Aqidah

Dari Gambar Sampai Ibadah pada Kubur Orang Sholih

Perbuatan syirik dapat terjadi karena berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang sholih, itu di antara sebabnya. Awalnya dengan membuat gambar mereka, lalu akhirnya diibadahi. Kita dapat melihat dari hadits berikut yang menceritakan bagaimana awal kesyirikan orang Nashrani di negeri Habasyah (Ethiopia sekitarnya) muncul sampai adanya ibadah pada kubur. Hadits ini juga menunjukkan bahayanya kubur yang berada di sisi masjid, dan ini tidak asing lagi kita jumpai di negeri kita.

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan tentang gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah. Di dalamnya terdapat gambar-gambar. Mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda,

إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، فَأُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat orang yang sholih yang meninggal dunia, maka mereka pun membangun di atas kuburnya masjid (tempat ibadah) dan mereka memasang di dalamnya gambar-gambar untuk mengenang orang-orang soleh tersebut. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak” (HR. Bukhari no. 427 dan Muslim no. 528).

Tentang gereja di atas diceritakan ketika sakitnya Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam– sebelum beliau meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebab sampai gambar-gambar tersebut diagungkan adalah karena sikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang sholih. Sampai-sampai masjid dibangun di atas kubur orang-orang sholih tersebut dan gambar-gambar mereka pun dipajang. Mereka disebut sebagai syirorul kholq, sejelek-jeleknya makhluk. Karena mereka telah menggabungkan dua musibah, yaitu musibah menjadikan masjid di atas kubur dan musibah karena mengagungkan berhala (gambar) yang mengantarkan pada syirik.

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Larangan beribadah kepada Allah di sisi kubur orang sholih karena perbuatan tersebut adalah perantara kepada kesyirikan. Perbuatan ini pun termasuk amalan orang Nashrani.

2- Bolehnya menceritakan amalan orang kafir supaya kaum muslimin menghindarinya.

3- Peringatan keras dari membuat gambar (makhluk bernyawa: manusia dan hewan) dan memajangnya karena perbuatan tersebut adalah perantara menuju syirik.

4- Walaupun niatnya baik, membangun masjid di sisi kubur orang sholih merupakan perbuatan sejelek-jeleknya makhluk.

5- Shalat di sisi kubur itu terlarang dan Allah melaknat orang yang menjadikan kubur sebagai masjid.

Wallahul muqaffiq.

 

Lihat bahasan Shalat di Masjid yang Ada Kubur di sini.

Referensi:

Kitab Tauhid, Muhammad bin Sulaiman At Tamimi, tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir Al Arnauth, terbitan Darus Salam.

Al Mulakhosh fii Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, 1422 H.

Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta’, cetakan ketujuh, 1431 H.

@ Sakan 27, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA, 26 Muharram 1434 H

www.rumaysho.com

Artikel yang Terkait

4 Komentar

  1. Assalaamu’alaikum w.w.
    Ust, bagaimana dengan Masjid Nabawi ? terus terang masih ada persilihan ditempat kami mengenai ini, mohon penjelasannya. Syukron…

    1. Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      *Bagaimana dengan Masjid Nabawi?*

      Sebagian orang menyampaikan syubhat mengenai masjid Nabawi (di kota Nabi* shallallahu
      ‘alaihi wa sallam*, Madinah). Jika memang shalat di masjid yang ada kubur terlarang, lantas bagaimana dengan keadaan masjid Nabawi itu sendiri? Bukankah di dalamnya ada kubur Nabi *shallallahu ‘alaihi wa sallam*.

      Syaikh Sholeh Al Fauzan *hafizhohullah* mengatakan bahwa syubhat ini adalah talbis, yaitu ingin menyamarkan manusia. (Durus Syaikh Sholeh Al Fauzan, Al Muntaqo).

      Cukup, syubhat di atas dijawab dengan penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berikut ini:

      1. Masjid Nabawi tidaklah dibangun di atas kubur. Bahkan yang benar, masjid Nabawi dibangun di masa Nabi *shallallahu ‘alaihi wa sallam * hidup.
      2. Nabi *shallallahu ‘alaihi wa sallam *tidaklah di kubur di masjid sehingga bisa disebut dengan orang sholeh yang di kubur di masjid. Yang benar, beliau dikubur di rumah beliau.
      3. Pelebaran masjid Nabawi hingga sampai pada rumah Rasulullah *shallallahu ‘alaihi wa sallam* dan rumah ‘Aisyah bukanlah hal yang disepakati oleh para sahabat *radhiyallahu ‘anhum*. Perluasan itu terjadi ketika sebagian besar sahabat telah meninggal dunia dan hanya tersisa sebagian kecil dari mereka. Perluasan tersebut terjadi sekitar tahun 94 H, di mana hal itu tidak disetujui dan disepakati oleh para sahabat. Bahkan ada sebagian mereka yang mengingkari perluasan tersebut, di antaranya adalah seorang tabi’in, yaitu Sa’id bin Al Musayyib. Beliau sangat tidak ridho dengan hal itu.
      4. Kubur Rasul *shallallahu ‘alaihi wa sallam* tidaklah di masjid, walaupun sampai dilebarkan. Karena kubur beliau di ruangan tersendiri, terpisah jelas dari masjid. Masjid Nabawi tidaklah dibangun dengan kubur beliau. Oleh karena itu, kubur beliau dijaga dan ditutupi dengan tiga dinding. Dinding tersebut akan memalingkan orang yang shalat di sana menjauh dari kiblat karena bentuknya segitiga dan tiang yang satu berada di sebelah utara (arah berlawanan dari kiblat). Hal ini membuat seseorang yang shalat di sana akan bergeser dari arah kiblat. (Al Qoulul Mufid, 1: 398-399)

      Silakan baca artikel selengkapnya di sini: https://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/3749-shalat-di-masjid-yang-ada-kubur.html

  2. Islam agama tauhid,maka perangilahsegala bentuk kesirikan,dan bid’ah adalah salah satu pintu menuju kemusrikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button