Syarhus Sunnah: Manfaat Mengenal Nama dan Sifat Allah
Apa manfaat mengenal nama dan sifat Allah?
Ini manfaatnya, masih dari pelajaran Syarhus Sunnah karya Imam Al-Muzani.
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
الوَاحِدُ الصَّمَدُلَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ جَلَّ عَنِ المَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ العَلِيْمُ الخَبِيْرُ المَنِيْعُ الرَّفِيْعُ
Allah itu Maha Esa, Allah itu Ash-Shamad (yang bergantung setiap makhluk kepada-Nya), yang tidak memiliki pasangan, yang tidak memiliki keturunan, yang Mahamulia dan tidak semisal dengan makhluk-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang setara dengan Allah. Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat. Allah itu Maha Mengilmui dan Mengetahui. Allah itu yang mencegah dan Mahatinggi.
Kaidah Nama dan Sifat Allah
Pertama: Nama Allah itu tauqifiyah (mesti dengan dalil)
Kedua: Rukun iman dengan nama Allah yang husna
Ketiga: Bentuk penyimpangan dalam nama dan sifat Allah
- Menamakan berhala dengan nama-nama Allah.
- Menyebut Allah dengan panggilan “Bapak” seperti kelakuan orang Nashrani.
- Menyifatkan Allah dengan sifat-sifat yang menunjukkan kekurangan.
- Menolak nama dan sifat Allah.
- Menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Keempat: Seluruh nama Allah pasti husna.
Kelima: Nama Allah tidak dibatasi oleh jumlah bilangan tertentu.
Manfaat Mengenal Nama dan Sifat Allah
Pertama: Mengenal nama dan sifat Allah adalah ilmu yang paling utama. Karena mulianya ilmu dilihat dari mulianya sesuatu yang dipelajari.
Kedua: Semakin mengenal Allah berarti semakin mencintai dan mengagungkan-Nya, juga semakin takut, berharap, ikhlas dalam beramal kepada-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, maka semakin ia berserah diri kepada Allah. Semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia menjalani perintah dan menjauhi larangan dengan baik.
Ketiga: Allah itu menyukai nama dan sifat-Nya, Allah pun suka jika nama dan sifat-Nya nampak bekasnya pada makhluk-Nya. Inilah bentuk kesempurnaan Allah. Allah itu witir, menyukai yang witir (ganjil). Allah itu jamil, menyukai yang jamil (indah). Allah itu ‘alim, menyukai ulama (yang berilmu). Allah itu jawad (Maha Berderma), menyukai orang yang berderma. Allah itu qawiy (Mahakuat), menyukai orang yang kuat (imannya). Allah itu hayyiyun (Maha Pemalu), menyukai yang punya sifat malu.
Keempat: Manusia diciptakan untuk menyembah Allah semata dan mengenal-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِمَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِإِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12)
Jika seseorang dalam mendalami nama dan sifat Allah berarti ia telah sibuk dalam tujuan ia diciptakan. Melalaikan mempelajarinya berarti melalaikan dari tujuan penciptaan-Nya.
Kelima: Di antara rukun iman yang enam adalah iman kepada Allah. Itulah rukun iman yang paling afdal. Iman itu bukan hanyamengatakan aku beriman kepada Allah, namun ia tidak mengenalnya. Beriman yang benar kepada Allah adalah dengan mengenal nama Allah dan sifat-Nya sampai derajat yang yakin. Siapa yang mengenal Allah, maka ia pasti mengenal selainnya. Namun siapa yang jahil (bodoh) dalam mengenal Allah, maka ia akan bodoh untuk hal lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19).
Siapa saja yang lupa kepada Allah, maka pasti Allah akan membuatnya lupa pada diri, maslahat dirinya, serta lupa akan sebab yang membahagiakan ia di dunia dan akhirat.
Keenam: Ilmu tentang Allah adalah ilmu asas segala sesuatu, sampai ia akan tahu hukum dan ketentuan dengan baik karena mengenal Allah. Karena hukum Allah ada disebabkan konsekuensi dari nama dan sifat-Nya. Semua perbuatan Allah juga berputar pada keadilan, keutamaan dan hikmah.
Ketujuh: Mengenal Allah akan menenangkan jiwa dan melapangkan hati. Juga ia akan merindukan surga Firdaus, hingga rindu melihat wajah Allah yang mulia.
Kedelapan: Mengenal nama dan sifat Allah adalah sebagai motivasi untuk kuat dalam sabar, semangat dalam ibadah, jauh dari kemalasan, takut berbuat dosa, dan penghibur duka.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
- Fiqh Al-Asma’ Al-Husna. Cetakan pertama, Tahun 1436 H. Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr. Penerbit Ad-Duror Al-‘Almiyyah.
- Syarh Asma’ Allah Al-Husna fi Dhaui Al-Kitab wa As-Sunnah. Cetakan ke-12, Tahun 1431 H. Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani.
- Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal ‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
—
Diselesaikan di Masjid Al-Ikhlas Karangbendo Yogyakarta, 8 Muharram 1440 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com