Bandingan Orang yang Berdzikir dengan yang Tidak Berdzikir
Inilah hadits yang menunjukkan keutamaan orang yang berdzikir dan tidak berdzikir.
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir
Hadits #1434
وَعَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ )) . رَوَاهُ البُخَارِيُّ .
وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ فَقَالَ : (( مَثَلُ البَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، وَالبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ ، مَثَلُ الحَيِّ والمَيِّتِ )) .
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) Rabbnya dan yang tidak bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6407 dan Muslim, no. 779]
Diriwayatkan oleh Muslim, “Perumpamaan rumah yang disebutkan nama Allah di dalamnya dengan yang tidak, bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati.” [HR. Muslim, no. 779]
Faedah dari Hadits:
- Hadits-hadits sebelumnya tentang dzikir dalam Riyadhus Sholihin menjelaskan tentang pahala yang besar dari dzikir dan begitu mudah untuk melakukannya (tanpa mengeluarkan tenaga yang besar). Sedangkan hadits kali ini menjelaskan tentang pengaruh dzikir pada hati.
- Orang yang berdzikir dimisalkan seperti orang yang hidup, yang tidak berdzikir dimisalkan seperti orang yang mati. Ini menunjukkan bagaimanakah manfaat dzikir pada gerak-geriknya hati.
- Dalam hadits dimisalkan juga dengan rumah yang dimaksud adalah penghuni rumah. Yaitu penghuni rumah yang rajin berdzikir tentu berbeda dengan yang tidak rajin berdzikir.
- Berdzikir kepada Allah akan membuat hati mendapatkan kelezatan iman.
- Orang yang berdzikir kepada Allah akan berhias dengan cahaya dan batinnya terisi dengan cahaya ilmu dan ma’rifah.
Al-Qur’an adalah Dzikir yang Paling Afdal Secara Mutlak
Para ulama sepakat bahwa dzikir yang paling afdal secara mutlak adalah membaca Al-Qur’an Al-Karim.
Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah menyatakan, “Kami mendengar bahwa membaca Al-Qur’an adalah dzikir yang paling afdal jika Al-Qur’an itu diamalkan.” (Fiqh Al-Ad’iyyah wa Al-Adzkar, 1:50)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan dalam kitabnya Al-Adzkar, “Ketahuilah bahwa membaca Al-Qur’an adalah dzikir yang paling afdal. Namun dituntut membacanya dengan tadabbur (perenungan).”
Akan tetapi jika kita melihat fadhilah amalan, manakah yang lebih utama antara membaca Al-Qur’an dan dzikir, nantinya bisa melihat pada kesempatan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam kajian Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh menyatakan, “Bisa jadi suatu amalan yang kurang utama (al-mafdhul) menjadi afdal dari amalan yang utama (al-fadhil). Contoh, membaca Al-Qur’an disepakati sebagai dzikir yang paling utama. Al-Qur’an itu lebih utama daripada dzikir. Muncul pertanyaan, jika seseorang membaca Al-Qur’an lalu mendengar azan, manakah yang lebih afdal, apakah melanjutkan membaca Al-Qur’an ataukah menjawab azan? Jawabannya, lebih afdal menjawab azan. Walau kita menyatakan bahwa Al-Qur’an itu afdal dibanding dzikir. Namun dzikir pada kesempatannya lebih utama dibanding membaca Al-Qur’an. Karena membaca Al-Qur’an waktunya bebas, kapan pun silakan untuk dibaca. Sedangkan menjawab azan hanya ketika berkumandang azan saja.”
Referensi:
- Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, no. 195274: https://islamqa.info/ar/195274
- Kunuz Riyadh Ash-Shalihin. Penerbit Dar Kunuz Isy-biliyya.
—
Disusun di Perpus Rumaysho, 24 Rabi’uts Tsani 1439 H, Kamis sore
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com