Doa itu Senjata Orang Mukmin, Penjelasan Doa vs Musibah, Kapan Bisa Menang?
Doa itu senjata orang mukmin. Namun, senjata itu bisa kuat, bisa juga lemah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ sebagai berikut.
Doa adalah senjata orang mukmin.
Disebutkan dalam Al-Mustadrak Al-Hakim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُدْعُو اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالاِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan doa kalian terkabul. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak serius.” [HR. Al-Hakim, 1:493]
Berdasarkan hadits di atas, doa adalah obat penawar yang memberikan manfaat dan menghilangkan penyakit. Namun, kelalaian hati dari mengingat Allah dan mengonsumsi makanan haram akan melemahkan sekaligus melenyapkan kekuatan doa.
Penjelasan tersebut senada dengan riwayat dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَيَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتٍ مَارَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَهُ اِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai manusia, sungguh Allah itu baik dan tidak akan menerima, kecuali hal yang baik. Sungguh, Allah juga telah memerintahkan kaum mukminin dengan perkara yang Allah perintahkan kepada para rasul. Allah berfirman: “Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mukminun: 51). Allah juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 172).
Kemudian beliau menceritakan tentang seorang laki-laki yang tengah mengadakan perjalanan panjang, rambutnya kusut, tubuhnya berdebu, dan ia menengadahkan tangan ke langit sambil berkata, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku! Namun, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dibesarkan dengan hal-hal yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan terkabul?” (HR. Muslim, no. 1015)
وَذَكرَ عَبْدُ اللهِ بْنِ أَحْمَدَ فِي كِتَابِ الزُّهْدِ لِأَبِيْهِ أَصَابَ بَنِي إِسْرَائِيْلَ بَلاَءٌ فَخَرَجُوا مَخْرَجًا فَأَوْحَى اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ اِلَى نَبِيِّهِمْ أَنْ أَخْبَرَهُمْ إِنَّكُمْ تَخْرُجُوْنَ اِلَى الصَّعِيْدِ باَبْدَانٍ نَجَسَةٍ وَتَرْفَعُوْنَ اِلَيَّ أُكُفًّا قَدْ سَفَكْتُمْ بِهَا الدِّمَاء وَمَلَأْتُمْ بِهَا بُيُوْتَكُمْ مِنَ الحَرَامِ الآنَ حِيْنَ اشْتَدَّ غَضَبِي عَلَيْكُمْ وَلَنْ تَزْدَادُوْا مِنِّي اِلاَّبُعْدًا
Abdullah bin Imam Ahmad menyebutkan dalam kitab Az-Zuhd karya ayahnya, “Dahulu Bani Israil pernah ditimpa bencana sehingga mereka pun keluar ke suatu tempat untuk berdoa. Kemudian, Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya untuk mengabarkan kepada mereka, “Sungguh kalian keluar ke dataran tinggi ini dengan badan yang najis. Kalian menengadahkan tangan-tangan kalian kepada-Ku, padahal ia berlumuran darah dan dengannya kalian penuhi rumah-rumah dengan barang-barang yang haram. Apakah kalian sekarang memohon pada saat murka-Ku kepada kalian telah bertambah? Kalian hanyalah akan semakin menjauh dari-Ku.”
وَقَالَ اَبُو ذَرٍّ يَكْفِى مِنَ الدُّعَاءِ مَعَ البِرِّ مَا يَكْفِى الطَّعَامَ مِنَ المِلْحِ
Abu Dzarr berkata, “Cukuplah doa itu bisa diterima jika disertai dengan kebaikan, yakni layaknya sejumput garam yang mencukupi sejumlah makanan.”
Ingat, Doa adalah Senjata Orang Mukmin
والدُّعَاءُ مِنْ أَنْفَعِ الأَدْوِيَّةِ وَهُوَ عَدُوُّ البَلَأِ يُدَافُعُهُ وَيُعَالِجُهُ وَيَمْنَعُ نُزُوْلَهُ وَيَرْفَعُهُ أَوْ يُخَفِّفُهُ إِذَا نَزَلَ وَهُوَ سِلاَحُ المُؤْمِنِ
Doa adalah obat yang amat bermanfaat dan musuh bagi bencana. Doa itu bisa:
- memerangi
- mengobati
- mencegah
- menghilangkan
- meringankan musibah yang menimpa.
Itulah kenapa doa itu disebut senjata orang mukmin.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Shahih-nya, dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
“Doa adalah senjata kaum mukminin dan merupakan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.”
وَلَهُ مَعَ البَلاَءِ ثَلاَثُ مَقَامَاتٍ أَحَدُهَا أَمْ يَكُوْنُ أَقْوَي مِنَ البَلاَءِ فَيَدْفَعُهُ الثَّانِي أَنْ يَكُوْنَ أَضْعَفَ مِنَ البَلاَءِ فَيَقْوَى عَلَيْهِ البَلاَءَ فَيُصَابُ بِِهِ العَبْدُ وَلَكِنْ قَدْ يُخَفِّفُهُ وَإِنْ كَانَ ضَعِيْفًا الثَّالِثُ أَنْ يَتَقَاوَمَا وَيَمْنَعُ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا صَاحِبُهُ
Ketika bersanding dengan musibah, doa mempunya tiga kondisi sebagai berikut.
- Doa itu lebih kuat daripada musibah. Maka dari itu, doa mampu mencegah terjadinya musibah.
- Doa itu lebih lemah daripada musibah. Akibatnya, doa itu terkalahkan sehingga musibah pun menimpa orang yang bersangkutan. Namun, doa bisa meringankan musibah tersebut meski hanya sedikit.
- Doa dan musibah sama-sama kuat, maka akan saling menyerang dan mengalahkan.
Al-Hakim meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُغْنِى حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ وَإِنَّ البَلاَءَ لَيَنْزِلُ فَيْلَقَاهُ الدُّعَاءُ فَيَعْتَلِجَانِ اِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Doa memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah turun, doa segera menghadapinya. Keduanya saling bertarung hingga tiba hari kiamat.” (HR. Al-Hakim, 1:492)
Disebutkan juga dalam kitab yang sama, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ
“Doa akan memberikan manfaat terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka hendaklah kalian semua berdoa, wahai hamba-hamba Allah.” (HR. Al-Hakim, 1:493 dalam Al-Mustadrak)
Masih dalam kitab yang sama, yaitu dari Tsauban, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَرُدُّ القَدَرَ اِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيْدُ فِي العُمْرِ اِلاَّ البِِرّ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ
“Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Tidak ada yang bisa menambah usia kecuali kebajikan. Sungguh, seseorang benar-benar akan terhalang dari rezekinya karena doa yang telah ia kerjakan.” (HR. Al-Mustadrak, 1:493)
Lihat Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 15-17.
Referensi:
Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (Al-Jawaab Al-Kaafi liman Sa-ala ‘an Ad-Dawaa’ Asy-Syaafi). Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Penerbit Daar Ibnul Jauzi.
Baca Juga:
–
Senin pagi, 4 Dzulqa’dah 1445 H, 13 Mei 2024
Artikel Rumaysho.Com