Kaedah Interaksi Sesama
Ada beberapa kaedah yang bisa kami sarikan dari para ulama tentang kaedah berinteraksi atau bergaul atau menyikapi orang lain.
Kaedah pertama dari Imam Al-Ghazali,
وَحُسْنُ الخُلُقِ بِالناس هُوَ أَلاَّ تَحْمِلُ النَّاسَ عَلَى مُرَادِ نَفْسِكَ بَلْ تَحْمِلُ عَلَى مُرَادِهِمْ مَا لَمْ يُخَالِفِ الشَّرْعَ
“Cara berakhak terhadap sesama adalah memperlakukan orang lain bukan distandarkan pada keinginan kita, namun distandarkan pada keinginan mereka selama tidak menyelisihi syari’at.” (Ayyuhal Walad, hlm. 63)
Contoh: Apa standar makanan yang diberikan pada tamu kita? Tergantung pada tamu tersebut. Siapa tahu tamu yang kita layani punya pantangan pada makanan tertentu yang tidak cocok dengan daerah kita, maka pantangannya tadi jangan diberi. Sehingga memberikan sajian makan –misalnya- bukan pakai standar kita, namun standar siapa yang kita layani.
Kaedah kedua,
تَخْتَلِفُ طَرِيْقَةُ التَّعَامُلِ تَبْعاً لاِخْتِلاَفِ العَلاَقَةِ: الوالد مع ولده, الزوج مع زوجته, الرئيس مع مرؤوسه, والعكس
“Cara interaksi berbeda-beda tergantung pada status hubungan. Sehingga berbeda cara interaksi antara orang tua dan anak, antara suami dan istri, antara kepala negara dan rakyatnya, begitu pula sebaliknya.”
Kaedah ketiga,
أَنَّ التَّعَامُلَ يَتَغَيَّرُ بِاخْتِلاَفِ الأَفْهَامِ وَالعُقُوْلِ. فَالرَّجُلُ الذَّكِيُّ الفَاهِمُ الوَاعِي تَخْتَلِفُ طَرِيْقَةُ تَعَامُلِهِ عَنِ الشَّخْصِ الآخَرِ المحْدُوْدِ العَقْلِ المحْدُوْدِ الفَهْمِ المحْدُوْدِ العِلْمِ, فَالحَدِيْثُ مَعَهُ يَكُوْنُ مُنَاسِباً لِطَبِيْعَتِهِ وَقُدْرَتِهِ عَلَى الفَهْمِ.
“Berinteraksi melihat pula dari latar belakang pemahaman dan kecerdasan yang tentu berbeda-beda. Beinteraksi dengan orang yang cerdas, mudah paham dan pinar tentu berbeda dengan orang yang logikanya, daya pahamnya dan ilmunya terbatas. Sehingga ketika berbicara pula hendaklah memperhatikan tabi’at dan kemampuan pemahamannya.”
Kaedah keempat,
يَخْتَلِفُ أُسْلُوْبُ التَّعَامُلِ أَيْضًا بِاخْتِلاَفِ الشَّخْصِيَّةِ. فَطَرِيْقَةُ التَّعَامُلِ مِنْ شَخْصٍ شَكَّاكٍ وَحَسَّاسٍ تَخْتَلِفُ عَنْهَا مَعَ شَخْصٍ سَوِيٍّ, فَالطَّرِيْقَةُ تَخْتَلِفُ بِاخْتِلاَفِ الشَّخْصِيَّاتِ وَالصِّفَاتِ الَّتِي تَكُوْنُ بَارِزَةً فِيْهِمْ.
“Cara berinteraksi pula kadang mesti memandang sifat masing-masing orang. Sifat seseorang ada yang penuh dengan keragu-raguan, ada pula yang begitu sensitif. Seperti itu disikapi berbeda dengan orang yang biasa-biasa saja (berada dalam sifat yang lurus). Sehingga cara interaksi dengannya adalah tergantung apa yang dilihat pada sifat yang nampak pada dirinya.”
Referensi:
http://www.saaid.net/Doat/aljarallh/2.htm
Ayyuhal Walad. Cetakan pertama, tahun 1434 H. Imam Al-Ghazali. Penerbit Darul Minhaj.
—
20 Rabi’uts Tsani 1437 H, @ Darush Sholihin Panggang, GK
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam