Muamalah

Iklan yang Tidak Sesuai Kenyataan

Pernahkah Anda membeli produk lewat daring lantas mendapatkan produk yang tidak sesuai kenyataan dalam iklan? Bagaimana hukum beriklan produk, apakah dibolehkan dalam agama Islam?

Hukum asal beriklan itu boleh sebagaimana hukum asal muamalat adalah mubah selama tidak terdapat larangan.

Beriklan masih dihukumi mubah, tidak menjadi haram selama memenuhi empat syarat berikut:

  1. Tidak mengandung unsur ghisyy (penipuan, curang, tidak menjelaskan aib barang). Jujur dalam pesan dan informasi yang disampaikan kepada khalayak ramai, serta menjelaskan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh calon konsumen. Tidak boleh juga memuji produk dengan kata-kata bohong atau terlalu berlebihan (tadlis), dan tidak boleh menyembunyikan cacat produk dalam beriklan (kitmanul ‘aib).
  2. Produk yang diiklankan bukanlah produk yang dilarang oleh agama, seperti khamar, rokok, nyanyian, dan musik.
  3. Iklan tidak boleh disertai dengan hal-hal maksiat, seperti bintang iklan seorang wanita cantik yang tidak menutup aurat serta mengundang syahwat dengan gerakan dan suaranya. Mengiklankan seperti ini tetap haram, walau barangnya mubah.
  4. Tidak merendahkan produk saingannya.

Pelanggaran terhadap salah satu ketentuan di atas hukumnya haram, tetapi akad jual belinya sah. Namun pelanggaran poin kedua selain akadnya haram, barang yang diiklankan tetap barang haram.

Karena iklan biasa ditujukan pada khalayak ramai, maka berbuat curang (ghisysy) dalam beriklan jelas menzalimi orang banyak. Lihat bahasan ini dalam Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A., hlm. 182-184.

Dalil masalah penipuan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim, no. 102). Jika dikatakan tidak termasuk golongan kami, itu menunjukkan perbuatan tersebut adalah dosa besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ  مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ.

Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka.” (HR. Ibnu Hibban, 2:326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 1058).

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.

Baca Juga:


 

Selesai disusun di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, Kamis, 7 Ramadhan 1441 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button