Tanda Allah Mencintai Seseorang: Dicintai Penduduk Langit dan Diterima di Bumi
Setiap mukmin tentu berharap menjadi hamba yang dicintai oleh Allah. Namun, bagaimana kita tahu bahwa Allah benar-benar mencintai seseorang? Apakah ada tanda-tanda yang bisa dirasakan di dunia sebelum kelak memperoleh kemuliaan di akhirat?
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang sangat indah dalam sebuah hadits sahih. Ketika Allah mencintai seorang hamba, kecintaan itu tidak berhenti di langit. Ia disebarkan kepada Jibril, diumumkan kepada para malaikat, lalu ditanamkan di hati manusia. Orang tersebut menjadi sosok yang disukai, disegani, dan diterima oleh orang-orang saleh di bumi.
Inilah rahasia yang menjelaskan mengapa sebagian orang mudah dicintai karena keimanannya, sementara sebagian lain justru dibenci karena keburukannya. Cinta dan benci sejati bukanlah urusan popularitas, tetapi tanda hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya.
Tulisan ini akan menguraikan kandungan agung dari hadits tersebut—tentang makna cinta Allah, tanda-tanda-Nya di dunia, dan cara seorang mukmin meniti jalan agar dicintai oleh Allah, dicintai penduduk langit, dan diterima oleh manusia di bumi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
– إنَّ اللَّهَ إذا أحَبَّ عَبْدًا دَعا جِبْرِيلَ فقالَ: إنِّي أُحِبُّ فُلانًا فأحِبَّهُ، قالَ: فيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنادِي في السَّماءِ فيَقولُ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلانًا فأحِبُّوهُ، فيُحِبُّهُ أهْلُ السَّماءِ، قالَ ثُمَّ يُوضَعُ له القَبُولُ في الأرْضِ، وإذا أبْغَضَ عَبْدًا دَعا جِبْرِيلَ فيَقولُ: إنِّي أُبْغِضُ فُلانًا فأبْغِضْهُ، قالَ فيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنادِي في أهْلِ السَّماءِ إنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ فُلانًا فأبْغِضُوهُ، قالَ: فيُبْغِضُونَهُ، ثُمَّ تُوضَعُ له البَغْضاءُ في الأرْضِ.
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit seraya berkata: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, lalu Allah menjadikan penerimaan dan simpati terhadapnya di bumi.
Dan apabila Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah ia.’ Maka Jibril pun membencinya. Lalu Jibril menyeru kepada penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah ia.’ Maka mereka pun membencinya, kemudian kebencian terhadapnya ditanamkan di bumi.” (HR. Muslim, no. 2637; juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no. 7485 dengan redaksi yang sedikit berbeda)
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أحَبَّ اللَّهُ العَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فأحْبِبْهُ، فيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فيُنَادِي جِبْرِيلُ في أهْلِ السَّمَاءِ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فأحِبُّوهُ، فيُحِبُّهُ أهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ له القَبُولُ في الأرْضِ.
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman:
‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’
Maka Jibril pun mencintainya.
Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit:
‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’
Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya.
Selanjutnya, Allah menjadikan penerimaan (simpati dan kecintaan) terhadapnya di bumi.”
(HR. Al-Bukhari, no. 3209; juga diriwayatkan oleh Muslim, no. 2637)
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan memperoleh cinta Allah Ta‘ālā dan balasan yang menyertainya di dunia, sebelum kenikmatan abadi yang menantinya di akhirat.
Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa apabila Allah mencintai seorang hamba—karena ketaatannya kepada-Nya—maka Allah Yang Mahasuci dan Mahaagung memanggil malaikat Jibril ‘alaihis-salām dan berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Maka Jibril pun mencintainya. Setelah itu, Jibril menyeru kepada penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Maka seluruh penduduk langit mencintainya.
Yang dimaksud dengan penduduk langit adalah para malaikat. Kemudian Allah menanamkan al-qabūl (penerimaan dan simpati) baginya di bumi — yaitu, di hati sebagian besar kaum mukmin yang mengenalnya. Ia pun mendapatkan nama baik dan reputasi yang terpuji di tengah manusia.
Maknanya adalah: Allah meletakkan rasa cinta terhadap hamba itu di hati manusia, sehingga mereka mencintainya, menyanjungnya, dan merasa condong kepadanya. Hati manusia menjadi luluh dan ridha terhadap dirinya — semua itu merupakan pantulan dari cinta Allah.
Sifat mahabbah (cinta) adalah sifat yang tetap bagi Allah Ta‘ālā, sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tanpa diserupakan dengan makhluk.
Adapun cinta Jibril dan para malaikat kepada hamba tersebut memiliki dua makna:
- Mereka mendoakan, memuji, dan memohonkan ampunan baginya — ini bentuk cinta dalam makna doa dan dukungan.
- Mereka mencintainya dalam makna sebagaimana cinta yang dikenal di kalangan makhluk, yaitu kecenderungan hati dan kerinduan untuk bertemu dengannya.
Sebab utama cinta mereka ialah karena hamba itu taat kepada Allah, sehingga menjadi sosok yang dicintai oleh-Nya.
Kandungan Fikih Hadits
- Tolok ukur cinta dan benci manusia yang benar hanyalah berdasarkan iman dan kebaikan. Kecintaan kepada seseorang adalah karena keutamaannya dalam agama dan amal salehnya, bukan karena hawa nafsu atau kepentingan duniawi.
- Adapun kebencian para pendosa terhadap orang saleh tidak mengurangi kemuliaannya sedikit pun; justru hal itu menjadi bukti kebenaran jalan yang ditempuhnya. Orang beriman melihat dengan cahaya Allah—mereka mencintai siapa yang dicintai oleh Allah.
- Hadits ini menetapkan dua sifat bagi Allah Ta‘ālā, yaitu sifat mahabbah (cinta) dan kalām (berbicara), dengan makna yang layak bagi keagungan-Nya, tanpa menyerupai makhluk.
- Ketaatan para malaikat kepada Allah bersifat mutlak, tanpa keraguan atau penundaan sedikit pun.
- Jibril ‘alaihis-salām adalah pemimpin para malaikat dan penyampai wahyu dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
- Siapa yang dicintai oleh Allah, maka penduduk langit dan bumi pun akan mencintainya. Sebaliknya, siapa yang dibenci oleh Allah, maka penduduk langit dan bumi pun akan membencinya.
Karena itu, hendaknya setiap hamba berupaya sungguh-sungguh untuk meraih cinta Allah — dengan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ, mendekatkan diri kepada Allah melalui amal-amal wajib, dan terus meningkatkan amal ketaatan serta menjauhi segala kemaksiatan.
———
Gunungkidul, 16 Oktober 2025