Amalan

Terus Basahi Lisan dengan Dzikir pada Allah

Janganlah sampai lisan kita lalai dari dzikir pada Allah. Basahnya lisan dengan dzikir yang membuat hati ini hidup. Dzikir yang membuat kita semangat mengurangi kehidupan. Dzikir kepada Allah yang membuat kita terangkat dari kesulitan.

Lisan ini diperintahkan untuk berdzikir setiap saat. Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »

“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir itu dilakukan setiap saat, bukan hanya di masjid, sampai di sekitar orang-orang yang lalai dari dzikir, kita pun diperintahkan untuk tetap berdzikir.

Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika hati seseorang terus berdzikir pada Allah maka ia seperti berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jaami’ul wal Hikam, 2: 524). Dinyatakan lebih baik karena orang yang berdzikir di pasar berarti berdzikir di kala orang-orang pada lalai. Para pedagang dan konsumen tentu lebih sibuk dengan tawar menawar mereka dan jarang yang ambil peduli untuk sedikit mengingat Allah barang sejenak.

Lihatlah contoh ulama salaf. Kata Ibnu Rajab Al Hambali setelah membawakan perkataan Abu ‘Ubaidah di atas, beliau mengatakan bahwa sebagian salaf ada yang bersengaja ke pasar hanya untuk berdzikir di sekitar orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Ibnu Rajab pun menceritakan bahwa ada dua orang yang sempat berjumpa di pasar. Lalu salah satu dari mereka berkata, “Mari sini, mari kita mengingat Allah di saat orang-orang pada lalai dari-Nya.” Mereka pun menepi dan menjauh dari keramaian, lantas mereka pun mengingat Allah. Lalu mereka berpisah dan salah satu dari mereka meninggal dunia. Dalam mimpi, salah satunya bertemu lagi temannya. Di mimpi tersebut, temannya berkata, “Aku merasakan bahwa Allah mengampuni dosa kita di sore itu dikarenakan kita berjumpa di pasar (dan lantas mengingat Allah).” Lihat Jaami’ul wal Hikam, 2: 524.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Shubuh hari, 2 Rajab 1435 H di Panggang, Gunungkidul

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

Segera pesan satu paket buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal berisi 6 buku dengan format: Paket 6 buku# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah paket, lalu kirim sms ke 0852 00 171 222 atau via PIN BB 2A04EA0F. Harga paket Rp.80.000,- untuk Pulau Jawa, sudah termasuk ongkos kirim. Salah satu buku yang terdapat dalam paket tersebut adalah buku “Kenapa Masih Enggan Shalat?”. Info selengkapnya di Ruwaifi.Com.

 

Artikel yang Terkait

7 Komentar

  1. Assalamu ‘alaikum Ustadz. HAdis yang itu benar tapi tidak sempurna….kisah dari Ibnu Rajab itu menyesatkan. Tidak mudah untuk mendapatkan ampunan dengan hanya “olah mulut”. Hal hal seperti ini yang melemahkan dan merendahkan nilai-nilai Islam.

    Perhatikan ini, berapa tahun Rasulullah berupaya mendapat keridloan Tuhannya di goa Hiro’. berapa tahun upaya yg dilakukan Sunan Kalijaga dam Sunan Giri untuk bisa diterima taubatnya.
    Ibadah yang dilakukan dengan sirri belum tentu diterima, apalagi yang dilakukan terang-terangan…..coba pikirkan itu.
    Mohon maaf sebelumnya. Saya selalu memperhatikan artikel Ustadz.
    Wassalam, saya menyadari komentar saya kadang menjadi ancaman buat admin

    1. Trima kasih ustadz untuk artikelnya. Saya pikir tidak ada yg salah dengan hadisnya. “Olah bibir ” bisa membawa pahala besar asal ucapannya menancap betul ke hati, dengan niat yg bersih dan kuat untuk menyembah Allah. Sedangkan “olah bibir” kalo cuman ucapan saja, hatinya lalai ya .. Allah maha Tahu pahalanya. Itulah pemahaman agama yg saya dapatkan dari berbagai sumber. Intinya bahwa ucapan yg menghunjam dalam ke hati, tentu saja berpengaruh besar pada iman. Bukankah Allah sendiri juga memerintahkan untuk berdoa dan beribadah dengan kesadaran penuh dan bukan dengan hati yang lalai. Wallahu A’lam.

  2. Subhanallah, cerita di bagian terakhir artikelnya begitu menyentuh 🙂
    Terimakasih sudah mengingatkan.
    mungkin bisa ditambah lagi tentang bacaan dzikir yang bisa diamalkan setiap saatnya, seperti dzikir yang ringan di lisan namun berat di timbangan, “Subhanallahi wabihamdih, Subhanallahil adziim”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button