Faedah Surat Yasin: Penerima dan Penolak Kebenaran
Ada orang yang mau menerima kebenaran, ada pula yang menolak kebenaran. Pelajarannya bagus sekali dikaji dalam surat Yasin ayat 05-11.
Tafsir Surah Yasin Ayat 05 – 11
تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5) لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6) لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (7) إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ (8) وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ (9) وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (10) إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ (11)
“(Sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin: 5-11)
Maksud Ayat
Al-Qur’an itu diturunkan oleh Al-‘Aziz Ar-Rahim, yaitu Allah Ta’ala yang memiliki sifat perkasa lagi penyayang. Juga Allah menunjukkan jalan-jalan untuk beribadah pada Allah yang nanti mengantarkan mereka kepada-Nya. Dengan keperkasaan Allah, kitab Al-Qur’an tidak mungkin diubah dan diganti. Dengan Al-Qur’an, Allah menyayangi hamba-Nya yang akan mengantarkan mereka kepada surga. Itulah kenapa Al-Qur’an diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Allah bersumpah dengan Al-Qur’an dan disebutkan bahwa manusia sangat membutuhkan wahyu dari kitab suci tersebut. Lalu dinyatakan bahwa Al-Qur’an itu sebagai peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan. Yang dimaksud di sini adalah Arab yang ummi. Maksud yang ummi adalah mereka belum pernah diturunkan kitab, kosong dari kerasulan, berada dalam kebodohan dan kesesatan. Atau disebut berada dalam masa fatrah.
Lantas diutuslah Rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan menyucikan mereka, mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah). Padahal sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
Juga Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk memberikan peringatan pada Ahli Kitab yang sudah diturunkan kitab sebelumnya. Sehingga diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi nikmat bagi bangsa Arab secara khusus dan yang lainnya secara umum.
Namun mengenai peringatan tersebut ada yang mau menerima dan ada yang tidak mau menerima.
Yang tidak mau menerima, itulah yang Allah sebutkan, “Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.”
Disebutkan kendala mereka untuk beriman:
- Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.
- Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Inilah dua penghalang yang membuat mereka sulit menerima kebenaran.
Maksud penghalang pertama bahwa ada belenggu yang bermakna majas yang menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah. Ada juga ulama yang mengatakan maksudnya adalah belenggu secara hakiki yang menghalangi mereka. Ada ulama juga yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah belenggu yang akan diberikan pada mereka ketika berada di neraka kelak.
Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi menyatakan maksud sifat ini, mereka tidak bisa melakukan kebaikan seperti berinfak karena tangan mereka terbelenggu dan mereka tidak bisa melihat kebenaran karena kepala mereka menengadah. (Aysar At-Tafasir, 4:365, 367)
Maksud penghalang kedua adalah ada dinding yang menghalangi mereka untuk beriman, mereka tidak bisa keluar dari kekafiran karena penghalang tersebut.
Syaikh Abu Bakr Al-Jazairi juga menyatakan bahwa yang dimaksud adalah mereka telah dihiasi dengan kenikmatan dunia, sama sekali mereka tidak melihat keadaan luar, mereka akhirnya terhalang dari beriman dan tidak bisa meninggalkan kesyirikan dan kekafiran. Untuk akhirat pun dianggap buruk dan menganggapnya tidak ada. Karenanya mereka enggan bertaubat dan berdzikir sebab mereka tak takut akan siksa akhirat. (Aysar At-Tafasir, 4:367)
Sedangkan yang mau menerima kebenaran adalah yang memiliki dua sifat: (1) mau mengikuti kebenaran, (2) takut pada Allah. Itulah mereka yang mendapatkan ampunan dan pahala yang besar karena amalan shalih yang mereka kerjakan.
Faedah Ayat #05 – #11
- Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah.
- Al-Qur’an itu kalamullah dan bukan makhluk.
- Allah menetap tinggi di atas seluruh makhluknya karena sesuatu yang turun pasti dari atas.
- Al-‘Aziz dan Ar-Rahim adalah di antara nama Allah. Aziz itu berarti tidak ada yang bisa mengalahkan. Rahim berarti menyayangi setiap hamba dengan rahmat yang luas. Di antara bentuk rahmat yaitu Allah tidak memberikan hukuman bagi hamba yang bertaubat.
- Al-Qur’an turun dari Al-‘Aziz yang Mahaperkasa menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu untuk memberikan peringatan dan hukuman bagi siapa saja yang menyelisihi Al-Qur’an.
- Semua syariat yang ada dalam Al-Qur’an menunjukkan rahmat Allah.
- Hikmah diutusnya Rasul dan diturunkannya kitab yaitu untuk memberikan peringatan. Rasul diutus untuk memberi peringatan. Indzar yang dimaksud dalam ayat adalah untuk menakut-nakuti artinya memberikan ancaman bagi orang-orang yang menyimpang atau yang tidak menghiraukan perintah Allah. Namun Rasul juga diutus sebagai mubasysyir yaitu pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, yang mau menerima dakwah.
- Dakwah bukanlah hanya memberi kabar gembira saja misal dengan mendakwahkan baiknya hati dan balasan-balasan yang baik. Dakwah juga mesti mengingatkan ketika ada penyimpangan di tengah masyarakat misal ada yang berbuat syirik, bid’ah, khurafat, dosa besar dan maksiat lainnya.
- Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus pada kaum yang kosong dari masa diutusnya rasul (masa fatrah).
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus pada orang Arab. Namun ada dalil lain yang menunjukkan bahwa risalah beliau berlaku untuk semesta alam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(QS. Al-Anbiya’: 107).
- Cinta dunia dan berpaling dari akhirat akan menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran.
- Dosa akan menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran.
- Menentang (‘inad) adalah jadi penghalang seseorang pada kebenaran.
- Mengamalkan Al-Qur’an (mengikuti kebenaran) dan takut pada Allah adalah sebab masuk surga.
- Orang-orang yang lalai memperhatikan wahyu (risalah) itu tercela, baik secara umum maupun sebagiannya.
Semoga bermanfaat, moga kita diberi taufik untuk terus menerima kebenaran.
Referensi:
- At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Juz’u Yasin fi Sual wa Jawab. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Abu ‘Abdillah Musthafa bin Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
- Al-Mukhtashar fi At-Tafsir. Markaz Tafsir li Ad-Dirasaat Al-Qur’aniyyah.
- Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Aliyyi Al-Kabir. Penerbit Darus Salam.
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Tafsir Al-Qur’an Al-Karim – Surat Yasin. Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsaraya.
- Zaad Al-Masiir. Ibnul Jauzi. Mawqi’ At-Tafasir – Asy-Syamilah.
—
Selesai disusun di perjalanan Jogja-Panggang, Selasa, 20 Muharram 1439 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Kalau yasinan bagaimana jika dikaji menurut berbagai sumber dan referensi.
Tergantung niatannya, kalau utk selamatan kematian baiknya tidak spt itu, bisa ganti dg surat lain. Juga ada larangan berkumpul2 di rumah duka krn akan kembali mengembalikan kesedihan.