Akhlaq

5 Akhlak Utama Guru dan Murid dalam Menuntut Ilmu (Belajar dari Ceramah Viral Gus Miftah)

Menuntut ilmu bukan hanya soal memperkaya wawasan, tetapi juga memperindah akhlak. Guru dan murid memiliki peran besar dalam menjaga adab dan etika selama proses belajar-mengajar. Ceramah viral Gus Miftah yang merendahkan penjual es teh mengingatkan kita pada pentingnya menjaga akhlak, baik sebagai pengajar maupun pembelajar. Akhlak yang baik tidak hanya menjadi perhiasan ilmu, tetapi juga pintu keberkahan dan manfaatnya.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas lima akhlak utama yang harus dimiliki oleh guru dan murid, dengan inspirasi dari nasihat Gus Miftah yang patut direnungkan. Mari jadikan adab sebagai prioritas dalam menuntut ilmu, sebagaimana pesan para ulama terdahulu: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”

 

1. Guru sebagai Teladan

Seorang guru tidak hanya berperan sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai panutan dalam akhlak dan perilaku. Setiap tindakan dan ucapan guru menjadi contoh bagi murid-muridnya. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menjaga adab dan akhlak yang mulia. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad, 2:381, sahih)

Dengan meneladani akhlak Rasulullah ﷺ, guru dapat menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya.

Baca juga: 13 Akhlak Utama Salafush Shalih

2. Menjaga Ucapan dalam Mengajar

Dalam menyampaikan ilmu, seorang guru harus berhati-hati dalam memilih kata-kata agar tidak menyinggung perasaan jamaah atau murid, juga tidak sampai merendahkan. Ucapan yang baik dan bijak akan lebih mudah diterima dan dipahami. Sebagaimana Allah berfirman,

وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).” (QS. Al-Isra: 53)

Dalam Tafsir Al-Muyassar disebutkan maksud ayat di atas: Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu yang beriman, agar hendaknya mereka bertutur kata yang baik lagi bagus dalam komunikasi dan perbincangan mereka.

Dengan menjaga ucapan, guru dapat membangun hubungan yang harmonis dengan murid dan jamaah.

3. Membantu Jamaah yang Membutuhkan

Seorang guru hendaknya peka terhadap kebutuhan jamaah dan berusaha membantu mereka yang dalam kesulitan. Tindakan ini akan menumbuhkan rasa cinta dan saling menghargai. Rasulullah ﷺ bersabda,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hal itu akan membuat kalian saling mencintai.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro, 6:169, hasan)

Seorang penyair Arab menyatakan dalam sebuah sya’ir,

هدايا الناس بعضهم لبعض تولد في قلوبهم الوصال

Hadiah yang diberikan oleh sebagian orang kepada yang lain bisa menumbuhkan rasa saling mencintai di hati mereka.

Dengan saling membantu dan memberi, hubungan antara guru dan jamaah akan semakin erat.

Baca juga: Jangan Lupa Oleh-Oleh, Keutamaan Saling Memberi Hadiah

4. Menjadi Guru dan Murid yang Berakhlak Baik

Akhlak yang baik adalah fondasi dalam proses belajar-mengajar. Baik guru maupun murid memiliki kewajiban untuk menjaga adab agar ilmu yang diajarkan dan dipelajari menjadi berkah. Seorang guru harus memiliki kasih sayang kepada murid-muridnya, sementara murid wajib menghormati gurunya. Rasulullah ﷺ bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

“Tidak termasuk golongan kami siapa yang tidak menyayangi yang kecil di antara kita dan tidak menghormati yang lebih tua di antara kita.” (HR. Tirmidzi no. 1919. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Hadis ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kasih sayang dan penghormatan dalam hubungan antara guru dan murid. Kasih sayang dari seorang guru menciptakan suasana belajar yang nyaman, sementara penghormatan dari murid kepada guru adalah bentuk pengakuan terhadap ilmu yang disampaikan.

Para ulama terdahulu sangat menekankan pentingnya adab dalam proses belajar. Imam Malik rahimahullah pernah menasihati seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa adab harus didahulukan? Karena akhlak yang baik akan mempermudah seseorang dalam memahami dan mengamalkan ilmu. Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Adab seorang murid dalam menghormati guru mencakup cara berbicara, mendengar dengan penuh perhatian, dan tidak membantah secara kasar. Sebaliknya, seorang guru harus bijaksana dalam mendidik muridnya, menasihati dengan lemah lembut, serta mengedepankan kasih sayang dalam mengarahkan mereka.

Dengan menjaga adab dan akhlak, proses belajar-mengajar tidak hanya berjalan lancar, tetapi juga membawa keberkahan. Seorang guru menjadi inspirasi bagi murid-muridnya, dan murid tumbuh menjadi pribadi yang berilmu serta berakhlak mulia. Semua ini adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan akhirat.

Baca juga: Berbagai Tulisan Adab pada Guru

5. Memilih Guru yang Berakhlak Mulia

Penting bagi seorang murid untuk memilih guru yang memiliki akhlak yang baik, sehingga dapat meneladani perilaku yang mulia. Guru yang baik tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga memberikan teladan akhlak dan etika yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dari guru yang berakhlak baik akan mempengaruhi pembentukan karakter murid, karena seorang murid cenderung meniru akhlak gurunya.

Imam Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq At-Ta’allum berkata,

أَمَّا اخْتِيَارُ الأُسْتَاذِ: فَيَنْبَغِى أَنْ يَخْتَارَ الأَعْلَم وَالأَوْرَعَ وَالأَسَنَّ، كَمَا اخْتَارَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ، رَحِمَ اللهُ عَلَيْهِ، حَمَّادَ بْنَ سُلَيْمَانَ، بَعْدَ التَّأَمُّلِ وَالتَّفْكِيْرِ،

“Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, wara’, dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada Hammad bin Abu Sulaiman.”

Hal ini menunjukkan pentingnya pertimbangan dalam memilih guru agar ilmu yang dipelajari tidak hanya berdampak pada kecerdasan intelektual, tetapi juga memperbaiki akhlak.

Dalam Musnad Al-Imam Ahmad, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مَثَلَ العلماءِ في الأرْضِ، كَمَثَلِ النجومِ في السماءِ يُهتَدَى بها في ظُلُماتِ البرِّ والبحرِ، فإذا انطمَسَتِ النجومُ، أوشكَ أنْ تضلَّ الهداةُ

“Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk pada orang yang berada di gelap malam di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk.” (HR. Ahmad, dhaif)

Hadis ini mengajarkan bahwa ulama adalah penerang jalan bagi umat dalam kegelapan kebodohan dan kebingungan. Oleh karena itu, memilih ulama yang benar-benar berilmu dan berakhlak mulia sangat penting untuk membimbing hidup kita.

Baca juga: Kiat Orang Awam dalam Belajar Agama

 

Doa agar Memiiki Akhlak yang Mulia

Dalam suatu hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan do’a,

اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ

Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim, no. 771).

Semoga Allah menjaga para guru yang telah membimbing kita dengan ilmu yang bermanfaat. Mari kita renungkan dan amalkan lima pelajaran berharga ini dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Banyak Ilmu, Tetapi Gak Beradab dan Berakhlak

 

Tonton video short Youtube: 5 Hal yang Harus Diperbaiki Gus Miftah

 

@ Perjalanan Solo – Gunungkidul, 3 Jumadats Tsaniyyah 1446 H, 5 Desember 2024

Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prove your humanity: 1   +   1   =  

Back to top button