Laa Ilaha Illallah Bada Shalat Wajib
Ada bacaan yang disunnahkan bada shalat wajib yaitu bacaan laa ilaha illallah. Bagaimana cara bacanya? Lihat hadits berikut.
Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir
(Hadits no. 1416)
وَعَنِ المُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ )) . متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah bahwa apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau mengucapkan,
LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.
ALLOHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THOYTA WA LAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WA LAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADD.
Artinya:
“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah hal yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi hal yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 844 dan Muslim, no. 593]
(Hadits no. 1417)
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أنَّه كَانَ يَقُولُ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ، حِيْنَ يُسَلِّمُ : (( لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الحَسَنُ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُونَ )) قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ : وَكَانَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – ، يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ . رواه مسلم
Dari ‘Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mengucapkan setiap akhir shalatnya saat mengucapkan salam yaitu bacaan:
LAA ILAAHA ILLALLOH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR.
LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH. LAA ILAAHA ILLALLOH, WA LAA NA’BUDU ILLAA IYYAAH. LAHUN NI’MAH WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAAUL HASAN.
LAA ILAAHA ILLALLOH, MUKHLISHIINA LAHUD DIIN, WA LAW KARIHAL KAAFIRUUN.
Artinya:
“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, yang Maha Esa; tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali Dia. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir benci.”
Dikatakan oleh Ibnu Az-Zubair, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca bacaan dzikir ini di akhir shalat. (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 594]
Al-jadd: kenikmatan dunia berupa harta, anak, dan kekuasaan.
Penjelasan:
1- Disunnahkan membaca dzikir di atas di akhir shalat wajib.
2- Bacaan pertama (hadits no. 1416) mengandung kalimat tauhid dan penyandaran perbuatan menghalangi dan memberi pada Allah, juga menunjukkan sempurnanya qudrah (kemampuan) Allah.
3- Dianjurkan untuk segera menyebar kebaikan. Karena Al-Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan hadits di atas dan menuliskannya pada Mu’awiyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap di akhir shalat (dubur shalat) mengucapkan bacaan di atas.
4- Boleh menyampaikan ilmu lewat tulisan.
5- Berita dari satu orang tetap menjadi dalil kuat (hujjah).
6- Yang memberi adalah Allah, maka hendaknya manusia tidak berpaling pada selain-Nya.
7- Kekayaan itu tidaklah bermanfaat di akhirat. Yang membawa manfaat dari rahmat Allah, itu setelah seorang hambar beramal shalih.
8- Hendaknya setiap hamba bergantung pada Allah karena tidak ada jalan keselamatan selain bersandar pada-Nya.
9- Bacaan kedua tentang laa ilaha illallah juga adalah bacaan yang disunnahkan dirutinkan bada shalat karena punya maksud menyucikan Allah dan mengagungkan-Nya dengan sifat yang sempurna. Juga bacaan tersebut mengandung makna bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
10- Landasan Islam adalah ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan).
11- Muslim itu harus merasa bangga dengan agamanya dan ajaran Islam walaupun orang-orang kafir membencinya, yaitu membenci apa yang Allah turunkan.
12- Para sahabat begitu semangat dalam menjalankan dan menyebarkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:449-450.
—
Diselesaikan di Perpus Rumaysho, Rabu pagi, 29 Dzulhijjah 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ini dzikir klo udah yg 99 kali kan ustadz ??
Berbeda, di luar itu.
Ustadz… bacanya sendiri sendiri, atau bersama2 dengan imam dan jamaah lainnya?
Lebih afdhal baca sendiri-sendiri.