Aqidah

Bantahan untuk Orang Musyrik (3): Patung Orang Musyrik Hanya Sebagai Perantara

Kembali melanjutkan bantahan untuk orang musyrik setelah sebelumnya dipahamkan mengenai tauhid, lalu penjelasan awal kesyirikan di masa Nabi Nuh. Sekarang ini akan diulas mengenai perihal patung yang dihancurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa maksud tersebut ada. Sebenarnya patung orang sholih hanyalah sebagai perantara dalam ibadah, bukan patung tersebut yang disembah atau ditujukan do’a secara langsung. Banyak di antara kita yang belum memahami hal ini.

Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata, “Rasul terakhir adalah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Beliaulah yang menghancurkan berbagai patung orang sholih.”(*)

Muhammad adalah Rasul Terakhir

Ini akidah penting yang mesti diyakini setiap muslim. Ia harus meyakini bahwa Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– adalah Rasul yang terakhir, tidak ada lagi Rasul setelah beliau diutus.

Ath Thohawi rahimahullah dalam kitab akidahnya berkata,

وَكُلُّ دَعْوَى النُّبُوَّةِ بَعْدَهُ فَغَيٌّ وَهَوًى

Setiap klaim kenabian setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itu suatu kesesatan dan hanya sekedar mengikuti nafsu sesat.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى كَذَّابُونَ ثَلاَثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِىٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى

Akan datang dari umatku 30 orang pendusta yang kesemuanya mengklaim dirinya sebagai Nabi. Padahal akulah penutup para Nabi, tidak ada lagi Nabi sesudahku.” (HR. Abu Daud no. 4252, Tirmidzi no. 2219 dan Ahmad 5: 278. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Ibnu Abil ‘Izz –rahimahullah- berkata, “Kalau disebut beliau adalah penutup para Nabi, maka diketahui bahwa siapa saja yang mengklaim sebagai Nabi sesudah beliau, maka itu adalah klaim dusta.” (Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah karya Ibnu Abil ‘Izz, 1: 250).

Syaikh Sholeh Alu Syaikh –hafizhohullah– berkata, “Siapa saja yang mengklaim dirinya adalah Nabi atau diberi wahyu atau menyatakan diri sebagai Rasul, maka ia kafir dan wajib dibunuh.” (Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah karya Syaikh Sholeh Alu Syaikh, 1: 176).

Menghancurkan Patung Orang Sholih

Ketika penaklukkan kota Mekkah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri atau beliau mengutus utusannya untuk menghancurkan patung-patung di sekitar Ka’bah dan ketika itu ada 360 berhala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,

دَخَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مَكَّةَ ، وَحَوْلَ الْكَعْبَةِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ نُصُبًا فَجَعَلَ يَطْعَنُهَا بِعُودٍ فِى يَدِهِ وَجَعَلَ يَقُولُ ( جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki kota Mekkah (untuk penaklukkan), saat itu terdapat 360 berhala. Lalu beliau menghancurkan tongkat di tangannya sembari membacakan ayat (yang artinya), “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” (QS. Al Isra’: 81).” (HR. Bukhari no. 2478 dan Muslim no. 1781).

Dan dari perkataan Syaikh rahimahullah dikatakan bahwa yang dihancurkan adalah patung orang sholih. Namun apakah patung tersebut itulah yang dimaksud untuk disembah atau patung itu hanya sebagai perantara dalam do’a?

Sudah dimaklumi bahwa patung tersebut bukanlah yang dituju dalam ibadah. Sebenarnya yang dituju adalah ruh orang sholih tersebut, patung tadi hanya sebagai perantara. Dari arwah orang sholih inilah yang nanti akan menyampaikan ibadah orang musyrik tadi pada Allah. Sehingga dengan melakukan taqorrub atau pendekatan diri barulah mengantarkan pada ibadah mereka -orang musyrik- pada Allah. Itulah kesyirikan yang terjadi di masa silam di tengah-tengah orang musyrik. Lihat penjelasan Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam Syarh Kasyfu Syubuhaat, hal. 53.

Jadi, jangan kira bahwa orang musyrik menyembah patung tersebut secara langsung. Tidak sama sekali. Yang dimaksud adalah mereka hanya menjadikan patung tersebut supaya sampai hajat mereka pada arwah orang sholih dan nanti disampaikan pada Allah.

Wallahu a’lam. Semoga Allah meluruskan terus akidah kita sesuai dengan pemahaman Al Qur’an dan Sunnah Shahihah. Hanya Allah yang memberi hidayah demi hidayah.

 

Referensi:

Kitab Kasyfu Syubuhat, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, naskah bersanad dari guru kami Syaikh Sholih bin ‘Abdillah bin Hamad Al ‘Ushoimi, dalam Muqorrorot Barnamij Muhimmatul ‘Ilmi, cetakan ketiga, 1434 H.

Syarh Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Sholih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, terbitan Maktabah Darul Hijaz, cetakan pertama, tahun 1433 H.

Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Syaikh, terbitan Maktabah Dar Al Hijaz, cetakan pertama, tahun 1433 H.

Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, Ibnu Abil ‘Izz Ad Dimasyqi, tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Dr. ‘Abdullah At Turki, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan kedua, tahun 1421 H.

Selesai disusun di pagi hari, 15 Syawal 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang-Gunungkidul

Artikel www.rumaysho.com

 

Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat dan kunjungi pula web bisnis Pesantren Darush Sholihin di Ruwaifi.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button