KeluargaKhutbah Jumat

Khutbah Jumat: Mengapa Suami/Istri Berselingkuh? Ini Penyebab dan Solusinya

Dalam khutbah ini dijelaskan penyebab utama perselingkuhan dalam rumah tangga berdasarkan ayat Al-Qur’an, hadits Nabi, serta temuan ilmiah masa kini. Disertakan pula solusi praktis Islami dan psikologis untuk menjaga keutuhan dan kesucian pernikahan.

 

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du …

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam ketakwaan, ketakwaan itu dengan menjaga ketaatan kepada Allah dan menjauhi dosa besar dan dosa kecil. Semoga dengan ini kita menjadi pengikut Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendapatkan syafaat beliau kelak di hari kiamat.

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌ فِى بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

Arab-Latin: Allażīna yajtanibụna kabā`iral-iṡmi wal-fawāḥisya illal-lamama inna rabbaka wāsi’ul-magfirah, huwa a’lamu bikum iż ansya`akum minal-arḍi wa iż antum ajinnatun fī buṭụni ummahātikum, fa lā tuzakkū anfusakum, huwa a’lamu bimanittaqā

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Imam Ibnu Katsir rahimahullah disebutkan:

Allah kemudian menjelaskan siapa yang dimaksud dengan al-muhsinīn (orang-orang yang berbuat baik). Mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Artinya, mereka tidak melakukan perkara yang diharamkan dan menjauhi dosa-dosa besar.

Namun, jika di antara mereka ada yang terjatuh dalam dosa-dosa kecil, maka Allah akan mengampuni dan menutupinya. Sebagaimana firman Allah Ta‘ala dalam ayat lain:

إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang untuk kamu kerjakan, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kecilmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS. An-Nisā’: 31)

Demikian pula dalam ayat yang sedang kita bahas, Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَاحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil.” (QS. An-Najm: 32)

Ayat ini menunjukkan bahwa para muhsin—orang yang berbuat baik—tetap bisa saja melakukan kesalahan kecil, tetapi Allah tidak memperlakukan dosa kecil seperti dosa besar. Ungkapan “illā al-lamam” (kecuali kesalahan kecil) adalah bentuk pengecualian yang terpisah, karena al-lamam termasuk dosa-dosa ringan dan perbuatan yang sepele.

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan, Abdur Razzaq telah menyampaikan kepada kami, dari Ma‘mar, dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhumā, beliau berkata: “Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih mirip dengan makna al-lamam (dosa kecil) selain apa yang disampaikan oleh Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذٰلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذٰلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ.

Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam bagiannya dari zina; dia pasti akan terkena bagian itu, tanpa bisa dihindari. Maka, zina kedua mata adalah pandangan, zina lisan adalah ucapan, sedangkan jiwa berangan-angan dan menginginkannya, dan kemaluanlah yang membenarkan hal itu atau mendustakannya.’” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim melalui jalur periwayatan Abdur Razzaq.

Demikian penjelasan dari Tafsir Ibnu Katsir.

Baca juga: Khutbah Jumat, Jauhilah Zina dan Perselingkuhan

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Dosa dan maksiat terbagi menjadi dua jenis, yaitu dosa kecil dan dosa besar.

Dosa kecil (ash-shaghā’ir) adalah setiap perbuatan dosa yang tidak sampai pada batas dosa besar, atau yang berada di bawah dua batas, yaitu tidak dikenai hukuman had di dunia dan tidak disertai ancaman azab di akhirat.

Imam al-Munāwī rahimahullāh menjelaskan dalam Fayḍ al-Qadīr, “Kata al-kabā’ir (dosa-dosa besar) adalah bentuk jamak dari kabīrah, yaitu setiap perbuatan maksiat yang berat dan dosa yang besar. Para ulama memang berbeda pendapat dalam mendefinisikan dosa besar. Namun, pendapat yang paling kuat adalah bahwa dosa besar ialah setiap dosa yang oleh syariat diberi hukuman had (hukuman dunia) atau disebutkan ancaman keras di akhirat.”

Sedangkan dalam ‘Umdah al-Qārī dijelaskan, “Sebagian ulama berkata bahwa dosa besar adalah setiap maksiat, sedangkan yang lain mengatakan: setiap dosa yang disertai ancaman api neraka, laknat, murka, atau azab dari Allah.”

Baca juga: Apa itu Dosa Besar?

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Media sosial seperti TikTok, Facebook, Instagram, dan YouTube kini menjadi sarana yang sangat memudahkan terjadinya perselingkuhan. Melalui fitur interaksi pribadi dan komunikasi rahasia, hubungan terlarang dapat dengan mudah terjalin tanpa terpantau. Selain itu, kemudahan menyebarkan konten oleh pihak yang tersakiti juga membuat kasus perselingkuhan cepat viral dan menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi masyarakat.

Berdasarkan penelitian terkini, perselingkuhan bisa terjadi karena sebab-sebab berikut ini.

1. Tidak Ada Kehangatan Emosional

Pasangan merasa tidak dihargai, tidak didengar, dan kehilangan kedekatan hati. Inilah penyebab utama selingkuh — karena butuh diperhatikan.

2. Kebutuhan Biologis Tidak Terpenuhi

Ketika kebutuhan seksual diabaikan atau dianggap tabu untuk dibahas, celah besar terbuka untuk godaan syahwat dari luar.

3. Tekanan Ekonomi Menyesakkan

Beban hidup dan keuangan yang berat memicu stres, konflik, dan celah untuk “pelarian” dalam bentuk hubungan gelap.

4. Media Sosial: Jembatan Selingkuh

WhatsApp, Instagram, dan Facebook mempermudah komunikasi diam-diam. Awalnya curhat, berujung khianat.

5. Komunikasi Suami Istri Tidak Terbangun

Tidak saling bicara dengan jujur, menyimpan emosi, dan saling menyalahkan adalah bom waktu kehancuran rumah tangga.

6. Gangguan Psikis dan Karakter Buruk

Narsisme, emosi tidak stabil, dan kecanduan validasi membuat seseorang mudah mencari perhatian dari lawan jenis lain.

7. Menikah Terlalu Muda, Belum Siap Mental

Banyak pasangan muda belum siap memikul tanggung jawab rumah tangga. Mereka masih labil, mudah goyah oleh godaan.

8. Lingkungan Sosial yang Merusak

Pergaulan yang permisif, tempat kerja yang bebas, atau teman yang mendukung selingkuh ikut menyuburkan dosa ini.

9. Poligami Tak Bijak, Selingkuh Dibungkus Agama

Ada yang berdalih ingin poligami tapi tanpa keadilan dan izin istri. Ini bukan syariat, tapi tipu daya hawa nafsu.

 

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Lalu bagaimana menjaga rumah tangga dari godaan dan khianat?

1. Perkuat Takwa dan Rasa Malu kepada Allah

Cukup hadits berikut jadi pelajaran.

Sahabat Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, “Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkanlah aku untuk berzina.”

Spontan seluruh sahabat yang hadir menoleh kepadanya dan menghardiknya, sambil berkata kepadanya: “Apa-apaan ini!”

Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada pemuda itu, “Mendekatlah.”

Pemuda itu segera mendekat ke sebelah beliau, lalu ia duduk. Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda kepadanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa ibumu?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh demi Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa ibu-ibu mereka.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa anak gadismu?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh demi Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpali jawabannya, “Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa anak gadis mereka.”

Selanjutnya beliau bertanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudarimu?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh demi Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpalinya, “Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari mereka.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudari ayahmu (bibikmu)?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh demi Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpali jawabannnya, “Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari ayah mereka.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudari ibumu (bibikmu)?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh demi Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpali jawabannya, “Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari ibu mereka.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut, dan berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

“Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan lindungilah kemaluannya.”

Semenjak hari itu, pemuda tersebut tidak pernah menoleh ke sesuatu hal (tidak pernah memiliki keinginan untuk berbuat serong atau zina).” (HR. Ahmad, 5: 256. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, perawinya tsiqah termasuk dalam jajaran perawi shahih)

Kalau ada yang ingin berzina, ingatlah: (1) malulah pada diri kita sendiri, (2) malulah jika ketahuan keluarga dekat kita, (3) kita pun tidak rida jika perempuan di dekat kita dizinai oleh orang lain, maka kita jangan sampai menzinai yang lainnya, (4) TAKUTLAH PADA SIKSA ALLAH.

2. Jaga Komunikasi Harian, Walau 10 Menit

Dialog emosional harian memperkuat ikatan batin dan mengurangi kesalahpahaman.

3. Penuhi Kebutuhan Pasangan – Batin dan Lahir

Islam memerintahkan untuk saling memenuhi hak biologis dan emosional. Jangan remehkan “sentuhan kecil” atau kata mesra.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

أَحَدُهَا: مَا رَكَّبَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ فِي طَبْعِ الرَّجُلِ مِنْ مَيْلِهِ إِلَى الْمَرْأَةِ، كَمَا يَمِيلُ الْعَطْشَانُ إِلَى الْمَاءِ، وَالْجَائِعُ إِلَى الطَّعَامِ، حَتَّى إِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ يَصْبِرُ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، وَلَا يَصْبِرُ عَنِ النِّسَاءِ، وَهَذَا لَا يُذَمُّ إِذَا صَادَفَ حَلَالًا، بَلْ يُحْمَدُ،

Salah satu penyebab kuatnya dorongan cinta adalah sifat dasar yang Allah Ta’ala tanamkan dalam diri laki-laki, yaitu kecenderungannya kepada perempuan. Kecenderungan ini seperti hausnya seseorang terhadap air, atau laparnya seseorang terhadap makanan. Bahkan, banyak orang yang bisa menahan lapar dan dahaga, tetapi tidak mampu menahan dorongan terhadap perempuan.

Dorongan ini tidaklah tercela selama diarahkan kepada yang halal, bahkan justru terpuji. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 295-296)

Itulah kenapa menolak hubungan intim itu tanpa ada uzur jadi bermasalah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فَرَاشِهَا، فَتَأْبَى عَلَيْهِ، إِلَّا كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا، حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya! Tidak ada seorang pun suami yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu ia menolak, melainkan Tuhan di langit akan murka kepadanya hingga ia meridhoi istrinya.” (HR. Muslim, no. 1436).

4. Batasi Interaksi Non-Mahram dan Medsos Pribadi

Terapkan adab digital Islami: tidak DM lawan jenis, tidak curhat di medsos, dan transparan pada pasangan.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amir, yaitu Ibnu Rabi’ah, dari bapaknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ

Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahramnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shahih lighairihi)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbah bersabda,

” لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ,وَلَا تُسَافِرُ اَلْمَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan kecuali dengan mahramnya. Janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya.’ Berdirilah seorang laki-laki dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi haji, sedangkan aku diwajibkan ikut perang ini dan itu.’ Maka beliau bersabda, ‘Berangkatlah dan berhajilah bersama istrimu.’” (Muttafaqun ‘alaih. Lafaz hadits ini dari Muslim). [HR. Bukhari, no. 1862 dan Muslim, no. 1341]

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ

Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172) Al-Laits berkata bahwa al hamwu adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami. Yang dimaksud dengan “maut” di sini yaitu berhubungan dengan keluarga dekat istri yang bukan mahram perlu ekstra hati-hati dibanding dengan yang lain.

Kesimpulan penting:

  • Khalwat (berdua-duan) antara wanita dan laki-laki yang bukan mahram (tidak halal) dihukumi haram. Yang termasuk dilarang adalah berkhalwat dengan istri dari saudara (ipar), istri dari paman dari jalur ayah atau jalur ibu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan bahwa al-hamwu al-maut, ipar itu kematian. Maksudnya, sifat bahaya hubungan dengan ipar itu besar. Karena berdua-duaannya dengan ipar itu sudah dianggap biasa tanpa ada pengingkaran, beda dengan ajnabi (orang jauh).
  • Berdua-duaan dengan yang janda ataukah dengan gadis dihukumi sama-sama terlarang.

 

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

5. Libatkan Allah dalam Rumah Tangga

Shalat berjamaah, doa bersama, dan tilawah menjaga rumah dari syaitan. Rumah yang dibacakan Al-Qur’an tidak akan gelap.

6. Bertumbuh Bersama, Bukan Saling Menuntut

Pasangan yang saling mendukung perkembangan diri (emosi, iman, ilmu) cenderung lebih setia dan bahagia.

7. Saling Terbuka, Saling Memaafkan

Bangun budaya terbuka. Bila ada masalah, bahas. Bila ada luka, obati. Jangan pendam hingga meledak dalam bentuk pengkhianatan.

 

Baca juga: Curhat pada Suami Orang

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Semoga khutbah ini menjadi pengingat bagi kita, bahwa rumah tangga bukan sekadar urusan dunia, tetapi amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Mari kita jaga kesetiaan, rawat cinta, dan kuatkan iman — agar keluarga kita menjadi baiti jannati, rumahku adalah surgaku.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوبَنَا، وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا، وَحَصِّنْ فُرُوجَنَا

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

 

Tonton video: Mengapa Suami/Istri Berselingkuh? Ini Penyebab dan Solusinya

 

Jumat pagi, 9 Jumadilawal 1447 H, 31 Oktober 2025

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button