Perang Sudan dan Rebutan Gunung Emas: Sebuah Peringatan tentang Fitnah Harta
Perang saudara di Sudan yang salah satu pemicunya adalah perebutan emas Jabal Amer kembali membuka mata kita betapa ambisi dunia bisa menyeret sebuah negeri ke jurang kehancuran. Umat Islam sesungguhnya sudah diperingatkan bahwa fitnah terbesar mereka adalah harta, ketika saudara bisa berubah menjadi musuh demi kepentingan dunia yang hina dan fana. Khutbah ini mengajak kita merenungi bahaya cinta dunia dan menghidupkan doa,
“اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا”
agar hati tetap selamat meski dunia di sekitar kita bergolak.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Allah memerintahkan kita untuk bertakwa. Bentuk ketakwaan adalah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Menjalankan Sunnah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ittiba’ atau mengikuti tuntunan beliau adalah bentuk ketakwaan. Menjaga diri dari permusuhan dan pertikaian antara sesama saudara muslim, juga adalah bagian dari ketakwaan. Menjauhkan diri dari ambisi duniawi pada harta adalah juga bagian dari ketakwaan, terlalu rakus pada dunia itu tercela.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Miftaah Daar As-Sa’adah: “Para pemikir dari berbagai bangsa sepakat dalam satu hal: bahwa orang yang tamak mengejar harta, yang hatinya selalu haus dan tak pernah cukup, layak dicela. Mereka memandang rendah orang seperti ini, bahkan menganggapnya hina karena menundukkan diri pada sesuatu yang fana.”
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Kita sedang menyaksikan berita duka yang mengguncang dunia Islam hari ini: perang yang berkecamuk di Sudan, perang saudara yang memakan korban ribuan jiwa, meruntuhkan kota-kota, memecah masyarakat, dan menghancurkan tatanan negeri. Di balik konflik itu, para pengamat menunjukkan bahwa salah satu faktor penting adalah rebutan dunia, termasuk perebutan Gunung Emas Jabal Amer—sebuah ladang emas terbesar di benua Afrika yang menjadi sumber perselisihan antarkelompok. Inilah pemicu peperangan antara dua penguasa militer di Sudan.
Betapa mahal harga sebuah ambisi dunia. Betapa banyak darah tumpah hanya demi harta yang sejatinya tak lebih dari debu yang akan ditinggalkan.
Namun sesungguhnya, kejadian ini bukan pertama kali terjadi dalam sejarah umat. Apa yang terjadi hari ini pernah terjadi dalam skala yang berbeda, dalam umat terbaik sekalipun—umat Nabi Muhammad ﷺ.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Pelajaran dari Perang Uhud: Ketika Dunia Mengalahkan Taat
Perang Uhud adalah saksi abadi tentang bagaimana dunia — meski sedikit — dapat membutakan mata sebagian orang beriman. Allah telah menceritakan momen itu dalam firman-Nya:
﴿ وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّىٰ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ ﴾
“Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kalian mengalahkan mereka… sampai ketika kalian berselisih dan kalian bermaksiat setelah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian inginkan.” (QS. Āli ‘Imrān: 152)
Yang diinginkan para pemanah itu apa? Ghanīmah. Harta. Rampasan perang.
Mereka melihat tanda kemenangan, lalu sebagian berkata: “Turunlah! Kita harus ambil bagian dari harta perang ini.” Meskipun Rasulullah ﷺ telah memerintahkan: “Jangan tinggalkan pos kalian, apapun yang terjadi.”
Ketika perintah Rasul ditinggalkan, barulah malapetaka datang: pasukan Khalid bin Walid yang saat itu masih musyrik memukul dari belakang, dan keadaan berubah total. Tercatat 70 sahabat mati syahid, termasuk paman Rasul yang mulia, Hamzah radhiyallahu ‘anhu.
Semua itu terjadi karena apa?
Karena rebutan dunia.
Karena mengutamakan harta daripada ketaatan.
Baca juga: Perang Uhud, Pelajaran di Dalamnya
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Sudan, Dunia, dan Umat yang Mengulangi Kesalahan yang Sama
Jamaah sekalian,
Apa yang terjadi di Sudan hari ini mencerminkan sunnatullah yang sama. Ketika dunia menjadi tujuan, maka:
- saudara menjadi musuh,
- perjanjian mudah diingkari,
- amanah dikhianati,
- darah manusia menjadi murah,
- dan ketaatan kepada Allah serta rasa takut kepada-Nya menjadi hilang.
Padahal Rasulullah ﷺ telah memperingatkan:
« إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ »
“Setiap umat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi, no. 2336. Hadits ini sahih sebagaimana kata Syaikh Al-Albani)
Bukankah yang terjadi hari ini di Sudan—dan juga di banyak negeri Muslim lainnya—adalah bentuk nyata dari hadits ini?
Perselisihan demi harta.
Pembunuhan demi harta.
Perebutan wilayah karena sumber daya.
Fitnah dunia memecah belah umat, sebagaimana dulu memecah barisan pemanah Uhud.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Dunia Tidak Pernah Layak Dipertaruhkan dengan Darah
Jika para sahabat saja diuji dan sebagian goyah oleh dunia, apalagi manusia zaman sekarang yang hatinya lebih rapuh?
Namun perbedaannya satu:
Para sahabat langsung bertaubat, kembali kepada Allah, menangis dalam penyesalan, dan Allah pun memuliakan mereka.
Sedangkan manusia hari ini sering tidak merasa salah, karena dunia telah membutakan mata.
Padahal Allah telah mengingatkan:
﴿ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴾
“Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Āli ‘Imrān: 185)
Dunia menipu mata yang lemah.
Dunia memecah hati yang tak terjaga.
Dunia merusak kaum yang tidak menundukkannya.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Gara-Gara Ambisi Dunia
Saat perang Uhud yang terjadi pada tiga Hijriyah yang melibatkan 700 pasukan kaum muslimin melawan 3.000 pasukan kafir Quraisy ….
Teriakan para pemanah yang berada di Jabal Ramah ketika mereka merasa sudah menang, tetapi tidak mengindahkan perintah Rasulullah untuk menetap di gunungkidul tersebut: “Hai kaum, lihat ghanimah (harta rampasan perang)!”. Perhatikan segala risiko yang terjadi, maka hal ini memberi pelajaran kepada kita untuk berhati-hati dari sikap ambisi terhadap dunia. Allah Ta’ala berfirman,
مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلْءَاخِرَةَ
“Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” (QS. Ali Imran: 152)
Dalam hadits dari ‘Amr bin ‘Auf Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.
“Demi Allah, kefakiran bukanlah yang kukhawatirkan menimpa kalian. Namun, yang kukhawatirkan adalah dunia dibuka untuk kalian sebagaimana telah dibuka seluas-luasnya untuk orang sebelum kalian. Maka berlomba-lombalah raih dunia sebagaimana orang sebelum kalian melakukannya. Lihatlah, dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana mereka sebelumnya telah hancur karena dunia.” (HR. Bukhari, no. 4015 dan Muslim, no. 2296)
Padahal apa yang dilakukan oleh sahabat dalam ambisi dunia hanya sedikit dan sesaat. Lantas bagaimana dengan orang yang sepanjang waktunya dan seluruh ambisinya hanya untuk dunia.
Pembicaraan tentang dunia, ambisi dan dampaknya, seyogyanya kita mengingat firman Allah tentang Yahudi,
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)
Ambisius (hirsh syadid) adalah alasan yang membedakan Yahudi begitu tamak pada dunia. Orang Yahudi disejajarkan dengan sifat orang musyrik yang begitu rakus pula pada dunia. Orang yang punya ambisi kuat pada dunia pasti akan mencampakkan agamanya demi memperoleh dunia, lalu berani melakukan dosa dan kemungkaran demi dunia.
Baca juga: Khutbah Jumat, Tanda Cinta Dunia
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Pelajaran Besar untuk Kita: Jangan Ulangi Kesalahan Uhud
Khutbah ini bukan sekadar tentang Sudan.
Ini adalah tentang siapa saja, umat mana saja, termasuk diri kita, yang terjebak oleh dunia.
Pelajaran Uhud berlaku untuk semua zaman:
- Taat Rasul lebih utama daripada harta apa pun.
- Kemenangan sejati bukan pada banyaknya emas, tetapi tegaknya ketaatan.
- Dunia adalah fitnah yang akan meruntuhkan siapa pun yang tidak mengendalikannya.
- Ketika umat saling berebut dunia, mereka pasti kalah — meski jumlah mereka banyak.
- Darah seorang Muslim lebih berharga daripada seluruh isi bumi.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Sudan Hanya Contoh, Kita Semua Bisa Terjatuh Jika Cinta Dunia Menguasai Hati
Apa yang terjadi di Sudan adalah tragedi yang mengingatkan kita pada hukum Allah yang tidak berubah:
ketika dunia menjadi tujuan, kehancuran menjadi konsekuensi.
Jika dunia menjadi puncak ambisi,
maka ujungnya pasti seperti Uhud — kekalahan.
Atau seperti Sudan hari ini — kehancuran dan kekacauan.
Karena itu, mari kuatkan doa kita untuk saudara-saudara di Sudan, dan lebih penting lagi:
perbaiki diri kita agar tidak menjadi bagian dari umat yang hancur karena cinta dunia.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Lalu bagaimana agar tidak gila dunia?
- Marilah kita belajar agama, luangkan waktu walau sesibuk apa pun untuk mendalami ilmu Islam.
- Harus yakini dunia itu hina dan yakin dunia itu akan fana dibanding akhirat yang kekal abadi.
- Qana’ah (nerimo) dengan yang sedikit, apa saja yang Allah beri.
- Mendahulukan rida Allah daripada hawa nafsu, keluarga dan kepentingan dunia.
- Sabar dan haraplah kenikmatan yang begitu banyak di surga.
Semoga Allah melindungi umat ini dari fitnah harta,
menguatkan hati kita dengan iman,
dan menjadikan peristiwa Sudan serta pelajaran Uhud sebagai cermin bagi kita semua.
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Penutup: Ya Allah, Janganlah Jadikan Dunia Sebagai Tujuan Terbesar Kami
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia menceritakan:
“Jarang sekali Rasulullah ﷺ bangkit dari suatu majelis melainkan beliau selalu berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya:
اللهمَّ اقسِمْ لنا مِنْ خشيَتِكَ ما تحولُ بِهِ بينَنَا وبينَ معاصيكَ ، ومِنْ طاعَتِكَ ما تُبَلِّغُنَا بِهِ جنتَكَ ، ومِنَ اليقينِ ما تُهَوِّنُ بِهِ علَيْنَا مصائِبَ الدُّنيا ،
‘Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menjadi penghalang antara kami dan maksiat kepada-Mu.
Dan anugerahkanlah kepada kami ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan kami ke surga-Mu.
Dan anugerahkanlah kepada kami keyakinan yang dengannya Engkau ringankan bagi kami musibah-musibah dunia.
اللهمَّ متِّعْنَا بأسماعِنا ، وأبصارِنا ، وقوَّتِنا ما أحْيَيْتَنا ، واجعلْهُ الوارِثَ مِنَّا ، واجعَلْ ثَأْرَنا عَلَى مَنْ ظلَمَنا ، وانصرْنا عَلَى مَنْ عادَانا ،
Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kenikmatan pada pendengaran kami, penglihatan kami, dan kekuatan kami selama Engkau masih menghidupkan kami.
Jadikanlah semua itu sebagai warisan yang tersisa pada diri kami (hingga akhir hayat).
Jadikanlah pembalasan kami hanya kepada orang-orang yang menzalimi kami.
Dan tolonglah kami menghadapi orang-orang yang memusuhi kami.
ولا تَجْعَلِ مُصِيبَتَنا في دينِنِا ، ولَا تَجْعَلْ الدنيا أكبرَ هَمِّنَا ، ولَا مَبْلَغَ عِلْمِنا ، ولَا تُسَلِّطْ عَلَيْنا مَنْ لَا يرْحَمُنا
Ya Allah, jangan Engkau jadikan musibah kami mengenai agama kami.
Jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak ilmu kami.
Dan jangan Engkau kuasakan atas kami orang yang tidak mengasihi kami.’”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا،
اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا،
وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ
—
Jumat pagi, 23 Jumadilawal 1447 H, 14 November 2025
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
Artikel Rumaysho.Com



