Shalat

Shalat Rawatib Zhuhur

 

Bagaimana cara shalat rawatib Zhuhur? Ikuti pembahasan kali ini dari kitab Riyadahus Sholihin – Kitab Al-Fadhail.

 

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail

199-بَابُ سُنَّةُ الظُهْرِ

199. Bab Sunnah Zhuhur

 

Hadits #1113

1/1113- عَنِ ابْنِ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتيْنِ بَعْدَهَا. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku melakukan shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dua rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1172 dan Muslim, no. 729]

 

Hadits #1114

2/1114-وَعَنْ عَائِشَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبعاً قَبْلَ الظُّهْرِ، رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum Zhuhur. (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1182]

 

Hadits #1115

3/1115-وَعَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَليِّ فِي بَيْتِي قَبْلَ الظُّهْر أَرْبَعاً، ثُمَّ يخْرُجُ فَيُصليِّ بِالنَّاسِ، ثُمَّ يدخُلُ فَيُصَليِّ رَكْعَتَينْ، وَكانَ يُصليِّ بِالنَّاسِ المَغْرِب، ثُمَّ يَدْخُلُ بيتي فَيُصليِّ رَكْعَتْينِ، وَيُصَليِّ بِالنَّاسِ العِشاءَ، وَيدْخُلُ بَيْتي فَيُصليِّ ركْعَتَيْنِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat qabliyah Zhuhur empat rakaat di rumahnya. Kemudian beliau keluar, lalu shalat mengimami orang-orang, lalu masuk ke rumahku, kemudian melakukan shalat dua rakaat. Beliau pun melakukan shalat Maghrib mengimami orang-orang, kemudian memasuki rumahku, lalu melakukan shalat dua rakaat. Dan beliau mengerjakan shalat Isya mengimami orang-orang dan masuk ke rumahku, kemudian melakukan shalat dua rakaat. (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 730]

 

Faedah Hadits:

  1. Shalat sunnah rawatib ada yang sebelum dan ada yang sesudah shalat wajib.
  2. Shalat sunnah di rumah lebih baik daripada shalat sunnah di masjid (jika memungkinkan).
  3. Shalat wajib di masjid afdal daripada shalat wajib di rumah.
  4. Disunnahkan menjaga shalat sunnah qabliyah Zhuhur empat rakaat dan shalat sunnah badiyah Zhuhur dua rakaat.
  5. Disunnahkan menjaga shalat sunnah badiyah Maghrib dua rakaat.
  6. Disunnahkan menjaga shalat sunnah badiyah Isya dua rakaat.

 

Hadits #1116

4/1116-وَعَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَأَرْبعٍ بَعْدَهَا، حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ”

رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وَالتِّرْمِذِي وَقالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat setelahnya, Allah pasti mengharamkan dirinya masuk neraka.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Ia katakan bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Abu Daud, no. 1269 dan Tirmidzi, no. 428. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih gharib dari sisi ini]

 

Faedah Hadits:

  1. Disunnahkan menjaga shalat sunnah rawatib.
  2. Disunnahkan mengerjakan shalat sunnah qabliyah Zhuhur empat rakaat dan badiyah Zhuhur empat rakaat.
  3. Merutinkan shalat sunnah jadi sebab terjaga dari api neraka.

 

Hadits #1117

5/1117- وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كانَ يُصَلِّي أَرْبعاً بعْدَأَن تَزول الشَّمْسُ قَبْلَ الظُّهْرِ، وقَالَ:” إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، فأُحِبُّ أَن يَصعَدَ لِي فِيْهَا عمَلٌ صَالِحٌ” رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

Dari ‘Abdullah bin As-Sa’ib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat empat rakaat setelah tergelincir matahari sebelum shalat Zhuhur. Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya ini adalah waktu dibukakannya pintu-pintu langit, maka aku menyukai bila amal salehku naik pada saat itu.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 478. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib]

 

Faedah Hadits:

  1. Shalat sunnah qabliyah Zhuhur dilakukan ketika matahari sudah tergelincir.
  2. Hendaklah kita memanfaatkan waktu saat diijabahinya doa dan waktu terbaik untuk beramal saleh.
  3. Menambah ketaatan merupakan tanda bagusnya iman.

 

Hadits #1118

6/1118- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَانَ إِذا لَمْ يُصَلِّ أَرْبعاً قبْلَ الظهْرِ، صَلاَّهُنَّ بعْدَها.

رَوَاهُ الترمذيُّ وَقَالَ: حديثٌ حسنٌ.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila belum melakukan shalat empat rakaat sebelum Zhuhur, beliau melakukannya setelah Zhuhur. (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 426. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

 

Faedah Hadits:

Siapa yang tidak mampu melaksanakan shalat sunnah qabliyah Zhuhur sebelum Zhuhur karena ada uzur, ia bisa menunaikannya bada Zhuhur.

 

Beberapa Cara Melakukan Shalat Rawatib Zhuhur

 

Shalat rawatib zhuhur dapat dikerjakan dengan 3 cara berikut:

  1. Shalat 4 rakaat sebelum dan 4 rakaat sesudahnya.
  2. Shalat 4 rakaat sebelum dan 2 rakaat sesudahnya.
  3. Shalat 2 rakaat sebelum dan 2 rakaat sesudahnya.

Semua cara ini bisa dikerjakan. Di antara dalil yang menunjukkan rincian di atas adalah :

Mengerjakan shalat sunnah Zhuhur yang empat rakaat adalah dengan dua rakaat kemudian salam dan dua rakaat kemudian salam. Hal ini berdasarkan hadits,

صَلاَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

Shalat sunnah pada malam dan siang hari adalah dengan dua rakaat salam dan dua rakaat salam.” (HR. An-Nasai, no. 1666; Ibnu Majah, no. 1322. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih)

Semoga Allah beri taufik dan hidayah untuk terus menjaga amal shalih.

 

 

Referensi:

  1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid kedua.
  2. Bughyah Al-Mutathawwi’ fi Shalat At-Tathowwu’. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Al-Bazmul. Penerbit Dar At-Tauhid.

Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 9 Muharram 1140 H (Hari Tasu’ah)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

4 Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button