Belajar Teknik di Tanah Arab
Moga bisa diambil pelajaran dari studi kami selama di Kerajaan Saudi Arabia dari Agustus 2010 – Maret 2013. Cerita ini adalah bagian dari buku yang akan diterbitkan Pustaka Muslim, dengan judul “MahaSantri”.
Awalnya studi strata satu kami di Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada dari 2002 sampai dengan 2007. Kemudian kami sempat menempuh pendidikan Magister di Jurusan Teknik Kimia UGM sampai semester keempat. Karena kendala biaya thesis yang tidak bisa dipenuhi sendiri sehingga kami mesti mencari cara untuk tetap bisa menyelesaikan kuliah S-2 demi membahagiakan orang tua. Akhirnya kami putuskan di tahun 2009 untuk mengajukan apply di King Saudi University. Pengajuan ini atas bantuan dari kakak angkatan kami di Teknik Kimia, Meilana Dharma Putera, S.T., M.Sc. Ph.D. yang saat ini menjadi dosen di Universitas Lampung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Walhamdulillah, beliaulah yang banyak membantu sehingga di tahun 2010 (tepatnya di bulan Agustus), kami bisa diterima di Universtias Raja Saudi (King Saud University atau Jami’ah Malik Sa’ud). Di bulan Agustus tersebut, VISA dari pihak kampus sudah diterima dan kami berangkat menuju Saudi Arabia dalam keadaan meninggalkan seorang istri dan dua anak di Gunungkidul. Bismillah, dengan niatan baik, kami ingin raih banyak manfaat, dunia dan akhirat di tanah Arab.
Kenapa Memilih Tanah Arab?
Tanah Arab akan memakai bahasa keseharian bahasa Arab. Tentu manfaat belajar di sana tidak hanya ilmu dunia, juga ilmu agama. Itulah yang menjadi alasan pokok kami belajar ke tanah Arab. Padahal rata-rata lulusan universitas besar seperti UGM akan melanjutkan studi ke Eropa atau Amerika. Namun ini barangkali pilihan yang dianggap aneh oleh sebagian orang. Karena kualitas studi di Arab jauh dari Eropa dan Amerika. Namun kalau dipandang lagi sebenarnya tidak kalah kuliah di Saudi Arabia dibanding dengan di negeri bule karena keunggulannya masih banyak, nanti akan kami sebutkan. Juga yang jadi alasan kami kuliah S-2 di Arab karena keinginan besar untuk menimba ilmu dari para ulama secara langsung dengan bekal bahasa Arab yang kami miliki selama kuliah di UGM.
Ini beberapa alasan kuliah di Arab:
- Kuliah di Arab itu gratis, semuanya dibiayai oleh pihak kerajaan.
- Setiap bulan mendapatkan uang saku dari kerajaan Saudi Arabia. Mahasiswa mendapatkan uang saku sebesar 890 riyal, sedangkan mahasiswa sekaligus peneliti mendapatkan 2000 riyal.
- Fasilitas asrama disediakan gratis. Namun bagi yang membawa keluarga saat itu tidak ditanggung oleh pihak kampus.
- Fasilitas kampus termasuk alat-alat penelitian sangat lengkap bahkan mudah ditemukan di banyak laboratorium penelitian.
- Biaya penelitian ditanggung oleh pihak kampus atau beberapa pihak sponsor sehingga mahasiswa tidak perlu mengeluarkan biaya research sama sekali. Bahkan untuk mempelajari berbagai journal ilmiah, pihak kampus sudah menyediakan fasilitas lewat online.
- Dosen-dosen yang mengajar di KSU rata-rata adalah lulusan Amerika dan Eropa dari kampus yang ternama.
- Bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa keseharian di kampus, jadi bukan bahasa Arab. Bahasa Arab dipakai keseharian di luar kampus atau saat ingin mendalami agama di luar kampus.
- Fasilitas kampus sangat mendukung untuk belajar seperti library (maktabah) dan fasilitas internet yang super cepat.
- Bisa menimba ilmu agama dari masyaikh dan ulama besar yang masih hidup di Saudi Arabia.
- Bisa menambah hafalan Al-Qur’an karena suasana kampus yang mendukung.
- Terpisahnya kampus laki-laki dan perempuan. Di kampus KSU yang kami tempati hanya khusus untuk laki-laki.
- Diberi kesempatan untuk melakukan ibadah shalat dengan mudah, termasuk juga haji dan umrah. Haji dibiayai oleh pihak kampus. Pada moment tertentu seperti liburan semester, pihak kampus memberikan umrah gratis.
- Banyak muhsinin (dermawan) yang mendukung orang-orang yang belajar agama, walaupun backgroundnya kuliah umum.
Bagaimana Cara Masuk Kuliah di Arab?
Kalau saat ini, pendaftaran dan pengiriman aplikasi untuk masuk di King Saud University bisa diakses lewat web resmi kampus ksu.edu.sa.
Sedangkan kami dahulu ketika masuk di KSU melalui jalur korespondensi (murosalah) yaitu dengan mengirim berkas-berkas. Namun dahulu kami sangat dibantu oleh kakak angkatan kami, Mas Meilana. Beliaulah yang menerima berkas-berkas kami dan mengajukannya pada pihak kampus. Persyaratan yang dikirim berupa ijazah yang sudah ditranslate dalam bahasa Inggris, transkrip nilai, hasil tes TOEFL, dan rekomendasi dari dosen saat belajar di strata satu. Kami lebih dimudahkan lagi karena Mas Meilana meminta rekomendasi dari dosen Teknik Kimia KSU yang punya koneksi baik dengan pihak rektorat KSU, yaitu Prof. Dr. Sa’id Az-Zahrani. Jadi kemudahan saat itu bisa diterima dengan mudah adalah dari kemudahan Allah kemudian dari koneksi dekat di KSU.
Suasana Belajar di Arab
Belajar S-2 di KSU begitu asyik. Pelajaran teori didapat selama dua semester awal. Di tahun berikutnya adalah konsen untuk penelitian thesis. Sedangkan waktu belajar bisa di pagi atau siang hari. Dan jadwalnya pun bisa dikompromikan dengan dosen bila hanya ada beberapa mahasiswa saja yang mengikuti mata kuliah. Saat itu, kami mengambil konsentrasi Polymer Engineering. Dalam kelas pun hanya berdua, kecuali untuk mata kuliah yang sifatnya umum. Adapun waktu penelitian saat dimulai semester tiga, waktunya dari pukul delapan hingga pukul empat sore. Setelah itu waktu begitu longgar sehingga bisa digunakan untuk menimba ilmu agama dari ba’da ‘Ashar hingga pukul sembilan malam. Karena untuk ke tempat kajian di Markaz Syaikh Shalih Al-Fauzan di daerah Malaz di kota Riyadh, mesti menempuh perjalanan dengan bus yang disediakan seorang dermawan secara gratis, pergi menempuh waktu 1,5 jam, sedangkan pulangnya 1 jam. Adapun belajar bersama Syaikh Al-Fauzan, kurang lebih 1,5 jam dari ba’dah Maghrib sampai shalat ‘Isya’.
Menimba Ilmu Agama dari Masyaikh
Saat kuliah di Saudi Arabia, kami belajar dari beberapa ulama, terutama empat ulama yang sangat berpengaruh pada perkembangan ilmu kami, yaitu Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan (anggota Al-Lajnah Ad-Da’imah dan ulama senior di Saudi Arabia), Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri (anggota Haiah Kibaril ‘Ulama pada masa silam dan pengajar di Jami’ah Malik Su’ud), Syaikh Shalih bin ‘Abdullah Al-‘Ushaimi (ulama yang terkenal memiliki banyak sanad dan banyak guru), dan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak (anggota Haiah Tadris Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud terdahulu).
Ulama lainnya yang pernah kami gali ilmunya adalah Syaikh ‘Ubaid bin ‘Abdullah Al-Jabiri, Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy-Syuwai’ir, Syaikh Dr. Hamd bin ‘Abdul Muhsin At-Tuwaijiri, Syaikh Dr. Sa’ad bin Turki Al-Khatslan, Syaikh Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al-‘Anqari, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah Alu Syaikh (Mufti Saudi Arabia), Syaikh Shalih bin ‘Abdullah bin Humaid (penasihat kerajaan dan anggota Haiah Kibaril Ulama’), Syaikh Shalih bin Muhammad Al-Luhaidan (anggota Haiah Kibaril Ulama’), Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah Ar-Rajihi (profesor di Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud), Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Nashir As-Sulmi, Syaikh Khalid As-Sabt, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz As-Sadhan, Syaikh ‘Abdul Karim Khudair, Syaikh ‘Abdurrahman Al-‘Ajlan (pengisi di Masjidil Haram Mekkah), dan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath-Tharifi (seorang ulama muda).
Kami pernah memperoleh sanad dua puluh kitab – mayoritas adalah kitab-kitab karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab – yang bersambung langsung sampai penulis kitab melalui guru beliau, Syaikh Shalih bin ‘Abdullah Al-‘Ushaimi. Sanad tersebut diperoleh dari Daurah Barnamij Muhimmatul ‘Ilmi selama delapan hari di Masjid Nabawi Madinah An-Nabawiyyah, 5-12 Rabi’ul Awwal 1434 H. Daurah ini diikuti seminggu sebelum kami menjalani sidang thesis S-2, di bulan Januari 2013.
Setelah menjalani sidang thesis, langsung kami mengurus berkas-berkas kepulangan. Akhirnya, berada di Indonesia pada bulan Maret 2013.
Semoga jadi ibrah.
* Maaf, untuk info kuliah di KSU bisa langsung melihat di website ksu.edu.sa. Jika menghubungi kontak kami, tidak akan kami layani lagi karena pendaftaran saat ini hanya lewat internet.
—
Disusun @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, dini hari, 23 Dzulqa’dah 1437 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam