Manhajus Salikin: Syarat Shalat, Menghadap Kiblat
Kita diperintahkan untuk shalat menghadap kiblat. Apa yang dimaksud kiblat? Kita bisa pahami dari tulisan berikut ini yang bersumber dari kitab Manhajus Salikin karya Syaikh As-Sa’di.
# Fikih Manhajus Salikin karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Manhajus Salikin,
وَمِنْهَا: اِسْتِقْبَالُ اَلْقِبْلَةِ:
قَالَ تَعَالَى: { وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ اَلْمَسْجِدِ اَلْحَرَامِ } اَلْبَقَرَةِ: 150
“Di antara syarat shalat lainnya adalah menghadap kiblat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.’ (QS. Al-Baqarah: 150)”
Apa itu Kiblat?
Kiblat secara bahasa artinya jihhah (arah). Secara syar’i berarti menghadap Ka’bah musyarrafah (yang dimuliakan).
Kisah Menghadap Baitul Maqdis
Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat sekitar sepuluhan bulan menghadap Baitul Maqdis setelah beliau tiba di Madinah. Orang Yahudi lantas senang akan hal itu. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senang menghadap Baitul Maqdis karena menyukai kiblatnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Setelah itu beliau berdoa kepada Allah, menengadah ke langit, berharap supaya Jibril turun dan mendatangkan jawaban atas yang diminta. Kemudian turunlah firman Allah,
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖفَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚفَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚوَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah: 144)
Dengan ayat di atas, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menghadap Ka’bah. Karena pengalihan ini, orang Yahudi lantas mengatakan, ia sebenarnya rindu menghadap kiblat bapaknya Ibrahim, namun kenapa ia tinggalkan kiblat tersebut. Ia shalat menghadap ke arah ini, lalu berpaling ke arah lain. Kaum musyrikin menanggapi dengan mengatakan, Muhammad telah rancu dan ragu akan agamanya sendiri. Sedangkan orang munafik menyatakan, kenapa sampai ia berpaling, ia shalat menghadap satu arah pada satu waktu dan beralih ke arah lainnya pada waktu lainnya. Kemudian Allah menurunkan ayat,
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚقُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus“.” (QS. Al-Baqarah: 142)
Menghadap Qiblat itu Syarat Sah Shalat
Tidak ada beda pendapat di antara para ulama bahwa menghadap Ka’bah dalam shalat merupakan syarat sahnya shalat, ini berlaku bagi yang mampu menghadapnya sebagaimana disebutkan dalam ayat (yang artinya), “Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah: 144)
Bagi yang mampu menghadap kiblat, maka tidak sah jika tidak menghadapnya. Demikian ijmak kaum muslimin.
Pembahasan ini akan berlanjut insya Allah. Semoga Allah menambah kita ilmu yang bermanfaat.
Referensi:
- Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait, 32:301-302.
- Ghayah Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin. Cetakan pertama, Tahun 1434 H. Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin ‘Abdurrahman Az-Zauman. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
—
Disusun Kamis sore, 27 Rabi’ul Akhir 1440 H di #darushsholihin
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Bagaimana jika sholat berjamaah dgn kiblat kebanyakan masjid skrg yg tidak tepat menghadap ka’bah/masjidil harom?
Tunggu bahasan selanjutnya di Rumaysho.Com, bahasan kiblat ini masih berlanjut.