Khutbah Idul Fitri: Pemuda Pemberani, Saat Ini Engkau Di Mana?
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Khutbah Idul Fitri kali ini untuk menyemangati para pemuda supaya menjadi lebih pemberani dalam membela Islam.
Khutbah Pertama
Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu robbuna wa yardho. Asy-hadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika laah wa asy-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa man taabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaha haqqo tuqootihi wa laa tamuutunna illa wa antum muslimin
Allahommanfa’anaa bi maa ‘allamtanaa wa ‘alimnaa maa yanfa’unaa wa zidnaa ‘ilmaa
Amma ba’du …
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Detik ini kita telah berada di hari yang fithri, hari tidak berpuasa, setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah shiyam. Kita saat ini telah berada di hari kegembiraan. Kita bangga dengan puasa kita di saat kita berbuka dan berbangga pula dengan bekal puasa di hadapan Allah kelak.
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kumandang takbir pun sebagai penyempurna ibadah shiyam yang kita jalani selama sebulan penuh. Allah Ta’alaberfirman,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Tema yang kita bahas kali ini adalah seputar pemuda agar penyemangat bagi mereka untuk segera bangkit dari tidur-tidur mereka.
Kita lihat dalam khutbah Idul Fitri kali ini siapakah di antara mereka yang benar-benar mulia dan bagaimana penyimpangan saat ini serta bagaimana bandingan dengan anjuran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdan keadaan pemuda pada masa emas Islam (pada masa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Moga Allah beri taufik dan hidayah bagi semua.
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ini hadits pertama yang membicarakan tentang pemuda.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (di antaranya):
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ
“Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,”(HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)
Kalau sifat pemuda saat ini (zaman now):
- Israf dan tabdzir (israf adalah memanfaatkan sesuatu berlebih dan tabdzir adalah memanfaatkan sesuatu kepada tempat yang tidak pantas atau maksiat)
- Pemudinya buka-bukaan aurat
- Waktu banyak habis dengan hal yang sia-sia
- Senangnya mabuk-mabukan
- Senangnya pacaran hingga berzina
- Takut untuk menikah, namun senang berzina
- Pemuda malas berjamaah di masjid
- Paling durhaka kepada orang tua dan senang membentak orang tuanya
- Kurang berada dalam majelis ilmu (tidak pernah mau menuntut ilmu agama)
Sebenarnya Allah kagum kepada pemuda yang berada di jalan yang lurus
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Sungguh Allah sangat mengagumi seorang pemuda yang tidak menyimpang dari kebenaran.” (HR. Ahmad, 4:151. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi)
Lihatlah amanah besar yang diberikan kepada para pemuda pada masa silam
Abu Bakar pernah berkata kepada Zaid bin Tsabit dan ketika itu hadir pula ‘Umar bin Al-Khattab,
إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ وَلاَ نَتَّهِمُكَ ، كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْىَ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ
“Engkau itu seorang pemuda yang cerdas dan kami pun tidak ragu padamu, engkau dahulu pernah menulis wahyu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, telusurilah Al-Qur’an lalu kumpulkanlah.” (HR. Bukhari, no. 4679)
Ini juga pujian dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu pada seorang pemuda seperti Zaid bin Tsabit yang diberi amanah untuk mengumpulkan Al-Qur’an.
Para pemuda harusnya menjauhi maksiat sejak masa muda, balasannya Allah akan menjaganya ketika tua
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi nasehat pada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
يَا غُلاَمُ إِنِّى أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
“Wahai anak kecil, jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Pemuda tujuh tahun sudah menjadi imam shalat
‘Amr bin Salimah pernah menjadi imam sejak usia belia. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari hadits berikut, ‘Amr bin Abi Salimah menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« صَلُّوا صَلاَةَ كَذَا فِى حِينِ كَذَا ، وَصَلُّوا كَذَا فِى حِينِ كَذَا ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ ، فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا » .
“Lakukanlah shalat ini pada waktu ini dan shalat itu pada waktu itu. Jika waktu shalat sudah masuk, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan yang paling banyak hafalan Qur’annya hendaklah menjadi imam.”
‘Amr lantas mengatakan,
فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّى ، لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنَ الرُّكْبَانِ ، فَقَدَّمُونِى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ ، وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ ، سِنِينَ
“Mereka semua saling memandang. Ketika itu tidak ada yang punya hafalan Qur’an yang lebih banyak dari diriku, karena sudah banyak mendapatkan hafalan dari para pengendara dahulu. Mereka pun mengajukan diriku sebagai imam bagi mereka, padahal aku masih berusia enam atau tujuh tahun.” (HR. Bukhari, no. 4302)
Para pemuda yang benci kepada orang kafir, bukan senang menyerupai mereka
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Ketika Perang Badar aku berada di tengah barisan.Tiba-tiba saja dari sisi kanan dan kiriku muncul dua orang pemuda yang masih sangat belia. Aku berharap seandainya saat itu aku berada di antara tulang-tulang rusuk mereka (untuk melindungi mereka, pen.). Salah seorang dari mereka mengedipkan mata kepadaku dan berkata, “Wahai paman, engkau kenal Abu Jahal?” Kukatakan kepadanya, “Anakku, apa yang akan kau perbuat dengannya?” Pemuda itu kembali berkata,
“Aku mendengar bahwa ia telah mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun bersumpah kepada Allah seandainya aku melihatnya niscaya aku akan membunuhnya atau aku yang akan mati di tangannya.”
Aku pun tercengang kaget dibuatnya. Lalu pemuda yang satunya lagi mengedipkan mata kepadaku dan mengatakan hal yang sama kepadaku. Seketika itu aku melihat Abu Jahal berjalan di tengah kerumunan orang. Aku berkata, “Tidakkah kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi.” Mereka pun saling berlomba mengayunkan pedangnya hingga keduanya berhasil membunuh Abu Jahal.”
Kemudian mereka menghadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya mengacung lalu mengatakan, “Saya yang telah membunuhnya.” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?” Mereka menjawab, “Belum.” Perawi berkata, “Lalu beliau memeriksa pedang mereka dan bersabda,
كِلاَكُمَا قَتَلَهُ
‘Kalian berdua telah membunuhnya.’” Kemudian beliau memutuskan bahwa harta rampasannya untuk Mu’adz Ibnu ‘Amr Ibnu al-Jamuh. Kedua pemuda itu adalah Mu’adz bin ‘Afra’ dan Mu’adz bin ‘Amr bin Al-Jamuh.(HR. Bukhari, no. 3141 dan Muslim, no. 1752)
Cara membahagiakan orang tua
‘Atha’ pernah ditanya oleh seseorang yang ibunya meminta kepadanya untuk shalat wajib dan puasa Ramadhan saja (tidak ada amalan sunnah, pen.), apakah perlu dituruti. ‘Atha’ mengatakan, “Iya tetap dituruti perintahnya tersebut.” (Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 67. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 398)
Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang dirinya dan orang tuanya disayangi oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallammenyatakan bahwa ia memiliki seribu pohon kurma. Ia memang sengaja mempercantik atau merapikannya. Lalu ada yang berkata pada Usamah, kenapa bisa sampai lakukan seperti itu. Usamah menjawab bahwa ibunya sangat suka jika melihat keadaan kebun kurma itu indah, maka ia melakukannya. Apa saja hal dunia yang diminta oleh ibunya, ia pasti memenuhinya. (Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 225. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 396)
Nikah muda itu jadi ajaran Nabi, bukan menunda nikah, bukan takut menikah, bukan orang tua persulit nikah hingga mapan
Dari ‘Alqamah, ia berkata bahwa ia pernah berjalan bersama ‘Abdullah di Mina. Lantas ‘Abdullah bertemu dengan ‘Utsman. Ia pun berdiri bersama Utsman kemudian berbincang-bincang, Utsman berkata pada ‘Abdullah, “Wahai Abu ‘Abdirrahman, kenapa engkau tidak menikahi seorang gadis saja yang masih muda supaya ia mengingatkanmu pada masa lalumu.” ‘Abdullah mengatakan, “Dorongan untuk menikah seperti itu pernah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kami,
« يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ »
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah , maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari, no. 5065 dan Muslim, no. 1400).
Pemuda kalau menurut ulama Syafi’iyah adalah mereka yang berusia di bawah 30 tahun. (Syarh Shahih Muslim, 9:154)
Dari penjelasan ini, mana sekarang pemuda pemberani?
Mana pemuda yang:
- Tidak mau boros dan tidak menyusahkan orang tuanya, mau bekerja dan mandiri?
- Menutup aurat, bukan umbar aurat?
- Pintar memenej waktu dan memanfaatkannya untuk kebaikan?
- Yang tidak gemar bermaksiat?
- Yang gemar berada di lingkungan yang baik?
- Yang berani menikah dan tidak cemen, bukan maunya terus berzina?
- Yang shalat lima waktu rutin di masjid, mengumandangkan azan, dan menjadi imam shalat?
- Senang berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua?
- Senang tholabul ilmu (ngaji) biar semakin dekat kepada Allah?
Kami tunggu pemuda-pemuda pemberani yang moga bangkit segera setelah Ramadhan ini.
Aquulu qouli hadza, wastaghfirullaha lii wa lakum wa li saa-iril muslimin innahu huwas sami’ul ‘aliim.
Khutbah Kedua
Ahmadullah Robbi wa asykuruhu, wa asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, Allahumma shalli wa sallim ‘ala nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa ash-habihi ajma’in.
Jamaah Shalat Ied yang moga senantiasa diberkahi oleh Allah Ta’ala …
Hari ini juga punya keistimewaan karena bertemunya dua ied yaitu shalat Idul Fitri dan shalat Jumat.
“Ibnu Az-Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az-Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thaif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan ajaran Nabi (ashobas sunnah).” (HR. Abu Daud no. 1071. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka(Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2:446)
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّتَقَبَّلْ صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتِلاَوَتَنَا إِنَّكَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أكْثِرْ أَمْوَالَنَا، وَأَوْلاَدَنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَنَا وَأطِلْ حَيَاتَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَاغْفِرْ لَنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Taqabbalallahu minna wa minkum shalihal a’mal. Kullu ‘aamin wa antum bi khair.
—
Diselesaikan pada Jumat pagi, 1 Syawal 1439 H (15-06-2018) di rumah tercinta @ Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul, persiapan Khutbah Ied di Pesantren Darush Sholihin
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Bagaimana cara meninggalkan pacaran?
https://remajaislam.com/356-3-syarat-taubat-dari-pacaran.html