Shalat Tarawih Tiap 4 Raka’at Salam
Sebagian orang ada yang mengerjakan shalat tarawih tiap 4 raka’at salam, yang lainnya dengan 2 raka’at salam. Tidak sedikit pula di antara para pengunjung rumaysho.com yang mengajukan pertanyaan tentang shalat tarawih tiap 4 raka’at salam, dibolehkan ataukan tidak. Lantas bagaimanakah tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebenarnya? Bagaimana pula para ulama memahami hal ini? Apakah lebih bagus dua raka’at salam? Semoga Allah memudahkan untuk membahas hal ini.
Hadits Yang Membicarakan Shalat Tarawih Tiap 4 Raka’at
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat 4 raka’at, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat 4 raka’at lagi, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya.”[1]
Shalat Tarawih 2 Raka’at Salam
Para pakar fiqih berpendapat bahwa shalat tarawih dilakukan dengan salam setiap dua raka’at. Karena tarawih termasuk shalat malam. Sedangkan shalat malam dilakukan dengan dua raka’at salam dan dua raka’at salam. Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى
“Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.”[2]
Maksud Shalat Tarawih 4 Raka’at Salam
Sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Baththol rahimahullah, beliau berkata, “Adapun maksud perkataan ‘Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat empat raka’at dan janganlah ditanyakan bagus lagi panjangnya, kemudian beliau mengerjakan shalat empat raka’at lagi, lalu beliau kerjakan tiga raka’at; maka hal ini sudah dijelaskan ketika kami membahas masalah witir, yaitu dalam hadits lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Shalat malam itu dua raka’at salam dua raka’at salam”. Hadits kedua ini menafsirkan dan menjadi penegas bagi hadits yang masih bersifat mujmal (global). Dan telah ada keterangan lain dalam jalur hadits lainnya, diriwayatkan dari Abu Dzi’b, dari Ibnu Syihab, dari ‘Aisyah, beliau berkata,
كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يصلى بالليل إحدى عشرة ركعة بالوتر، يسلم بين كل ركعتين.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat malam sebanyak 11 raka’at dan sudah termasuk witir dan beliau salam setiap dua raka’at.”
Sebagian ulama ada yang mengatakan, maksud ‘Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat empat raka’at salam, empat raka’at salam, yaitu beliau biasa tidur sebentar ketika menyelesaikan empat raka’at, lalu beliau melaksanakan shalat lagi setelah tidur sesaat. Setelah itu beliau tidur lagi barang sesaat, kemudian beliau berdiri lagi dan melanjutkan dengan witir tiga raka’at. Yang beralasan seperti ini berdalil dengan hadits Al Laits, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Ya’la, dari Ummu Salamah, bahwa beliau mensifati shalat malam dan bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu,
كان يصلى ثم ينام قدر ما صلى، ثم يصلى قدر ما نام، ثم ينام قدر ما صلى، ثم يقوم فيوتر.
“Beliau shalat kemudian beliau tidur selama waktu ia shalat tadi. Kemudian beliau shalat lagi selama waktu ia tidur tadi. Lalu beliau tidur kembali selama waktu beliau shalat. Lalu beliau berdiri untuk melaksanakan witir.”[3]
Melengkapi pernyataan Ibnu Baththol di atas, yang dimaksudkan oleh ‘Aisyah dijelaskan pula dalam riwayat Muslim bahwa ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat antara shalat ‘Isya’ (biasa disebut ‘atamah) dan shalat Shubuh sebanyak 11 raka’at. Beliau salam setiap dua raka’at dan berwitir dengan satu raka’at.”[4]
Penjelasan di atas dengan sangat jelas menerangkan bahwa shalat malam yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah setiap dua raka’at salam.
Pendapat Para Ulama Mengenai Shalat Malam yang Tidak Salam Setiap Dua Raka’at
Dalam masalah ini, para ulama berselisih pendapat.
Pertama: Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa jika seseorang shalat tarawih langsung seluruhnya dengan sekali salam, maka shalatnya sah. Namun menurut Muhammad –salah seorang ulama besar Hanafiyah-, shalatnya tidak sah. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan Abu Yusuf, shalatnya tetap sah.
Kedua: Ulama Malikiyah berpendapat bahwa disunnahkan bagi siapa saja yang menjalankan shalat tarawih untuk salam setiap kali dua raka’at. Dan dimakruhkan mengakhirkan salam setelah empat raka’at. Dimakruhkan pula jika seseorang mengerjakan shalat empat raka’at sekaligus dengan sekali salam. Yang paling afdhol adalah salam setiap kali dua raka’at.
Ketiga: Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa seandainya seseorang melaksanakan shalat tarawih empat raka’at dengan sekali salam, shalatnya tidak sah. Shalatnya batal jika sengaja melakukannya dan mengetahui hal ini. Jika tidak batal, minimal yang ia kerjakan hanyalah shalat sunnah mutlak. Bisa seperti ini karena shalat tarawih mirip dengan shalat fardhu karena sama-sama dilaksanakan secara berjama’ah. Maka seharusnya tidak diubah sesuai yang diajarkan.[5]
Adapun ulama Hanabilah tidak memiliki pendapat dalam masalah ini.[6]
Menguatkan Pendapat
Berdasarkan dalil yang telah kami kemukakan di atas dan juga penjelasan dari Ibnu Baththol rahimahullah bahwa yang tepat untuk shalat malam adalah dua raka’at salam dan dua raka’at salam. Inilah yang lebih afdhol.
Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi ketika menjelaskan hadits “shalat sunnah malam dan siang itu dua raka’at, dua raka’at”, beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud hadits ini bahwa yang lebih afdhol adalah mengerjakan shalat dengan setiap dua raka’at salam baik dalam shalat sunnah di malam atau siang hari. Di sini disunnahkan untuk salam setiap dua raka’at. Namun jika menggabungkan seluruh raka’at yang ada dengan sekali salam atau mengerjakan shalat sunnah dengan satu raka’at saja, maka itu dibolehkan menurut kami.”[7]
Oleh karena itu, jika kita mengerjakan shalat tarawih (plus witir) 11 raka’at, maka lebih bagus dengan pola 2-2-2-2-3. Untuk witir bisa dilakukan dengan 2 raka’at salam plus 1 raka’at salam, atau 3 raka’at sekaligus salam.
Demikian penjelasan singkat dan sebagai jawaban dari beberapa pertanyaan yang ada. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Disusun di Panggang-GK, 3 Ramadhan 1431 H (12 Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
Baca Juga:
- Bisa Rutin Shalat Tarawih, Sulit Rutin Berjamaah Shubuh di Masjid
- Keutamaan dan Catatan Mengenai Fikih Shalat Tarawih
[1] HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738.
[2] HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749.
[3] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 5/155.
[4] HR. Muslim no. 736, dari ‘Aisyah.
[5] Kami pun menemukan penjelasan yang sama sebagaimana dalam kitab salah satu ulama Syafi’iyah, Kifayatul Akhyar fii Halli Ghoyatil Ikhtishor, Taqiyuddin Abu Bakr Muhammad Al Husaini Al Hushni Ad Dimasyqi Asy Syafi’i, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, cetakan tahun 1422 H, hal. 138.
[6] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9640, index “Shalat Tarawih”, point 13.
[7] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan ketiga, 1392, 6/30.
Doa apa ada mudhorotnya bro…ada dalil yg melarang doa setelah solat sunnah…pakai nalar juga bro
Pake nalar donk bro…! Yang dimaksud adalah “doa khusus”!!!! Sebagaimana saat ini seolah-olah doa setiap 2 rakaat tarawih adalah menjadi rukun. Sehingga bila tidak dilaksanakan jadi tidak sreg dan kurang lengkap. Seolah ia menjadi syariat baru yang harus dijalankan.
setuju sama bro Borya
maksudnya supaya tidak menyalahi syariah dan mengkhususkan suatu tata ibadah yg tidak ada dalilnya yg takutnya bisa jadi bid’ah
bro moh.bisri makanya jangan kepinteran yah, saking pinternya pakai nalar, Anda jadi tidak bisa menalar maksud dari kalimat pa ustad
wajar kalau umat muslim di Indonesia semakin rusak, karna banyak umatnya yg merasa paling pintar dan paling benar seperti Anda itu moh.bisri
Assalamu’alaikum, ustadz yang artikel panduan sholat witir saya klik kok malah kembali ke halaman depan ya? Saya hendak baca juga. Jazakallahu khair.
Di tempat ana (kal-sel), sholatnya taraweh terlampau cepat tidak tuma’ninah, namun ana tetap mengikuti imam. Tapi apakah sholatnya sah dan ana dapat pahala maximal, sementara baca Al-Fatehah saja tidak sempat??
Terbesit di pikiran ana:
1.Sholat Isya berjamaah lalu pulang dan taraweh di rumah
2.Sholat Isya + taraweh bersama imam 11 rekaat lalu ditambah lagi di rumah jadi 23 rekaat.
Bagaimana sebaiknya ya ustadz, ana dan beberapa teman juga mendiskusikannya.
Sebaiknya antum cari masjid lain, jika tdk ada silakan shalat di rumah. Shalat isya’ sj yg antum shalat di masjid. Silakan baca di sini:
https://rumaysho.com/hukum-islam/shalat/2684-imam-terlalu-cepat-dalam-shalat-tarawih-.html
Bagaimana jika imam ttp melakukan shalat tarawih dg salam stiap 4 rakaat? Apakah qt hrs mncari tempat lain atw shalat sendiri di rumah?
Tetap bermakmum di belakangnya, itu lebih baik.
Ustad apakah ada doa khusus setiap 2 rakaat taraweh, setelah taraweh dan setelah witir?
Ulama Hambali katakan bahwa tidak ada doa khusus ketika itu. Sdgkn kaum muslimin yg mempraktekannya saat ini tdk pernah menunjukkan dalil yg kuat dalam masalah ini. Pdhl kita telah ketahui bersama bhw ibadah harus dibangun di atas dalil.