Adab pada Guru (1)
Adab pada guru atau ahli ilmu pada saat ini dirasa semakin berkurang. Lebih-lebih jika pertemuan antara pencari ilmu dan guru tidak secara langsung seperti lewat media sosial. Murid akan mudah mencela, mendebat, berjidal, dan berkata kasar di depan gurunya sendiri. Itulah barangkali yang kurang dimiliki penuntut ilmu saat ini lebih mementingkan mempelajari ilmu daripada mempelajari adab. Akhirnya, melekat pada diri mereka watak keras dan suka mendebat, bahkan tidak santun dengan gurunya. Apalagi jika ia hanya menggali ilmu dari satu guru. Jika ada guru lain yang berbeda pendapat dengan gurunya, bisa-bisa ia katakan sesat. Kenapa ada murid bisa bersikap seperti itu? Itulah karena kurang dalam mempelajari adab.
Pelajari Adab Dulu Barulah Gali Ilmu
Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.” Guru penulis, Syaikh Shalih Al-‘Ushaimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.” Karenanya sampai-sampai Ibnul Mubarak berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Adab pertama: Pelajarilah ilmu dari guru, jangan otodidak dengan membaca buku sendiri.
Asalnya, ilmu agama diperoleh dengan talaqqi langsung dengan guru atau bertatap muka langsung. Meraih ilmu tersebut disa dari seorang guru, lebih baik lagi jika dari berbagai guru yang memang terpercaya ilmunya sehingga tidak kaku dalam satu pendapat saja. Ada faedah belajar dari guru secara langsung:
- Lebih meringkas jalan dalam meraih ilmu. Beda halnya jika ilmu diperoleh dari buku, yang butuh penelaan yang lama. Kalau lewat guru, ia bisa meringkas perselisihan ulama yang ada dan bisa mengambil pendapat yang lebih kuat.
- Lebih cepat memahami ilmu. Memang nyata, belajar dari guru lebih cepat memahami dibanding dengan membaca buku. Karena dalam membaca bisa jadi ada hal-hal atau istilah yang sulit dipahami. Ini akan sangat terbantu ketika belajar dengan guru.
- Ada hubungan antara murid dan guru, yaitu antara yang junior dalam mencari ilmu dan yang telah banyak makan garam (alias: berpengalaman).
- Belajar dari guru juga bisa belajar akhlak dan adab darinya secara langsung.
Semoga berlanjut pada adab selanjutnya. Semoga Allah mudahkan untuk mengamalkan setiap adab yang ada.
Referensi:
Syarh Hilyah Thalib Al-‘Ilmi li Syaikh Bakr Abu Zaid. Cetakan pertama, tahun 1423 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ibnu Al-Haitsam.
Ta’zhim Al-‘Ilmi. Syaikh Shalih bin ‘Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaimi,. Muqorrorot Barnamij Muhimmah Al-‘Ilmi.
—
Selesai disusun 19 Dzulhijjah 1436 H, di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom
Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.
Di zaman ini guru lebih mementingkan dapurnya ngebul
Sehingga Aspek pendidikan jadi tumpul
yang penting mengajar walau modal dengkul
Kami yakin tdk spt guru dlm ilmu agama.
Barakallahu fiikum.