Doa agar Kuat Dzikir, Syukur, dan Ibadah Usai Shalat
Tidak semua doa punya kandungan yang sedalam ini. Doa ini diajarkan langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang paling beliau cintai. Isinya bukan sekadar permintaan, tapi kunci untuk menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Jika kamu ingin ibadahmu lebih khusyuk dan hidupmu lebih tenang, jangan lewatkan doa ini.
Doa Supaya Kuat Berdzikir, Bersyukur, dan Ibadah
اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK.
Artinya: Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.
Haditsnya
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda, “Aku memberikanmu nasihat, wahai Mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat bacaan doa: ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).”
Disebutkan di akhir hadits, “Mu’adz mewasiatkan seperti itu kepada Ash-Shunabihi. Lalu Ash-Shunabihi mewasiatkannya lagi kepada Abu ‘Abdirrahman.”
(HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Redaksi hadits yang kedua dari Imam Ahmad dalam Musnad-nya (13/360, no. 7982), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dengan redaksi sebagai berikut,
“Maukah kalian bersungguh-sungguh dalam berdoa? Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى شُكْرِكَ، وَذِكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLAHUMMA A’INNA ‘ALA SYUKRIKA, WA DZIKRIKA, WA HUSNI ‘IBADATIKA.
(Ya Allah, bantulah kami untuk bersyukur kepada-Mu, mengingat-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya).”
(HR. Abu Daud, no. 1524; An-Nasai, no. 1303; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 690; Al-Hakim, 1:273; An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra, no. 9973. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih, lihat Shahih Al-Adab Al-Mufrad, no. 534)
Baca juga: Penjelasan Doa Agar Rajin Berdzikir, Bersyukur, dan Rajin Ibadah
Penjelasan Doa
Doa ini memiliki kedudukan yang agung dan makna yang sangat mulia karena hal yang dimintanya begitu luhur. Sebab, doa yang paling bermanfaat sejatinya adalah permintaan kepada Allah agar diberi pertolongan untuk meraih keridaan-Nya. Dan anugerah terbaik yang bisa diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika Dia mengabulkan permintaan itu. Sebenarnya, seluruh doa yang diajarkan dalam Islam berporos pada hal ini:
- memohon bantuan untuk taat kepada-Nya,
- memohon dijauhkan dari segala yang bertentangan dengan keridaan-Nya, serta
- memohon agar kita mampu menyempurnakan ibadah itu dan dimudahkan semua sebab yang mendukungnya.
Maka perhatikanlah makna ini baik-baik.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
تَأَمَّلْتُ أَنْفَعَ الدُّعَاءِ، فَإِذَا هُوَ سُؤَالُ الْعَوْنِ عَلَى مَرْضَاتِهِ، ثُمَّ رَأَيْتُهُ فِي الْفَاتِحَةِ فِي: “إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ”.
“Saya merenungkan doa yang paling bermanfaat, dan ternyata itu adalah permohonan pertolongan untuk meraih keridaan-Nya. Lalu saya menemukan hal itu tercantum dalam Al-Fatihah,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
(Madaarij As-Salikin, 1:75-78)
Wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Karena begitu pentingnya doa ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepada sahabat yang dicintainya, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, agar jangan pernah meninggalkan doa ini setiap selesai shalat. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak umat ini secara umum untuk sungguh-sungguh dalam memanjatkan doa tersebut.
Baca juga: Tiga Wasiat Nabi pada Abu Hurairah
Dzikir itu Amalan Terbaik
Dalam doa disebutkan,
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ
“Ya Allah, bantulah kami untuk mengingat-Mu (berdzikir kepada-Mu).”
Ini adalah permintaan kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan dzikir. Sebab dzikir adalah amalan terbaik dalam Islam.
Pada lafaz “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika” (Ya Allah, bantu aku untuk mengingat-Mu), terkandung permohonan kepada Allah agar diberi kemampuan dan pertolongan untuk berdzikir kepada-Nya. Sebab, dzikir adalah amal paling utama dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إنْفاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟> قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ:ذِكْرُ اللَّهِ تعالى
“Maukah kalian aku beritahu tentang amalan terbaik kalian? Amalan yang paling suci di sisi Rabb kalian, yang paling tinggi derajatnya, lebih baik dari menginfakkan emas dan perak, dan lebih utama dari bertemu musuh lalu kalian menebas leher mereka dan mereka menebas leher kalian?”
Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.”
Beliau pun bersabda, “Yaitu dzikrullah (mengingat Allah Ta’ala).”
(HR. Ahmad, 36:33; Tirmidzi, no. 3377; Ibnu Majah, no. 3370; Imam Malik dalam Al-Muwaththa’, 2:295; Al-Hakim, 1:496. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Baca juga: Hukum Berdzikir bagi Wanita Haidh
Ini menunjukkan bahwa dzikir bukan sekadar rutinitas lisan, tetapi fondasi utama dalam ibadah dan bukti hidupnya hati seorang hamba. Maka pantas bila kita memohon agar Allah menolong kita untuk istiqamah melakukannya.
Makna dzikir di sini mencakup seluruh bentuk dzikir:
- Membaca Al-Qur’an (yang merupakan dzikir paling utama)
- Tahlil (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ)
- Tasbih (سُبْحَانَ اللهِ)
- Istighfar (أَسْتَغْفِرُ اللهَ)
- Shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Dan juga doa-doa yang lain.
Baca juga: 7 Catatan Mengenai Dzikir
Hendaklah Rajin Bersyukur
Dalam doa disebutkan,
وَشُكْرِكَ
“Dan (bantulah kami) untuk bersyukur kepada-Mu.”
Yakni, mensyukuri seluruh nikmat lahir dan batin yang telah Allah berikan kepada kita—yang tidak mungkin bisa kita hitung satu per satu. Allah berfirman,
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“Jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian tidak akan sanggup menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)
Baca juga: Manfaat Bersyukur
Bersyukur itu harus dilakukan dengan:
- Perbuatan, sebagaimana firman Allah kepada keluarga Nabi Daud:
اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا
“Beramallah kalian wahai keluarga Daud sebagai bentuk syukur.” (QS. Saba’: 13)
2. Ucapan, berupa pujian, sanjungan, dan menyebut-nyebut nikmat Allah. Allah berfirman:
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Ingatlah nikmat Allah atas kalian.” (QS. Al-Baqarah: 231)
Baca juga: Apa itu Syukur? Ini Arti Secara Bahasa dan Istilah
Dan bentuk syukur paling agung adalah takwa kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bertakwalah kepada Allah, agar kalian menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 123)
Namun, sungguh tak mudah untuk bersyukur secara benar. Bahkan untuk bisa bersyukur saja kita butuh nikmat lain, yaitu nikmat taufik untuk bisa bersyukur. Taufik itu juga perlu disyukuri.
Baca juga: Cara Kita Bersyukur
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
كُلُّ نِعْمَةٍ عَلَى الْعَبْدِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى فِي دِينٍ أَوْ دُنْيَا، تَحْتَاجُ إِلَى شُكْرٍ عَلَيْهَا، ثُمَّ التَّوْفِيقُ لِلشُّكْرِ عَلَيْهَا نِعْمَةٌ أُخْرَى، تَحْتَاجُ إِلَى شُكْرٍ ثَانٍ، ثُمَّ التَّوْفِيقُ لِلشُّكْرِ الثَّانِي نِعْمَةٌ أُخْرَى يَحْتَاجُ إِلَى شُكْرٍ آخَرَ، وَهَكَذَا أَبَدًا، فَلَا يَقْدِرُ الْعَبْدُ عَلَى الْقِيَامِ بِشُكْرِ النِّعَمِ،
وَحَقِيقَةُ الشُّكْرِ: الِاعْتِرَافُ بِالْعَجْزِ فِي الشُّكْرِ.
“Setiap nikmat yang Allah berikan kepada hamba, baik dalam urusan agama maupun dunia, itu butuh disyukuri. Kemudian ketika seseorang diberi taufik untuk bersyukur, maka itu juga merupakan nikmat lain yang butuh disyukuri lagi. Lalu jika diberi taufik lagi untuk bersyukur yang kedua, itu pun nikmat baru yang juga butuh syukur. Begitu seterusnya tanpa henti. Maka, tidak ada seorang hamba pun yang bisa benar-benar menunaikan syukur secara sempurna. Hakikat syukur adalah menyadari bahwa kita tidak mampu bersyukur dengan sempurna.”
(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 301)
Baca juga: Pengertian Syukur, Hakikat Syukur, dan Rukun Syukur
Perintah Memperbagus Ibadah
Lanjutan doa ini,
وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Dan (bantulah kami) agar kami bisa beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya.”
Yakni, menjalankan ibadah kepada Allah dengan cara yang paling sempurna dan benar. Hal itu hanya akan tercapai jika terpenuhi dua syarat utama:
- Ikhlas kepada Allah semata—tidak ada unsur ria atau ingin dilihat manusia.
- Mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukan dengan cara-cara baru yang diada-adakan dalam agama (bid’ah).
Baca juga: Inilah Dua Syarat Diterimanya Ibadah
Referensi:
____
@ Pondok Pesantren Darush Sholihin – 28 Dzulhijjah 1446 H, 24 Juni 2025
Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com