Shalat

Bulughul Maram – Shalat: Ragu dalam Shalat dan Bisa Menguatkan Pilihan, Sujud Sahwinya Bakda Salam

https://open.spotify.com/show/5y49wyjmn6WRzuF6lgOWNE

Bagaimana jika ada yang ragu dalam shalat dan bisa menguatkan pilihan? Apa benar sujud sahwinya bakda salam? Bahasan ini adalah lanjutan dari bahasan sebelumnya.

Baca juga: Sudah Shalat Tiga ataukah Empat Rakaat dan Tidak Bisa Mentarjih (Menguatkan)

 

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Kitab Shalat

بَابُ سُجُوْدُ السَّهْوِ وَغَيْرُهُ مِنْ سُجُوْدِ التِّلاَوَةِ وَالشُّكْرِ

Bab: Sujud Sahwi dan Sujud Lainnya Seperti Sujud Tilawah dan Sujud Syukur

 

 

Ragu dalam Shalat dan Bisa Menguatkan Pilihan, Sujud Sahwi Bakda Salam

Hadits 5/334

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ؟ قَالَ: «وَمَا ذَلكَ؟» قَالُوا: صَلَّيْتَ كَذَا، قَالَ: فَثَنَى رِجْلَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، فَسَجَدَ سَجْدَتَينِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ: «إنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ أَنْبَأْتُكُمْ بِهِ، وَلَكِنْ إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَنسَى كَمَا تَنْسُونَ، فَإذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُوني، وَإذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ، فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ لْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: «فَلْيُتِمَّ، ثُمَّ يُسَلِّمْ، ثُمَّ يَسْجُدْ»، وَلِمُسْلِمٍ: أَنَّ النَّبيَّ صلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َسَجَدَ سَجْدَتَي السَّهْوِ بَعْدَ السَّلاَمِ وَالْكَلاَمِ.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat, kemudian ketika beliau salam dikatakan kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah telah terjadi sesuatu di dalam shalat?’ Beliau bersabda, “Apa itu?” Mereka berkata, “Baginda shalat seperti ini, seperti itu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Lalu beliau merapikan kedua kakinya dan menghadap kiblat lalu sujud dua kali kemudian salam. Beliau kemudian menghadap orang-orang dan bersabda, “Sesungguhnya jika terjadi sesuatu dalam shalat, aku akan beritahukan kepada kalian. Sejatinya, aku hanyalah manusia biasa seperti kalian yang dapat lupa seperti kalian. Maka apabila aku lupa, ingatkanlah aku. Apabila seseorang di antara kalian ragu dalam shalatnya, hendaknya ia meneliti benarnya, kemudian menyempurnakannya, lalu sujud dua kali.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 401 dan Muslim, no. 572]

Dalam riwayat Bukhari disebutkan, “Hendaknya menyempurnakan, lalu salam, kemudian sujud.” Menurut riwayat Imam Muslim, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud sahwi dua kali setelah salam dan bercakap-cakap.” [HR. Muslim, no. 572, 95]

 

Faedah hadits

  1. Jika seseorang shalat Zhuhur lima rakaat, maka hendaklah ia sujud sahwi setelah salam. Shalatnya itu sah.
  2. Jika seseorang shalat dengan menambah rakaat dari yang semestinya, lantas ia ingat di tengah shalat, maka ia wajib rujuk (kembali) dan sujud sahwi diperintahkan baginya, shalatnya itu sah. Tambahan ini bukan hanya berlaku pada tambahan rakaat, termasuk pula tambahan berdiri, duduk, atau sujud.
  3. Orang yang shalat, jika ia ragu dalam shalatnya dan bisa menguatkan (mentarjih) di antara dua pilihan, maka ia pilih yang benar (sangkaan kuatnya) meskipun nantinya ada penambahan ataukah pengurangan, maka ia sujud sahwi bakda salam, seperti ia ragu mengenai jumlah rakaat apakah tiga ataukah empat, maka ia sempurnakan shalatnya, lantas ia sujud sahwi bakda salam.
  4. Sujud sahwi bakda salam dilakukan ketika: (1) jika salam sebelum shalat sempurna, maka ia sempurnakan shalatnya, lalu sujud sahwi bakda salam sebagaimana keterangan dalam hadits Abu Hurairah yang telah lewat, (2) jika ragu dan bisa menguatkan (mentarjih), maka sujud sahwi dilakukan bakda salam sebagaimana keterangan hadits Ibnu Mas’ud yang sedang dibahas ini.
  5. Sujud sahwi berlaku pada shalat wajib, maupun sunnah. Ibnu ‘Abbas pernah mempraktikkan sujud sahwi setelah witirnya.

 

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:224-226.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 1:543-544.

Baca Juga:

Selasa sore, 18 Muharram 1444 H, 16 Agustus 2022

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button