Muamalah

Hukum Kartu Kredit

Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ ditanya :

Kartu Kredit (Credit Card) diberikan oleh beberapa perusahaan dengan pinjaman tertentu yang bisa diajukan ke pihak mana pun juga, di mana seseorang bisa mengambil dana yang ada pada kartu tersebut. Kemudian bank yang akan membayar tagihan itu kepada perusahaan yang memberikan kartu dan mengambil yang menjadi haknya. Pinjaman ini dengan tenggang waktu tertentu yang disebutkan di dalam kartu. Jika pemegangnya membayar sebelum jatuh tempo maka tidak ada denda baginya. Dan jika terlambat maka dia harus membayar denda 1%. Dan sebagian perusahaan ada yang memberikan sejumlah uang atas pelayanan ini sebagai imbalan peberian kartu.

Jawaban:

Jika kenyataannya seperti yang disebutkan, yaitu adanya kesepakatan bahwa jika peminjam melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo maka tidak akan dikenakan denda apapun adanya. Dan jika terlambat maka dia harus membayar tambahan 1% dari dana yang ada. Maka yang demikian itu termasuk akad yang berbau riba, di mana di dalamnya masuk riba fadhl, yaitu riba karena adanya penambahan. Juga riba nasi’ah yaitu riba karena adanya penanggungan pembayaran. Demikian juga dengan hukum, jika perusahaan membayar uang dan mengambil tambahan padanya sebagai imbalan atas pelayanan ini, bahkan yang kedua ini lebih jelas mengandung riba daripada yang pertama.

Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.

Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ no. 5832 (13/523).

Yang menandatangani fatwa ini:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua dan Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud selaku anggota.

***

Intinya, kartu kredit terlarang karena ada unsur riba di dalamnya atau karena dipersyaratkan adanya riba dengan adanya pembayaran yang berlebih dari utang yang ada. Padahal dalam kaedah para ulama dikatakan, “Setiap utang piutang yang di dalamnya ditarik keuntungan, maka itu adalah riba“.

Sebagai solusi bagi yang harus menggunakan kartu kredit karena terpaksa, maka dia bisa memposisikan kartu kredit tersebut dengan diisi saldo terlebih dahulu (seakan-akan jadi kartu debit). Jika kondisinya demikian berarti bank yang nantinya berutang pada kita, bukan kita yang berutang pada bank. Atau bisa pula menggunakan kartu kredit auto debt dengan tetap memperhatikan saldo di atas belanja dengan kartu kredit. Ada sebagian bank yang memberikan layanan terakhir ini.

Wallahu waliyyut taufiq.

 

Prepared on 2nd Muharram 1432 H (08/12/2010), in Riyadh-KSA

www.rumaysho.com

Baca Juga:

Artikel yang Terkait

42 Komentar

  1. Assalamu ‘alaikum ustad.membaca tanya jawab sblmnya bahwa menabung di bank boleh asal tidak memakan bunganya, dan bunga yg ada tersebut disarankan utk di sedekahkan sj.Pertanyannya:

    1.Selama ini pada kenyataannya justru tabungan kita lbh banyak terpotongnya u/biaya pajak, admin dll.Apakah ini termasuk riba jg ?

    2. Dengan menabung di bank..walaupun kt tidak mengambil bunganya, pastilah ada orang2 bank yang mengelola dana kt tersebut. Jd, apakah orang yg bekerja di bank tersebut yang menerima gaji dr bank dianggap makan uang riba jg ?

    jazakumullahu khoiron

  2. Assalamualaikum

    Ustadz setelah baca artikel Ustadz ,saya mau bertanya, bagaimana klo transaksi pembelian barang dengan kartu kredit yang pembayaran dicicil. saya takut telah mengerjakan riba, bagaimana klo belum lunas, dan barang yang kita beli, apa yang harus saya lakukan. tolong penjelasannya

    jazakumullahu khoiron

  3. Assalamu’alaikum,

    ustadz ana mau tanya, jika memang kartu kredit yang disarankan dapat diposisikan sebagai kartu debit, bagaimana hukumnya jika kita membeli barang dengan pembayaran diangsur dengan kartu kredit tersebut?

    Dan bagaimana hukumnya jika pada saat pembelian, saldo tabungan yang ada mencukupi harga barang yang dibeli, diakhir bulan saldo yang ada kurang dari harga barang akan tetapi masih mencukupi untuk pembayaran angsuran, dan hal itu berulang tiap bulannya?

    jazakumullahu khoiron

    1. satu hal lagi, bagaimana jika pembayaran kartu kreditnya langsung kita potongkan di saldo rekening kita di Bank tersebut?

      jazakumullahu khoiron

  4. ustadz bagaimana dengan “hasanah card” yang ditawarkan oleh salah satu bank yang berlabel syariah? disana bebas dari bunga dan denda? apakah boleh menggunakan ini (daripada memilih kartu kreditnya bank konvensional), karena memang ada kebutuhan untuk menggunakan kartu kredit?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button