Amalan

Doa Meminta Perlindungan dari Kejelekan pada Waktu Lampau dan Akan Datang

Doa patut sekali untuk dihafal karena kita meminta perlindungan dari kejelekan pada waktu lampau dan akan datang.

 

Hadits #1477

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أنَّ النبيَّ- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَقُوْلُ فِي دُعَائِهِ: اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ ومنْ شَرِّ مَا لَمْ أعْمَلْ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam doanya mengucapkan,

ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA ‘AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A’MAL.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku lakukan dan kejelekan yang belum aku lakukan.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2716]

 

Faedah Hadits

Pertama: Kalimat doa “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku lakukan, maksudnya adalah berlindung dari kejelekan yang mengakibatkan hukuman di dunia, atau hukuman di akhirat, atau segala bentuk amal yang diharapkan pemaafan. Maka permintaan perlindungan di sini mencakup berlindung dari segala kejelekan dan segala dosa yang lalu.

Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan seperti ini padahal beliau itu maksum, dosanya yang lalu dan akan datang telah diampuni. Hal ini menunjukkan beliau itu sangat takut kepada Allah, sangat mengagungkan Allah, dan butuh kepada-Nya.

Ketiga: Kalimat doa “dan kejelekan yang belum aku lakukan”, maksudnya adalah meminta perlindungan agar dijaga dari dosa pada waktu akan datang.

Keempat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan agar kita terus merasa kurang dalam menunaikan hak kepada Allah Ta’aladan tidak boleh merasa ujub.

Kelima: Seorang hamba tidak boleh tertipu dengan amalnya sendiri.

Keenam: Tidak boleh merasa aman dari makar Allah, yang merasa aman itulah orang-orang yang merugi.

Ketujuh: Bentuk perlindungan di sini menunjukkan bahwa musibah itu disebabkan oleh apa yang dikerjakan manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)

Dalam ayat lain disebutkan,

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

 

Referensi:

  1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. https://kalemtayeb.com/safahat/item/3101

 

 


 

Ditulis di Perjalanan Jogja – Jakarta, 15 Dzulqa’dah 1440 H, Kamis pagi

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button