Haji Umrah

Tiga Jenis Haji: Qiran, Tamattu, dan Ifrad, Manakah yang Dilakukan Nabi

Jenis haji qiron, tamattu, dan ifrad, manakah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

 

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

 

كِتَابُ اَلْحَجِّ

Kitab Haji

 

بَابُ وُجُوهِ اَلْإِحْرَامِ وَصِفَتِهِ

BAB BENTUK IHRAM DAN SIFATNYA

 

Hadits #727

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: { خَرَجْنَا مَعَ اَلنَّبِيِّ ( عَامَ حَجَّةِ اَلْوَدَاعِ, فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ, وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَعُمْرَةٍ, وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ, وَأَهَلَّ رَسُولُ اَللَّهِ ( بِالْحَجِّ, فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ فَحَلَّ, وَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ, أَوْ جَمَعَ اَلْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَلَمْ يَحِلُّوا حَتَّى كَانَ يَوْمَ اَلنَّحْرِ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun haji wada’. Di antara kami ada yang berihram untuk umrah, ada yang berihram untuk haji dan umrah, dan ada yang berihram untuk haji saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram untuk haji. Bagi yang berihram untuk umrah, ia boleh tahallul setelah itu. Siapa yang bertahalul untuk haji atau menggabungkan antara haji dan umrah, maka ia tidaklah tahallul kecuali hari Nahr (Iduladha, 10 Dzulhijjah).” (Muttafaqun ‘alaih)

[HR. Bukhari, no. 1562 dan Muslim, no. 1211, 118]

 

Keterangan

  • Haji wada’ dilaksanakan pada tahun 10 Hijriyah.
  • Ihlal secara bahasa berarti mengeraskan suara. Ihlal jika dimutlakkan berarti ihram. Makna ahalla berarti ahroma. Orang yang berihram berarti mengeraskan suaranya ketika bertalbiyah setelah berniat ihram.

 

Macam-Macam Manasik

  1. Tamattu’: berniat ihram untuk umrah dari miqat pada bulan haji dengan niatan LABBAIK ‘UMROTAN, lalu tahallul, kemudian berniat haji pada delapan Dzulhijjah.
  2. Qiran: berniat ihram untuk umrah dan haji sekaligus dari miqat. Niatannya adalah LABBAIK ‘UMROTAN WA HAJJAN.
  3. Ifrad: berniat ihram untuk haji saja dari miqat. Niatannya adalah LABBAIK HAJJAN. Setelah berhaji, barulah berihram.

 

Faedah hadits

  1. Secara zhahir, tekstual hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat ihram untuk haji saja (ifrad). Sebagian ulama berpendapat bahwa niatan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah qiran karena ada 20 hadits yang membicarakannya. Pendapat lain menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih tamattu’ sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Umar disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan haji wada’ dengan umrah terlebih dahulu lalu berhaji. Menurut Syaikh Az-Zuhaily, yang tepat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan ifrad terlebih dahulu, kemudian berihram untuk umrah setelah itu, kemudian memasukkan pada haji sehingga menjadi qiran.
  2. Hadits ini menjelaskan bolehnya tiga bentuk manasik yaitu: tamattu’, qiran, dan ifrad. Sepakat ulama, ketiga bentuk manasik ini boleh dilakukan.
  3. Urutan manasik yang lebih afdal dari tiga manasik adalah ifrad, tamattu’, kemudian qiran. Demikian pendapat Syafii, Malik, dan kebanyakan ulama. Sedangkan menurut Imam Ahmad, manasik yang paling afdal adalah tamattu’, itulah yang termudah untuk saat ini. Imam Abu Hanifah sendiri berpendapat yang lebih afdal adalah qiran.

 

Baca juga: 

 

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 5:201-205.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:594-595.

 

 

Diselesaikan di Jeddah di Kereta Jeddah – Madinah, 19 Dzulqa’dah 1444 H, 8 Juni 2023

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button