Amalan

Doa Agar Terhindar dari Syirik, Baik yang Disadari Maupun Tidak

Banyak orang mengira bahwa syirik hanya terjadi saat menyembah berhala atau memuja selain Allah secara terang-terangan. Padahal, syirik bisa menyusup ke dalam hati dalam bentuk yang sangat halus—seperti keinginan dipuji, pamer ibadah, atau merasa bangga atas amal sendiri. Bahkan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diajarkan doa khusus agar terhindar dari syirik, baik yang mereka sadari maupun tidak. Jika mereka saja merasa khawatir, bagaimana dengan kita yang hidup di zaman penuh riya dan pencitraan?

 

 

Doa Meminta Perlindungan dari Syirik

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA AN USYRIKA BIKA WA ANA A’LAMU, WA ASTAGH-FIRUKA LIMAA LAA A’LAMU.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sementara aku menyadarinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak aku ketahui.”

(HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, hlm. 250, no. 716, Adh-Dhiya’ Al-Maqdisi dalam Al-Mukhtarah, 1:45, Ibnu As-Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal-Lailah, no. 258, Hanad bin As-Sari dalam Az-Zuhd, 2:434, no. 849, Al-Hakim At-Tirmidzi dalam Nawādir Al-Uṣūl, 4:142, dan Abu Ya‘la dalam Musnad-nya, 1:60, no. 58. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, hlm. 266, no. 551).

Doa ini mengandung permohonan perlindungan dari sebuah dosa yang paling besar dan paling berbahaya: syirik, yaitu menyekutukan Allah. Syirik adalah bentuk kezaliman terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam nasihat Luqman kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang besar.”

(QS. Luqmān: 13)

Allah juga berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ، وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki.”

(QS. An-Nisā’: 48)

 

Mengapa Doa Ini Penting?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ini karena tidak ada seorang hamba pun yang benar-benar aman dari syirik. Bahkan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam —yang hidup di masa terbaik dan mendapat bimbingan langsung dari beliau— diingatkan agar berhati-hati terhadap syirik.

Syirik itu sangat halus, bisa menyusup ke dalam jiwa tanpa disadari, lebih samar daripada langkah kaki semut di atas batu licin dalam gelapnya malam. Seorang hamba bisa jatuh dalam syirik, padahal ia merasa sedang beribadah.

Inilah alasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ini: untuk mengingatkan bahwa bahkan orang terbaik pun bisa terjatuh dalam bentuk syirik yang tersembunyi.

 

Apa yang Dimaksud Syirik di Sini?

Yang dimaksud syirik dalam konteks ini adalah riya’, ingin dipuji, suka dipandang orang, dan merasa bangga terhadap amal sendiri. Ini adalah penyakit-penyakit hati yang halus, yang tak akan hilang dari seseorang sampai ia benar-benar mengenali dirinya.

Seseorang bisa beramal dengan niat ingin mendapat rida Allah, tetapi di tengah jalan muncul dorongan ingin dilihat, dipuji, atau dianggap hebat oleh manusia. Tanpa disadari, niatnya berubah, lalu Allah tak lagi menjadi tujuan utamanya. Inilah bentuk syirik kecil yang sangat berbahaya.

 

Mengapa Abu Bakar pun Merasa Khawatir?

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallāhu ‘anhu —manusia terbaik setelah para nabi— ketika mendengar penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang syirik yang tersembunyi, merasa sangat khawatir. Ia berkata,
“Apakah syirik itu bukan berarti menyembah selain Allah?”

Dari sini kita belajar bahwa bahaya syirik sangat besar, bahkan bisa membuat orang-orang saleh pun merasa takut dan waspada. Ini juga menjadi pelajaran bahwa sebagian hal yang sangat penting bisa jadi luput dari pemahaman sebagian orang, bahkan dari kalangan sahabat dan ulama besar.

 

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Perbanyak doa ini. Bacalah dengan hati yang tulus,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA AN USYRIKA BIKA WA ANA A’LAMU, WA ASTAGH-FIRUKA LIMAA LAA A’LAMU.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sementara aku menyadarinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak aku ketahui.”

Periksa niat secara berkala. Sebelum, selama, dan setelah beramal, tanyakan pada diri sendiri: “Untuk siapa aku melakukan ini?”

Jaga keikhlasan. Ini adalah kunci agar amal diterima Allah.

Berdoa dan bergantung hanya kepada Allah. Karena hanya dengan pertolongan-Nya kita bisa selamat dari syirik, baik yang besar maupun yang tersembunyi.

 

Penutup

Wahai saudaraku, jika Abu Bakar saja takut terhadap syirik, bagaimana dengan kita? Maka jangan remehkan doa ini. Ucapkan ia dengan penuh harap dan khawatir. Pegang erat-erat keikhlasan. Mohonlah kepada Allah agar menjadikan seluruh amal kita hanya untuk-Nya.

____

@ Perjalanan Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Bandung, Rabu siang – 22 Dzulhijjah 1446 H, 18 Juni 2025

Penulis: Dr. Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button