Tafsir Al Qur'anTeladan

Kisah Kaum Tsamud: Peradaban yang Hilang Karena Azab Allah

Kaum Tsamud adalah salah satu peradaban besar yang disebut dalam Al-Qur’an, tetapi akhirnya dibinasakan oleh Allah karena kedurhakaan mereka. Kisah mereka menjadi pelajaran berharga tentang akibat menolak kebenaran dan melanggar perintah Allah. Artikel ini mengulas sejarah, mukjizat, dan azab yang menimpa kaum Tsamud berdasarkan Al-Qur’an dan tafsir ulama.

 

 

1. Kaum Tsamud dalam Al-Qur’an

Allah menyebut kaum Tsamud dalam firman-Nya:

وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُوا۟ ٱلصَّخْرَ بِٱلْوَادِ

“Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah.” (QS. Al-Fajr: 9)

Kaum Tsamud adalah bangsa yang tinggal di Lembah Hijr atau Mada’in Saleh, terletak di utara Arab Saudi. Mereka membangun rumah dengan memahat batu besar dan memiliki peradaban maju, tetapi akhirnya dibinasakan oleh Allah karena kedurhakaan mereka.

 

2. Nabi Saleh dan Seruan Kebenaran

Allah mengutus Nabi Saleh ‘alaihissalam kepada kaum Tsamud untuk menyeru mereka beribadah kepada Allah. Allah berfirman:

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ

“Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka, Saleh. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.'” (QS. Al-A’raf: 73)

Kaum Tsamud menolak seruan Nabi Saleh dengan penuh kesombongan. Mereka bahkan menuntut bukti kenabiannya dengan meminta mukjizat.

 

3. Mukjizat Unta Nabi Saleh

Allah mengabulkan doa Nabi Saleh dan mengeluarkan seekor unta betina dari batu sebagai tanda kebesaran-Nya. Unta ini minum dari sumber air mereka sehari penuh, sedangkan keesokan harinya giliran mereka mengambil air. Allah berfirman:

هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ

“Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah.” (QS. Al-A’raf: 73)

Namun, kaum Tsamud justru membunuh unta itu, yang akhirnya membawa kebinasaan bagi mereka.

 

4. Azab yang Menimpa Kaum Tsamud

Setelah membunuh unta mukjizat, Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa azab akan datang dalam tiga hari. Azab yang menimpa kaum Tsamud terdiri dari:

a. Suara Dahsyat (Ash-Sha’iqah)

Allah mengirim suara mengguntur yang menghancurkan mereka seketika.

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Lalu mereka ditimpa suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di dalam rumah mereka.” (QS. Al-A’raf: 78)

b. Gempa Dahsyat (Ar-Rajfah)

Gempa bumi mengguncang tanah mereka hingga membuat mereka mati dalam keadaan berserakan.

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Maka mereka ditimpa gempa, sehingga jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.” (QS. Al-A’raf: 91)

c. Petir yang Membakar (Ash-Sha’iqah)

Sebagian ulama menyebut bahwa kaum Tsamud dihancurkan dengan petir atau api dari langit.

وَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا۟ بِٱلطَّاغِيَةِ

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras (menggelegar).” (QS. Al-Haqqah: 5)

 

5. Pelajaran dari Kisah Kaum Tsamud

Kehancuran kaum Tsamud menjadi pelajaran bagi manusia agar tidak menentang perintah Allah. Rasulullah ﷺ pernah melarang para sahabat memasuki tempat tinggal kaum Tsamud tanpa menangis, karena tempat itu telah ditimpa azab.

Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَدْخُلُوا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ الْمُعَذَّبِينَ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ

“Janganlah kalian memasuki tempat orang-orang yang diazab, kecuali jika kalian menangis. Jika kalian tidak menangis, maka janganlah kalian memasukinya, agar tidak menimpa kalian seperti yang menimpa mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa ketika mengunjungi tempat-tempat seperti Madain Saleh, umat Islam harus melakukannya dengan rasa takut dan khusyuk, mengingat azab Allah yang pernah terjadi di sana.

Baca juga: Hukum Mengunjungi Al-Ula dalam Islam 

Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa dosa dan maksiat dapat mengundang bencana, seperti gempa bumi dan hilangnya keberkahan di muka bumi.

 

6. Kesimpulan

Kaum Tsamud binasa karena kesombongan dan kedurhakaan mereka terhadap Allah serta penolakan terhadap Nabi Saleh. Kisah mereka menjadi peringatan bagi manusia agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan tetap berada di jalan yang benar.

 

Kisah tentang kaum Tsamud di Surah Hud

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.” (QS. Hud: 61)

قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍ

“Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami”.” (QS. Hud: 62)

قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَءَاتَىٰنِى مِنْهُ رَحْمَةً فَمَن يَنصُرُنِى مِنَ ٱللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُۥ ۖ فَمَا تَزِيدُونَنِى غَيْرَ تَخْسِيرٍ

“Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian.” (QS. Hud: 63)

وَيَٰقَوْمِ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ

“Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat”. (QS. Hud: 64)

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا۟ فِى دَارِكُمْ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

“Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”.” (QS. Hud: 65)

فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَٰلِحًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَمِنْ خِزْىِ يَوْمِئِذٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْعَزِيزُ

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Hud: 66)

وَأَخَذَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (QS. Hud: 67)

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَآ ۗ أَلَآ إِنَّ ثَمُودَا۟ كَفَرُوا۟ رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّثَمُودَ

“Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS. Hud: 68)

 

Kisah Kaum Tsamud yang Disebutkan dalam Surah Asy-Syams

كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَىٰهَآ

“(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas.” (QS. Asy-Syams: 11)

إِذِ ٱنۢبَعَثَ أَشْقَىٰهَا

“Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka.” (QS. Asy-Syams: 12)

Syaikh As-Sa’di mengatatakan bahwa orang yang paling celaka di antara mereka adalah Qudar bin Salif yang diperintahkan oleh kaumnya untuk membunuh unta Allah. Syaikh Wahbah Az-Zuhaily, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, dan Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz Al-‘Awaji menyebutkan nama yang sama mengenai penyembelih unta Allah tersebut. Padahal unta betina ini adalah mukjizat Allah yang diberikan pada Nabi Saleh ‘alaihis salam atas permintaan kaumnya yang meminta unta tersebut keluar dari batu.

Dalam Tafsir Ibnu Katsri disebutkan:

Laki-laki itu adalah orang yang perkasa dan dimuliakan di antara mereka, mempunyai kemuliaan di antara kaumnya, terhormat dan menjadi pemimpin yang ditaati.

فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ ٱللَّهِ نَاقَةَ ٱللَّهِ وَسُقْيَٰهَا

Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (“Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya”.”

Kaum Tsamud mendustakan Nabi Shalih, maka beliau menampakkan mukjizat unta betina dan memperingatkan mereka agar tidak mengganggu unta itu dan menghalanginya dari meminum air di hari yang telah ditetapkan baginya; hal ini setelah kesepakatan Nabi Shalih dengan kaum mereka untuk memberi satu hari bagi unta betina itu untuk minum, dan di hari setelahnya giliran unta kaumnya. Akan tetapi mereka menyelisihi kesepakatan dengan nabi mereka, dan tidak mempedulikan peringatannya berupa azab dan kebinasaan.

فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنۢبِهِمْ فَسَوَّىٰهَا

“Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah),”

وَلَا يَخَافُ عُقْبَٰهَا

“Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.”

Maksudnya: Allah Maha Perkasa, tidak ada yang dapat menentang ketetapan-Nya. Azab yang menimpa orang-orang kafir itu tidak dapat ditolak seorangpun dan tidak ada yang mampu membalas-Nya.

 

Dosa adalah Penyebab Berbagai Bencana di Muka Bumi

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

وَمِنْ تَأْثِيرِ مَعَاصِي اللَّهِ فِي الْأَرْضِ مَا يَحِلُّ بِهَا مِنَ الْخَسْفِ وَالزَّلَازِلِ، وَيَمْحَقُ بَرَكَتَهَا، وَقَدْ «مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَلَى دِيَارِ ثَمُودَ، فَمَنَعَهُمْ مِنْ دُخُولِ دِيَارِهِمْ إِلَّا وَهُمْ بَاكُونَ، وَمِنْ شُرْبِ مِيَاهِهِمْ، وَمِنَ الِاسْتِسْقَاءِ مِنْ آبَارِهِمْ، حَتَّى أَمَرَ أَنْ لَا يُعْلَفَ الْعَجِينُ الَّذِي عُجِنَ بِمِيَاهِهِمْ لِلنَّوَاضِحِ، لِتَأْثِيرِ شُؤْمِ الْمَعْصِيَةِ فِي الْمَاءِ،» وَكَذَلِكَ شُؤْمِ تَأْثِيرِ الذُّنُوبِ فِي نَقْصِ الثِّمَارِ وَمَا تَرَى بِهِ مِنَ الْآفَاتِ. وَقَدْ ذَكَرَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ فِي ضِمْنِ حَدِيثٍ قَالَ: وُجِدَتْ فِي خَزَائِنَ بَعْضِ بَنِي أُمَيَّةَ، حِنْطَةٌ، الْحَبَّةُ بِقَدْرِ نَوَاةِ التَّمْرَةِ، وَهِيَ فِي صُرَّةٍ مَكْتُوبٌ عَلَيْهَا: كَانَ هَذَا يَنْبُتُ فِي زَمَنٍ مِنَ الْعَدْلِ، وَكَثِيرٌ مِنْ هَذِهِ الْآفَاتِ أَحْدَثَهَا اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِمَا أَحْدَثَ الْعِبَادُ مِنَ الذُّنُوبِ. وَأَخْبَرَنِي جَمَاعَةٌ مِنْ شُيُوخِ الصَّحْرَاءِ أَنَّهُمْ كَانُوا يَعْهَدُونَ الثِّمَارَ أَكْبَرَ مِمَّا هِيَ الْآنَ، وَكَثِيرٌ مِنْ هَذِهِ الْآفَاتِ الَّتِي تُصِيبُهَا لَمْ يَكُونُوا يَعْرِفُونَهَا، وَإِنَّمَا حَدَثَتْ مِنْ قُرْبٍ.

“Di antara dampak dari maksiat yang dilakukan manusia adalah terjadinya bencana di bumi, seperti tanah longsor dan gempa bumi, serta berkurangnya keberkahan.

Disebutkan dalam hadis bahwa Rasulullah ﷺ melewati perkampungan kaum Tsamud, lalu beliau melarang para sahabat untuk memasuki tempat tinggal mereka kecuali dalam keadaan menangis. Beliau juga melarang mereka meminum air dari sumur-sumur mereka atau menggunakan air itu untuk meminta hujan. Bahkan, beliau memerintahkan agar adonan yang telah dicampur dengan air mereka tidak diberikan kepada hewan ternak, karena air tersebut telah terkena dampak buruk akibat maksiat yang dilakukan oleh penduduknya.

Begitu pula dampak buruk dosa terhadap hasil panen dan buah-buahan, yang menyebabkan munculnya berbagai penyakit dan hama.

Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitab Musnad-nya bahwa di salah satu perbendaharaan milik Bani Umayyah ditemukan sebutir gandum sebesar biji kurma. Gandum tersebut disimpan dalam sebuah kantong yang bertuliskan: “Dahulu, gandum sebesar ini tumbuh di zaman yang penuh dengan keadilan.” Banyak penyakit dan hama yang muncul akibat dosa-dosa yang dilakukan manusia.

Beberapa ulama dari daerah padang pasir mengisahkan bahwa mereka pernah melihat buah-buahan berukuran lebih besar daripada yang ada sekarang, serta tidak mengenal banyak hama dan penyakit yang kini menyerang tanaman. Semua itu baru terjadi belakangan akibat banyaknya dosa dan maksiat yang dilakukan manusia.”

Baca juga: Dampak Buruk Maksiat – Pelajaran dari Ibnul Qayyim

 

 

1 Ramadhan 1446 H @ Pesantren Darush Sholihin

Dr. Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prove your humanity: 9   +   3   =  

Back to top button