Tafsir Al Qur'an

Faedah Surat An-Nuur #41: Sifat Orang Beriman adalah Sami’naa wa Atho’naa

Sifat orang beriman adalah sami’naa wa atho’naa, artinya kami patuh. Penjelasannya bisa kita gali dari surah An-Nuur ayat 48 – 52 berikut ini.

 

Tafsir Surah An-Nuur Ayat 48-52

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ

  1. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.

وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ

  1. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.

أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

  1. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

  1. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

  1. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.

 

Penjelasan ayat

Enggan berhukum pada Al-Kitab dan As-Sunnah

Di antara tanda orang munafik adalah enggan berhukum kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah kecuali jika mereka tahu ada maslahat. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam ayat,

وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ

وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ

Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.”  (QS. An-Nuur: 48-49)

 

Sebab orang munafik enggan berhukum kepada kitabullah

Sebabnya disebutkan dalam ayat,

أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. An-Nuur: 50)

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi berkata bahwa sebab orang munafik enggan berhukum kepada Kitabullah di antaranya adalah penyakit kekufuran dan kemunafikan dalam hati mereka. Di antara penyakit mereka adalah keraguan pada hukum Allah. Juga karena mereka khawatir Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka. Padahal sejatinya merekalah yang zalim. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Surah An-Nuur fii Sual wa Jawab, hlm. 286.

 

Faedah ayat

  1. Hukum itu milik Allah dan Rasul-Nya. Kita diperintah untuk berhukum kepada hukum Allah dan Rasul-Nya.
  2. Kita tidak disebut beriman hingga kita mau berhukum kepada hukum Allah dan Rasul-Nya dalam perkara yang diperselisihkan.
  3. Jika ada maslahat dalam hukum Allah dan Rasul-Nya, orang munafik barulah patuh. Mereka sebenarnya bukan taat kepada kebenaran, tetapi mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka.
  4. Orang munafik sejatinya menolak kebenaran ketika: (a) kebenaran itu menjatuhkan mereka, (b) kebenaran tidak menjatuhkan dan tidak mendukung mereka sama sekali. Inilah yang dimaksudkan dari surah An-Nuur ayat 49.
  5. Mereka menolak kebenaran karena: (a) dalam hati mereka ada penyakit kekufuran, (b) keragu-raguan pada nubuwah, (c) mereka khawatir Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka. Padahal sejatinya merekalah yang zalim. Inilah yang dimaksudkan dari surah An-Nuur ayat 50.
  6. Sifat orang mukmin itu selalu patuh, tidak penuh keraguan.
  7. Siapa saja yang taat dan patuh, merekalah yang mendapatkan keberuntungan. Al-muflihuun berarti mendapatkan yang diharap-harap dan selamat dari keburukan. Inilah yang dimaksudkan dari surah An-Nuur ayat 51.
  8. Dalam surah An-Nuur ayat 52 disebutkan mengenai sebab kemenangan (al-fauz) yaitu: (a) taat kepada Allah dan Rasul-Nya, (b) takut kepada Allah (khasyah), (c) bertakwa kepada Allah. Tiga hal inilah yang menyebabkan masuk surga dan selamat dari neraka.
  9. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah membenarkan berita dan menjalankan perintah keduanya. Khasyah (takut) kepada Allah adalah takut yang bersamaan dengan mengenal Allah. Takwa di sini karena disebutkan bersamaan dengan ketaatan, maka yang dimaksud adalah tarkul mahzhur (meninggalkan larangan). Adapun takwa secara umum adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Lihat Tafsir As-Sa’di (hlm. 602) tentang pengertian taat, khasyah, dan takwa.

Baca Juga:

Referensi:

  • At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Surah An-Nuur fii Sual wa Jawab. Cetakan kedua, Tahun 1423 H. Syaikh Abu ‘Abdillah Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
  • Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nuur. Cetakan pertama, Tahun 1436 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  • Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

 

Sabtu siang, 16 Rabiul Awwal 1443 H, 23 Oktober 2021

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button