Aqidah

Syarhus Sunnah: Surga dan Neraka dalam Timbangan Akidah

Bagaimana cara kita beriman tentang surga dan neraka? Lalu apakah anak kecil pasti masuk surga walau dari kalangan orang musyrik?

 

Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,

ثُمَّ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ أَهْلاً فَهُمْ بِأَعْمَالِهَا بِمَشِيْئَتِهِ عَامِلُوْنَ وَبِقُدْرَتِهِ وَبِإِرَادَتِهِ يَنْفُذُوْنَ

“Kemudian Allah menciptakaan penghuni surga dari keturunan Adam. Orang-orang tersebut adalah para pelaku amalan-amalan mereka sesuai kehendak-Nya. Mereka melaksanakan sesuai dengan kekuasaan dan kehendak-Nya.”

وَخَلَقَ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ لِلنَّارِ أَهْلاً فَخَلَقَ لَهُمْ أَعْيَانًا لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَآذَانًا لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهَا وَقُلُوْبًا لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهَا فَهُمْ بِذَلِكَ عَنِ الهُدَى مَحْجُوْبُوْنَ وَبِأَعْمَالِ أَهْلِ النَّارِ بِسَابِقِ قَدَرِهِ يَعْمَلُوْنَ

“Dan Allah menciptakan penduduk neraka dari keturunan Adam. Allah ciptakan untuk mereka mata yang tidak digunakan untuk melihat (hal-hal yang diperintahkan), telinga yang tidak digunakan untuk mendengar (perintah Allah), dan hati yang tidak digunakan untuk memahami (firman Allah). Mereka dengan hal itu terhalang dari petunjuk. Mereka mengamalkan perbuatan-perbuatan penduduk neraka sesuai dengan takdir yang mendahului perbuatan tersebut.”

 

Tiga Hal yang Mesti Diyakini Tentang Surga dan Neraka

 

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Hafizh Al-Hakami rahimahullah, keyakinan terhadap surga dan neraka yang mesti diyakini adalah tiga. Beliau sebut dalam bait syairnya,

والنَّارُ وَالجَنَّةُ حَقٌّ وَهُمَا … مَوْجُوْدَتَانِ لاَ فَنَاءَ لَهُمَا

“Neraka dan surga adalah benar adanya. Keduanya telah ada saat ini. Dan keduanya tidaklah fana.”

Berikut sedikit uraiannya.

 

Pertama: Surga dan neraka itu benar adanya, tidak ada keraguan sedikit pun tentangnya.

Di antara dalilnya,

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (132) وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)

Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 131-133)

 

Kedua: Surga dan neraka sudah ada saat ini.

Tentang surga, Allah Ta’ala berfirman,

أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)

Tentang neraka, Allah Ta’ala berfirman,

أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Yang telah disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 131). Jika dikatakan “telah disediakan”, berarti keduanya telah ada.

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ ، وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ ، فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

Aku pernah melihat surga, lalu aku melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin. Aku pun pernah melihat neraka, lalu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.”(HR. Bukhari, no. 5198 dan Muslim, no. 2737)

Dari Ibnu ‘Abbas, Rafi’ bin Khadij, ‘Aisyah dan Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ ، فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ

“Sakit demam berasal dari panasnya jahannam. Oleh karenanya, dinginkanlah demam tersebut dengan air.”(HR. Bukhari, no. 3261, 3263, 3264, 5726 dan Muslim, no. 2209, 2210, 2212)

 

Ketiga: Surga dan neraka itu kekal karena Allah yang menghendaki keduanya untuk kekal. Keduanya tidaklah fana.

Tentang surga, Allah Ta’ala berfirman,

خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”(QS. At-Taubah: 100)

Tentang neraka, Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَظَلَمُوا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا ,إِلَّا طَرِيقَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. An-Nisaa’: 168-169)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَ أَهْلُ النَّارِ النَّارَ ، ثُمَّ يَقُومُ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ يَا أَهْلَ النَّارِ لاَ مَوْتَ ، وَيَا أَهْلَ الْجَنَّةِ لاَ مَوْتَ ، خُلُودٌ

“Jika penduduk surga telah memasuki surga dan penduduk neraka telah memasuki neraka, kemudian seseorang akan meneriaki di antara mereka, “Wahai penduduk neraka, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Kalian akan kekal di dalamnya.” (HR. Bukhari, no. 6544 dan Muslim, no. 2850).

 

Penduduk Surga dan Neraka dari Keturunan Adam

 

Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, “Dan Allah menciptakan penduduk neraka dari keturunan Adam.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

دُعِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ إلى جِنَازَةِ صَبِيٍّ مِنَ الأنْصَارِ، فَقُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ، طُوبَى لِهذا، عُصْفُورٌ مِن عَصَافِيرِ الجَنَّةِ لَمْ يَعْمَلِ السُّوءَ وَلَمْ يُدْرِكْهُ، قالَ: أَوَ غيرَ ذلكَ، يا عَائِشَةُ إنَّ اللَّهَ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ أَهْلًا،خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ في أَصْلَابِ آبَائِهِمْ، وَخَلَقَ لِلنَّارِ أَهْلًا، خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ في أَصْلَابِ آبَائِهِمْ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah diminta untuk menyolatkan jenazah seorang anak dari kaum Anshar. Maka aku katakan: “Wahai Rasulullah beruntunglah anak ini. (Ia akan menjadi seekor) burung ‘ushfur dari burung-burung ‘ushfur di dalam surga. Ia belum berbuat kejelekan sama sekali dan belum menjumpai masa terkenai dosa (karena belum baligh).”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Atau (bahkan) selain itu, wahai Aisyah, sesungguhnya Allah menciptakan untuk surga penghuninya. Allah ciptakan mereka untuk surga sejak mereka berada pada tulang sulbi ayah-ayah mereka. Dan Allah menciptakan untuk neraka penghuninya Allah menciptakan mereka sejak mereka dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka.” (HR. Muslim, no. 2662)

 

Bagaimana dengan Anak dari Orang Muslim dan Orang Musyrik yang Belum Baligh?

 

Mengenai hadits di atas, Imam Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa para ulama sepakat, anak kecil dari kaum muslimin yang meninggal dunia, maka ia termasuk penghuni surga karena ia belum terbebani syariat. (Syarh Shahih Muslim, 16:207). Namun Imam Nawawi setelah itu menjelaskan bahwa hal ini bukan berarti kita tunjuk person, bahwasanya anak ini dipastikan masuk surga, seperti ini tidak boleh.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Yang dimaksud tentang hadits di atas adalah tidak boleh memastikan kalau seseorang itu masuk surga atau masuk neraka, walau itu anak kecil (yang belum dibebankan syariat), tetap tidak boleh dipastikan.” (Majmu’ Fatawa, 25:122).

Sedangkan untuk anak-anak orang musyrik terjawab dengan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang nasib anak-anak orang musyrik, beliau menjawab,

اللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا عَامِلِيْنَ

Allah Maha Mengetahui tentang apa yang mereka perbuat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1384 dan Muslim, no. 2658).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa maksud hadits ini adalah Allah mengetahui amalan mereka nantinya seperti apa jika mereka terus hidup. Allah tahu mana di antara mereka yang mau taat ketika diuji, begitu pula Allah tahu mana di antara mereka yang mau taat ketika berada di dunia. Ketika diuji, Allah tahu mana di antara mereka yang bermaksiat, sebagaimana Allah tahu bagaimana jika mereka berada di dunia. Itulah ilmu Allah, Allah tahu sesuatu yang tidak terjadi seandainya hal itu terjadi.” Demikian disebutkan dalam Hasyiyah Ibnul Qayyim pada Sunan Abi Daud, 7:87.

Semoga bermanfaat.

 

Referensi:

  1. Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, no. 6496 dan 300082.
  2. Ma’arij Al-Qabul.Cetakan kedua, Tahun 1420 H. Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami. Penerbit Darul Hadits. 2:222-229.
  3. Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal ‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
  4. Tamam AlMinnah ‘ala Syarh As-Sunnah li Al-Imam Al-Muzani.Khalid bin Mahmud bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Juhani. alukah.net.

Disusun saat perjalanan Panggang – Jogja, 26 Rajab 1440 H, Selasa sore, 2 April 2019

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button