Manusia Tidak Mengetahui Akhir Sesuatu, Hanya Allah Yang Maha Mengetahui
Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita. Kita sebagai manusia asalnya tidak mengetahui kesudahan di balik sesuatu.
Baca juga: Yang Nilai Baik dan Buruk adalah Allah, Bukan dari Manusia (Pahami Takdir Allah Selalu Indah!)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Fawaid berkata sebagai berikut.
“Allah Ta’ala berfirman,
ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Arab-Latin: Wa ‘asā an takrahụ syai`aw wa huwa khairul lakum, wa ‘asā an tuḥibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya’lamu wa antum lā ta’lamụn
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Masih tentang surah Al-Baqarah ayat 216. Di dalam ayat ini terkandung banyak hikmah, rahasia, dan kemaslahatan bagi seorang hamba. Di antaranya adalah apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintai. Sebaliknya, sesuatu yang dicintainya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dibenci. Maka ia tidak akan merasa aman dari bahaya pada saat dianugrahi kebahagiaan. Begitu pula, ia tidak akan putus asa untuk memperoleh kebahagiaan ketika ditimpa kesulitan. Hamba itu bersikap demikian karena ia tidak mengetahui kesudahan di balik semua itu. Hanya Allah yang Mengetahuinya sebagaimana Allah mengetahui hal-hal lainnya yang tidak diketahui oleh hamba-Nya.
Pengetahuan seorang hamba bahwa sesuatu yang dibenci terkadang mendatangkan sesuatu yang dicintai dan sesuatu yang dicintai terkadang mendatangkan sesuatu yang dibenci, ini semua menuntutnya untuk melakukan: (1) melaksanakan perintah Allah meskipun terasa berat, (2) menyerahkan semua urusan kepada Allah, (3) mengosongkan hati dari segala kesibukan.”
Pelajaran Penting: Allah Yang Tahu Akhir Segala Sesuatu, Bukan Manusia
Coba direnungkan ayat berikut,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab tafsirnya (Tafsir As-Sa’di, hlm. 970) menjelaskan tentang ayat ini,
َيُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ طَبِيْعَةِ الإِنْسَانِ مِنْ حَيْثُ هُوَ، وَأَنَّهُ جَاهِلٌ ظَالِمٌ، لاَ عِلْمَ لَهُ بِالعَوَاقِبِ، يَظُنُّ الحَالَة الَّتِي تَقَعُ فِيْهِ تَسْتَمِرُّ وَلاَ تَزُوْل،
“Allah mengabarkan tabiat manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh dan zalim, yang tidak mengetahui akhir berbagai hal. Ia mengira kondisi yang ada padanya akan terus berlanjut dan tidak akan hilang.” Artinya, ia mengira bahwa kalau saat ini hidup susah, maka akan hidup susah selamanya. Padahal tidak seperti itu.
Baca juga: Diluaskan dan Disempitkan Rezeki
Referensi:
- Al-Fawaid. Cetakan keenam, Tahun 1431 H. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Tahqiq dan Takhrij: Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari. Penerbit Maktabah Ar-Rusyd. hlm. 203.
- Fawaid Al-Fawaid. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Tahqiq dan Takhrij: Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari. Penerbit Dar Ibn Al-Jauzi. hlm. 174.
- Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
–
Pesan buku “TAKDIR ALLAH SELALU BAIK” di Rumaysho Store 085200171222 atau 082136267701, ada juga di shopee Rumayshostore1 dan tokopedia Rumayshostore.
—
Sabtu pagi, 11 Syawal 1445 H, 20 April 2024
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com