Tafsir Al Qur'an

Renungan #08, Jangan Seperti Bani Israil, Baca Taurat Tak Tahu Maknanya

Jangan kita seperti Bani Israil yang pandai baca kitab sucinya namun tak memahami maknanya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali hanya sekedar membacanya saja dan mereka hanya menduga-duga.” (QS. Al-Baqarah: 79)

 

Faedah dari ayat di atas:

1- Jangan seperti Bani Israil hanya pandai membaca kitab suci mereka (Taurat) namun tidak mengetahui maknanya. Inilah kenapa sampai mereka disebut ummiyyuna.

2- Disebut ummi yang asalnya berarti ibu, dikarenakan orang yang lahir dari perut ibunya tak mengetahui apa-apa. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

3- Bani Israil itu punya sifat ummi dikarenakan mereka pandai membaca kitab suci mereka, namun tidak memahami maknanya. Mereka hanya mencukupkan dengan lafazh saja tanpa mau merenungkan maknanya.

4- Ayat ini menunjukkan celaan bagi orang yang enggak memahami makna Kitabullah.

5- Hendaknya kita lebih konsen juga mempelajari makna Al-Qur’an sehingga tidak jadi seperti Bani Israil. Lihatlah para sahabat radhiyallahu ‘anhum, mereka tidaklah melewati sepuluh ayat sampai mereka menguasai maknanya dan sampai mereka amalkan.

6- Orang yang membaca kitab Allah (Al-Qur’an) tanpa mengetahui maknanya akan terjatuh pada wahm dan zhan (salah paham dan menduga-duga).

7- Berusaha memiliki kitab tafsir yang sudah terkenal dan masyhur di kalangan para ulama (seperti Tafsir Ibnu Katsir yang super lengkap disertai dengan riwayat-riwayat dan Tafsir As-Sa’di yang ringkas namun syarat makna) lalu mengkajinya secara lebih mendalam.

Semoga di bulan Ramadhan ini, kita bisa terus menggali faedah ilmu dari ayat demi ayat dari Al-Qur’an. Semoga istiqamah.

 

Referensi: 

Ahkam Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan pertama, tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan Al-Islami. 1: 305-307

@ DS, Panggang, 1 Ramadhan 1438 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Satu Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button