Syarhus Sunnah: Terhalang dari Melihat Wajah Allah
Syarhus Sunnah karya Imam Al-Muzani saat ini masih membahas tentang orang-orang yang terhalang melihat wajah Allah pada hari kiamat dan juga tentang kenikmatan di surga.
Baca pembahasan sebelumnya: Melihat Wajah Allah pada Hari Kiamat
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
فَهُمْ حِيْنَئِذٍ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْظُرُوْنَ لاَ يُمَارُوْنَ فِي النَّظَرِ إِلَيْهِ وَلاَ يَشُكُّوْنَ ، فَوُجُوْهُهُمْ بَكَرَامَتِهِ نَاضِرَةٌ وَأَعْيُنُهُمْ بِفَضْلِهِ إِلَيْهِ نَاظِرَةٌ فِي نَعِيْمٍ دَائِمٍ مُقِيْمٍ
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا ۖ وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ
وَأَهْلُ الجَحْدِ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ مَحْجُوْبُوْنَ وَفِي النَّارِ يُسْجَرُوْنَ
تَرَىٰ كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ
لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
خَلاَ مَنْ شَاءَ اللهُ مِنَ المُوَحِّدِيْنَ إِخْرَاجَهُمْ مِنْهَا
Mereka pada hari itu memandang kepada Rabb mereka, tidak bimbang dan ragu dalam memandangnya. Wajah-wajah mereka cerah dengan kemuliaan dari-Nya. Mata mereka memandang kepada-Nya dengan keutamaan yang diberikan oleh-Nya. (Mereka) berada dalam kenikmatan yang terus menerus kekal.
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS. Al-Hijr: 48)
“Buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’du: 35)
Sedangkan orang-orang yang menentang (perintah Allah), terhalang dari (memandang Wajah) Rabb mereka. Dan mereka dibakar dalam api neraka.
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS. Al-Maidah: 80).
“Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS. Fathir: 36)
Kecuali bagi yang Allah kehendaki dari kalangan orang yang mentauhidkan Allah, Allah keluarkan darinya (neraka).
Mereka yang terhalang melihat wajah Allah
Allah Ta’ala berfirman,
كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ , ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari melihat Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.” (QS. Al-Muthaffifin: 15-16).
Mereka pada hari kiamat terhalang dari melihat Rabb mereka (Sang Khaliq Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Al-Imam Abu ‘Abdillah Asy-Syafii (yaitu Imam Syafii) rahimahullah berkata,
هذه الآية دليل على أن المؤمنين يرونه عز وجل يومئذ
“Ayat ini menjadi dalil bahwa orang beriman akan melihat Allah pada hari kiamat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:512)
Lantas Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan,
وهذا الذي قاله الإمام الشافعي، رحمه الله، في غاية الحسن، وهو استدلال بمفهوم هذه الآية، كما دل عليه منطوق قوله: { وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ } [القيامة: 22، 23]. وكما دلت على ذلك الأحاديث الصحاح (5) المتواترة في رؤية المؤمنين ربهم عز وجل في الدار الآخرة، رؤية بالأبصار في عَرَصات القيامة، وفي روضات الجنان الفاخرة
“Inilah perkataan yang sangat bagus dari Imam Syafii rahimahullah, di mana disimpulkan dari mafhum (makna mendalam) dari ayat. Sebagaimana tekstual ayat lainnya menyatakan,
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ,إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23). Juga hadits-hadits sahih yang sifatnya mutawatir mendukung keyakinan ini pula, di mana orang beriman akan melihat Rabb mereka di akhirat. Mereka akan melihat dengan pandangan mereka pada hari kiamat di surga.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:512)
Disebutkan juga oleh Ibnu Katsir perkataan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah,
يكشف الحجاب، فينظر إليه المؤمنون والكافرون، ثم يحجب عنه الكافرون وينظر إليه المؤمنون. كُلّ يوم غدوة وعشية
“Allah nanti akan menyingkap hijab, orang-orang mukmin dan kafir akan melihat Allah. Kemudian orang-orang kafir terhalang dari melihat-Nya, dan hanya orang-orang beriman sajalah yang melihat Allah. Mereka akan melihat pada pagi dan petang.” Atau Al-Hasan Al-Bashri mengatakan yang semisal itu. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:512)
Dinukil dari Zaad Al-Masiir (9:56), Malik bin Anas mengatakan,
لما حجب أعداءه فلم يَرَوْه تجلَّى لأوليائه حتى رأوه
“Ketika musuh-musuh Allah terhalang dari melihat-Nya, maka teranglah bagi kekasih-Nya (orang beriman) sampai melihat Allah dengan nyata.”
Imam Syafii rahimahullah berkata,
لما حجب قوما بالسُّخْطِ دل على أن قوماً يَرَوْنه بالرضى
“Ketika ada suatu kaum terhalang dari melihat Allah sehingga membuat Allah murka, maka ada kaum yang melihat Allah karena Allah rida pada-Nya.”
Masih dalam Zaad Al-Masiir (9:56) disebutkan,
في هذه الآية دليل على أن الله عز وجل يُرى في القيامة . ولولا ذلك ما كان في هذه الآية فائدة ، ولا خسَّت منزلة الكفار بأنهم يحجبون عن ربهم . ثم من بعد حجبهم عن الله يدخلون النار ، فذلك قوله تعالى { ثم إنهم لصالوا الجحيم } .
“Ini jadi dalil bahwa Allah kelak akan dilihat pada hari kiamat. Kalaulah bukan demikian, maka ayat di atas (surah Al-Muthaffifin ayat 15-16) disebutkan tanpa ada faedah. Orang kafir jelas akan terhalang dari melihat Rabb mereka. Setelah mereka terhalang dari melihat Allah, mereka akan masuk neraka. Oleh karenanya ayat itu ditutup dengan ‘Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka’.”
Mereka akan masuk surga dengan mendapatkan nikmat yang kekal
Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan, “(Mereka) berada dalam kenikmatan yang terus menerus kekal.”
Hal di atas sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖوَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)
۞ وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 108)
لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا ۖ وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ
“Mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka.” (QS. Al-Anbiya’: 102)
Semoga bermanfaat. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam surga-Nya dan menjauhkan kita dari terhalang melihat wajah-Nya yang mulia.
Referensi:
- Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal ‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
- Tamam Al–Minnah ‘ala Syarh As-Sunnah li Al-Imam Al-Muzani. Khalid bin Mahmud bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Juhani. www.alukah.net.
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Zaad Al-Masiir fii ‘Ilmi At-Tafsiir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. Al-Imam Abul Faraj Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi Al-Qurasyi Al-Baghdadi. Penerbit Al-Maktab Al-Islamiy.
Baca Juga:
Baca juga artikel lainnya dari kitab SYARHUS SUNNAH atau tema lain seputar AQIDAH
Diselesaikan saat perjalanan Jakarta – Jogja, 29 Rabiul Awwal 1441 H (26 Nov 2019)
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com