Shalat

Adakah Anjuran Memanjangkan Takbir Intiqal Saat Shalat?

Takbir intiqal adalah takbir yang diucapkan saat berpindah rukun. Takbir tersebut ada selama gerakan berpindah itu ada. Sebagaimana takbiratul ihram itu dengan mengangkat tangan, ucapan takbir dimulai ketika mulai mengangkat tangan dan takbir berhenti ketika tangan sudah diletakkan. Silakan lihat pembahasan hal ini dalam pembahasan takbiratul ihram dalam hadits Abu Hadits Abu Humaid.

Adapun dalil tentang takbir intiqal dan caranya, silakan simak uraian di bawah ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كان إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika berdiri, kemudian ketika rukuk. (HR. Bukhari, no. 789 dan Muslim, no. 392)

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan,

وقوله: يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ … هذا دليل على مقارنة التكبير لهذه الحركات وبسطه عليها فيبدأ بالتكبير حين يشرع في الانتقال إلى الركوع ويمده حتى يصل حد الراكعين … ويبدأ بالتكبير حين يشرع في الهوي إلى السجود ويمده حتى يضع جبهته على الأرض… ويشرع في التكبير للقيام من التشهد الأول حين يشرع في الانتقال ويمده حتى ينتصب قائما

Keterangan Abu Hurairah: ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika turun sujud, kemudian bertakbir ketika bangkit…’ ini menunjukkan bahwa takbir itu mengiringi gerakan-gerakan tersebut. Dan dilakukan sepanjang gerakan perpindahan itu. Takbir dimulai ketika seseorang mulai bergerak untuk rukuk, dipanjangkan sampai dia di posisi rukuk dia mulai takbir ketika hendak turun sujud, lalu dipanjangkan, hingga dia letakkan dahinya di tanah dan takbir bangkit dari tasyahud awal dimulai ketika bergerak, dipanjangkan hingga tegak berdiri sempurna. (Syarah Shahih Muslim, 4:99)

Imam Al-‘Imraani Al-Yamani rahimahullah berkata, “Disunnahkan memulai takbir ketika akan mau turun sujud, akhir takbir adalah saat awal sujud.” Lalu Imam Al-‘Imraani memberikan alasan, “Karena turun sujud itu adalah perbuatan (fiil) dalam shalat, maka disunnahkan memanjangkan takbirnya agar tidak lepas dari dzikir sebagaimana dalam perbuatan shalat yang lain.” (Lihat Al-Bayaan fii Madzhab Al-Imam Asy-Syafii, 2:215, Penerbit Dar Al-Minhaj).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,

واستدل به الرافعي على أنه يكبر في جلسة الاستراحة فيرفع رأسه من السجود غير مكبر ثم يبتدئ التكبير جالسا ويمده إلى أن يقوم

Berdasarkan hadis ini, Imam Ar-Rafi’i menjadikannya dalil bahwa takbir dilakukan ketika duduk istirahat. Bangkit dari sujud tidak membaca takbir, kemudian mulai takbir di posisi duduk, dan dipanjangkan hingga berdiri. (Al-Talkhis Al-Habir, 1:625)

Dalam bahasan madzhab Syafii, memanjangkan kalimat takbir menjadi ALLOOHU AKBAR (sampai huruf lam itu dipanjangkan sekitar tujuh harokat) itu disunnahkan ketika berpindah rukun, walaupun ketika sedang duduk istirahah sehingga bacaan takbir intiqal terlihat panjang.

Yang masih melakukan hal di atas saat ini hanyalah imam-imam sepuh. Sedangkan imam-imam muda sudah tidak mempraktikkan hal ini lagi. Imam muda hanya ingatnya nikah dan taaddud saja 😊.

Demikian, dibahasakan secara bebas dari Syaikhuna Dr. Labib Najib dalam kajian Al-Yaqut An-Nafiis.

Namun, pendapat ini disanggah oleh ulama lainnya, termasuk ulama madzhab Syafiiyah seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Dalam Fath Al-Bari, Ibnu Hajar menyebutkan pendapat Imam Nawawi. Lalu beliau memberikan komentar, bahwa hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tidak menunjukkan anjuran untuk memperpanjang lafadz takbir intiqal. (Fath Al-Bari, 2:273).

Kalau ada ulama lain menyanggah pendapat di atas, itu sah-sah saja sebagaimana dalam masalah fikih yang lain sering ada bantahan pendapat.

Semoga semakin berlapang dada dalam masalah ikhtilaf.

Muhammad Abduh Tuasikal

13 Rabiul Akhir 1443 H

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Baca Juga:

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button