Bantahan untuk Orang Musyrik (5): Orang Musyrik Mengikuti Ajaran Ibrahim?
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa orang musyrik ternyata mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Makanya kita melihat bahwa mereka adalah orang yang rajin ibadah dan sedekah. Lalu salah mereka apa? Mereka telah menyekutukan Allah dalam hal ibadah. Jadi, seorang muslim pun demikian, jika mereka rajin ibadah namun terjerumus dalam syirik besar, maka amal ibadah mereka jadi sia-sia. Yang terpenting adalah tauhid.
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala mengutus nabinya Muhammad untuk memperbaharui ajaran mereka, yaitu agar mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau mengabarkan kepada kaumnya bahwasanya bentuk pendekatan dan i’tiqod seperti yang mereka yakini hanya pantas dimiliki oleh Allah saja. Tidak boleh satu pun ibadah ditujukan pada makhluk apa pun, baik itu ditujukan pada malaikat yang didekatkan dan tidak pula pada nabi yang diutus, apalagi selain dari keduanya” (*)
Point penting yang ingin disampaikan oleh Syaikh dalam penggalan kalimat di atas dari kitab beliau Kasyfu Syubuhaat adalah ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah saja, tidak boleh pada yang lainnya. Juga terdapat keterangan dari beliau bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus supaya mengajak kaumnya untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang lurus.
Ikutilah Ajaran Nabi Ibrahim
Orang musyrik Arab yang Rasul diutus di tengah-tengah mereka sebenarnya mereka masih memiliki bekas-bekas ajaran Rasul sebelumnya. Bukan berarti mereka sama sekali tidak mengikuti Rasul sebelumhya. Bahkan ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ada di tengah-tengah mereka. Makanya jangan heran jika masih ada tersisa ajaran Nabi Ibrahim seperti mandi junub, mandi suci setelah haidh bagi wanita, amalan sedekah, do’a dan shalat. Lihat bahasan sebelumnya: Orang Musyrik Ternyata Rajin Ibadah.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memurnikan ajaran orang musyrik yang sudah tercampuri penyimpangan supaya mengikuti ajaran nenek moyang mereka, yaitu Nabi Ibrahim yang berada di atas tauhid. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120) شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121) وَآَتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (122) ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (123)
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An Nahl: 120-123).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk memperbaharui ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Dalam ayat lain disebutkan,
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
“Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.” (QS. Yasin: 6). Mereka orang-orang musyrik telah melupakan ajaran Nabi Ibrahim kecuali saja sedikit dari mereka yang berada di atas ajaran tauhid yang disebut dengan hunafa’.
Dan ajaran Ibrahim adalah ajaran tauhid dan selalu tunduk patuh pada Allah Ta’ala,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (28)
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. Tetapi (aku menyembah) Rabb Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan (lbrahim ‘alaihis salam) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.”(QS. Az Zukhruf: 26-28). Jadi, ajaran Ibrahim adalah ajaran yang mengajak untuk beribadah pada Allah semata.
Ibadah Tidak Boleh Ditujukan pada Selain Allah
Inilah ajaran Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya ibadah hanyalah untuk Allah semata. Dalam hal istighotsah, maka tidak boleh ada yang menujukkannya pada selain Allah dalam hal yang hanya Allah yang mampu. Tidak boleh seseorang meminta tolong diangkatnya musibah (istighotsah) melalui orang mati. Tidak boleh istighotsah melalui arwah. Tidak boleh beristighotsah dengan makhluk ghaib. Ibadah dan ketergantungan hati hanyalah untuk Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan sesembahanmu adalah Rabb Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 163).
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS. Al Isra’: 23).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Al Bayyinah: 5).
Hanya Allah yang memberi taufik pada jalan tauhid.
Referensi:
Kitab Kasyfu Syubuhat, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, naskah bersanad dari guru kami Syaikh Sholih bin ‘Abdillah bin Hamad Al ‘Ushoimi, dalam Muqorrorot Barnamij Muhimmatul ‘Ilmi, cetakan ketiga, 1434 H.
Syarh Kasyfi Syubuhaat, Syaikh Sholih bin ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Syaikh, terbitan Maktabah Daril Hijaz, cetakan pertama, tahun 1433 H, hal. 71-74.
Syarh ‘ala Kitab Kasyfi Syubuhaat, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, terbitan Muassasah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz Al Khoiriyah, tahun 1430 H, hal. 8.
—
Selesai disusun di waktu Dhuha, 6 Dzulqo’dah 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang-Gunungkidul
Artikel www.rumaysho.com
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
Kunjungi tiga web kami lainnya: (1) Pesantren DarushSholihin, (2) Bisnis Pesantren di Ruwaifi.Com, (3) Belajar tentang Plastik
Dapatkan segera buku terbaru Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal: Dzikir Pagi Petang (Ukuran Besar dan Kecil)