Amalan

Doa Agar Nikmat Tidak Hilang dan Musibah Tidak Datang Secara Mendadak

Doa ini bagus sekali dihafalkan agar nikmat tidak hilang secara mendadak, dan musibah tidak datang tiba-tiba.

 

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa), Bab 250. Keutamaan Doa

Hadits #1478

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : كَانَ مِن دُعَاءِ رسُولِ الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوالِ نِعْمَتِكَ، وتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وفُجَاءةِ نِقْمَتِكَ ، وَجَميْعِ سَخَطِكَ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ‘ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI’MATIK, WA TAHAWWULI ‘AAFIYATIK, WA FUJAA’ATI NIQMATIK, WA JAMII’I SAKHOTHIK’ (Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu).’” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2739]

 

Faedah Hadits

 

Pertama: Maksud doa adalah meminta kepada Allah agar nikmat keselamatan (al-‘aafiyah) tidak berubah menjadi bencana (al-balaa’).

Kedua: Dalam doa di atas juga, kita meminta perlindungan dari musibah yang datang tiba-tiba tanpa ada sebab, itulah yang disebut fuja-ah niqmatik.

Ketiga: Wajib bagi kita mensyukuri nikmat karena dengan syukur, nikmat akan bertambah. Sedangkan kufur nikmat menyebabkan nikmat itu hilang.

Keempat: Di antara bentuk musibah (al-balaa’) adalah hilangnya nikmat secara total atau nikmat berganti dengan musibah.

Kelima: Hilangnya nikmat secara mendadak lebih berbahaya daripada hilangnya nikmat secara perlahan.

Keenam: Hilangnya nikmat secara mendadak tanda tindakan melampaui batas seorang hamba dan semakin bertambah kedurhakaan kepada Allah.

Ketujuh: Hilangnya nikmat secara bertahap adalah sebagai peringatan bagi hamba supaya terus bisa muhasabahdiri, dan agar hubungan hamba dengan Allah bertambah menjadi lebih baik. Itulah bentuk kelemahlembutan Allah pada hamba-Nya, agar hamba tersebut bertaubat, dan kembali kepada Rabbnya.

Kedelapan: Wajib menjauhi segala hal yang Allah murkai baik yang nampak maupun tersembunyi, baik secara global (ijmal) maupun terperinci (tafshil).

 

Referensi:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

 

 


 

Disusun di perjalanan Panggang – Jogja, 22 Dzulqa’dah 1440 H (25 Juli 2019, Kamis sore)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button