Shalat

Manhajus Salikin: Sifat Shalat Nabi, Membaca Surat yang Panjang dan Pendek

Apa saja surat yang dibaca Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa selalu surat panjang? Kita lihat dari penjelasan Manhajus Salikin berikut ini.

 

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Manhajus Salikin,

وَيَقْرَأُ مَعَهَا فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُوْلَيَيْنِ مِنَ الرُّبَاعِيَّةِ وَالثُّلاَثِيَّةِ سُوْرَةً ، تَكُوْنُ فِي الفَجْرِ مِنْ طِوَالِ المُفَصَّلِ ، وَفِي المَغْرِبِ مِنْ قِصَارِهِ ، وَفِي البَاقِي مِنْ أَوْسَاطِهِ

“Kemudian membaca setelah Al-Fatihah, satu surah lainnya di dua rakaat pertama dari shalat tiga dan empat rakaat. Surah yang dituntunkan untuk dibaca:

a- Shalat Shubuh dengan surah thiwalil mufashshal.

b- Shalat Maghrib dengan surah qisharil mufashshal.

c- Shalat wajib lainnya dengan surah awsathil mufashshal.

 

Panjang dan Pendeknya Surah yang Dibaca

 

Surah thiwalil mufashshal adalah mulai dari surah Qaaf hingga surah Al-Mursalaat. Surah qisharil mufashshal adalah mulai dari surah Adh-Dhuha hingga akhir Al-Quran. Sedangkan surah awsathil mufashshal adalah mulai dari surah An-Naba’ hingga surah Al-Lail.

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullah berkata, “Surah yang dibaca setelah Al-Fatihah adalah bisa satu surah utuh atau sebagiannya saja dari awal, pertengahan atau akhir, itu pun sah.” (Ibhaj Al-Mu’minin, 1:143).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari membaca Al-Fatihah, beliau membaca surah lainnya. Kadang beliau baca bacaan yang panjang. Kadang beliau memperingannya karena maksud safar atau hajat lainnya. Kadang pula beliau membaca bacaan yang pertengahan (tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek). Yang terakhir inilah yang umumnya beliau lakukan.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:202)

Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Seusai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Ashar, salah seorang di antara kami pulang ke rumahnya yang terletak di pinggir kota Madinah dan saat itu matahari masih sangat panas terik. Beliau suka mengakhirkan shalat Isya, tidak menyukai tidur sebelumnya dan berbincang-bincang setelahnya. Beliau pulang dari shalat Shubuh saat seseorang dapat mengenali siapa yang duduk di sampingnya.

وَيَقْرَأُ بِالسِّتِّينَ إِلَى اَلْمِائَةِ

Beliau membaca sekitar 60 hingga 100 ayat Al-Qur’an pada shalat Shubuh.” (HR. Bukhari, no. 547, 640)

Adapun dalil membaca surah yang panjang dan pendek seperti yang disebutkan tadi,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلاَةً بِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ فُلاَنٍ. فَصَلَّيْنَا وَرَاءَ ذَلِكَ الإِنْسَانِ وَكَانَ يُطِيلُ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَيُخَفِّفُ فِى الأُخْرَيَيْنِ وَيُخَفِّفُ فِى الْعَصْرِ وَيَقْرَأُ فِى الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ وَيَقْرَأُ فِى الْعِشَاءِ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَأَشْبَاهِهَا وَيَقْرَأُ فِى الصُّبْحِ بِسُورَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah shalat di belakang seseorang yang shalatnya mirip dengan shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada yang lainnya. Kami shalat di belakangnya dan ia memanjangkan dua rakaat pertama dari shalat Zhuhur dan memperingan dua rakaat terakhirnya. Sedangkan shalat Ashar lebih diperingan dari shalat Zhuhur. Adapun shalat Maghrib dibacakan surah qishorul mufasshol. Pada shalat Isya dibacakan surah Asy-Syams dan yang semisal dengannya. Adapun shalat Shubuh dibacakan dua surah yang panjang.” (HR. An-Nasa’i, no. 983. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Semoga bermanfaat.

 

Referensi:

  1. Ghayah Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin. Cetakan pertama, Tahun 1434 H. Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin ‘Abdurrahman Az-Zauman. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Ibhaj Al-Mu’minin bi Syarh Manhaj As-Salikin. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al-Jibrin. Penerbit Madarul Wathon.
  3. Syarh Manhaj AsSalikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
  4. Zaad Al-Ma’ad fii Hadyi Khoir Al-‘Ibad. Cetakan keempat, tahun 1425 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Diselesaikan di #Dasinem Pogung Dalangan, 5 Syaban 1440 H (11 April 2019, Kamis sore)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button