Akhlaq

Tak Baik Bertanya, Mau Minum Apa pada Tamu

Ada salah satu adab melayani tamu yang kita kadang belum pahami, padahal penting dan baik.

Tonton videonya dahulu.

Salah satu adab yang disebutkan dalam kitab Ihya’ Ulum Ad-Diin karya Imam Al-Ghazali, “Adab keempat: Janganlah seseorang mengatakan pada tamunya, “Mau tidak saya menyajikan engkau makanan?” Akan tetapi yang tepat, tuan rumah pokoknya menyajikan apa yang ia punya.

Imam Sufyan Ats-Tsauri menyebutkan, “Jika saudaramu mengunjungimu, maka jangan bertanya padanya, ‘Apakah engkau mau makan?’ Atau bertanya, ‘Apakah aku boleh sajikan makan untukmu?’ Akan tetapi yang baik, jika ia mau makan apa yang disajikan, syukurlah. Jika tidak mau menikmatinya, tinggal dibereskan sajian tersebut.” (Ihya’ ‘Ulum Ad-Diin, terbitan Darul Ma’rifah, 2: 12, penomoran Maktabah Syamilah)

الأدب الرابع: أن لا يقول له:هل أقدم لك طعاماً؟ بل ينبغي أن يقدم كان. قال الثوري: إذا زارك أخوك فلا تقل له:أتأكل؟ أو أقدم إليك؟ ولكن قدم فإن أكل وإلا فارفع

 

Selesai disusun di Jumat sore, 22 Syaban 1438 H @ DS Panggang, Gunungkidul

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Follow Us : Facebook Muhammad Abduh Tuasikal (bisa ikuti kajian LIVE via Facebook)

Fans Page Facebook Rumasyho | Twitter @RumayshoCom | Instagram @RumayshoCom | Channel Telegram @RumayshoCom | Channel Telegram @TanyaRumayshoCom | Channel Youtube Rumaysho TV

Biar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.

Artikel yang Terkait

2 Komentar

  1. Bismillah

    Jika langsung menyajikan tanpa bertanya kesukaan/keinginan tamu, apakah nanti bukan malah jadi mubazir ya?
    Afwan, mungkin dapat dijelaskan lebih lengkap ustadz..

    Jazaakumullah khayran
    Baarakallahu fiikum

    1. Pembahasan di atas ini adalah sikap yg baik dari tamu, untuk tidak banyak memprotes, sehingga tdk merepotkan tuan rumah. Namun kalau memang tamu tidak cocok pada sesuatu, tinggal mengutarakan, nanti bisa diganti misalnya es teh mintanya untuk mengganti teh panas. Ingat selama tidak merepotkan tuan rumah.

      Namun bahasan ini dapat kembali pada kebiasaan masyarakat masing-masing.

      Barakallahu fiikum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button