun Nuzul

 

Sebab turunnya ayat ini (asbabun nuzul) adalah dari kisah Al-‘Ash bin Wail, ia pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata kepada beliau, “Apakah kita akan dibangkitkan setelah kita jadi tulang belulang yang telah hancur luluh?” Beliau jawab, “Iya akan tetap dibangkitkan. Allah akan mematikanmu kemudian menghidupkanmu kembali, kemudian memasukkanmu dalam neraka Jahannam.” Maka turunlah ayat “أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ” sampai akhir surat Yasin. (Bughyah Al-Bahits dari Zawaid Musnad Al-Harits, no. 719. Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini sebagaimana dalam Shahih Sirah An-Nabawiyyah, 1:201. Lihat At-Tafsir Al-Mawdhu’i, 6:334).

 

Dalil Manusia Akan Dibangkitkan

 

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah menyatakan bahwa ada empat dalil yang menujukkan manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat:

 

Pertama: Dalil yang menunjukkan Allah menciptakan langit dan bumi, seperti dalam ayat,

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا (6) وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا (7) وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا (8) وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا (9) وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا (10) وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا (11) وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا (12)

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan. Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh.” (QS. An-Naba’: 6-12)

Inilah yang menunjukkan adanya hari berbangkit karena Allah Ta’ala juga berfirman,

لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghafir/ Al-Mukmin: 57)

 

Kedua: Dalil yang menunjukkan dihidupkannya bumi setelah matinya, seperti pada firman Allah,

وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14) لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا (15) وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا (16) إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا (17)

Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Dan kebun-kebun yang lebat? Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan.” (QS. An-Naba’: 14-17)

Kalau tanah yang mati saja bisa hidup kembali dengan air hujan, maka hari berbangkit pun ada sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya,

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39)

 

Ketiga: Dalil yang menunjukkan adanya penciptaan manusia. Allah yang mampu menciptakan manusia tentu mampu untuk mengembalikan dengan menghidupkannya kembali. Hal ini sebagaiaman dalam ayat,

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yasin: 79)

 

Keempat: Dalil yang menunjukkan Allah membangunkan orang yang mengalami mati sugro (mati kecil yaitu tidur), lalu bangun dari tidurnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُسَمًّىۖثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَوَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۖوَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

Dan Allahlah yang menidurkan (mewafatkan) kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 60-61)

Jiwa yang bangun lagi dari tidurnya menunjukkan adanya hari berbangkit sebagaimana disebutkan pula dalam ayat,

فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.”(QS. Al-Baqarah: 73)

Karenanya setelah bangun tidur, kita disunnahkan membaca,

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

“ALHAMDULLILLAHILLADZI AHYAANAA BADA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSHUR” [artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan]. (HR. Bukhari, no. 6325)

 

Dari empat dalil tersebut kita tambahkan lagi dua dalil dari surat Yasin yang menunjukkan adanya hari berbangkit.

 

Kelima: Manusia diciptakan dari mani yang hina (yang keluar dari tempat najis) hingga ia tumbuh besar. Seperti ini mau mengingkari dan mendustakan Allah yang Mahamampu untuk membangkitkannya. Makanya Allah Ta’ala berfirman,

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (QS. Yasin: 77)

 

Keenam: Allah menciptakan api dari kayu yang hijau seperti disebutkan dalam surat Yasin ayat 80.

 

Faedah dari Ayat

 

  1. Hari berbangkit itu ada.
  2. Boleh berdalil dengan logika dalam berhujah dan berargumen.
  3. ‘Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdussalam As-Sulmi berkata, “Menghidupkan untuk kedua kalinya lebih mudah daripada menciptakan pertama kali. Apalagi jika yang membangkitkan itulah yang menciptakan pertama kali, tentu lebih udah.” Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:423.

 

Referensi:

 

  1. At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil – Juz-u ‘Amma.Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
  2. Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Ali Al-Kabir.Abu Bakr Jabi Al-Jazairi. Penerbit Darus Salam.
  3. At-Tafsir Al-Mawdhu’i li Suwar Al-Qur’an Al-Karim.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Musyrif: Prof. Dr. Musthafa Muslim. Penerbit University of Sharjah.
  4. Tafsir Al-Baghawi (Ma’alim At-Tanzil).Cetakan kedua, Tahun 1427 H. Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi. Penerbit Dar Thiybah.
  5. Tafsir Al-Jalalain. Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakr As-Suyuthi. Penerbit Darus Salam.
  6. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1435 H. Syaikhul Islam Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdussalam As-Sulmi. Penerbit Jaizah Dubbi Ad-Dauliyyah Al-Qur’an Al-Karim.
  7. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 6:359.

 

Disusun di #darushsholihin, Panggang Gunungkidul, 6 Rajab 1440 H (13 Maret 2019), Rabu sore

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button