Teladan

Faedah Sirah Nabi: Masih Kisah Dakwah ke Thaif, Ketika Jin Mendengar Al-Quran

Sekarang kisah terakhir dakwah ke Thaif, saat itu jin mendengarkan Al-Qur’an yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Baca juga: Kisah Jin Mendengar Al-Qur’an Lantas Berdakwah kepada Kaumnya

 

Pada malam itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan qiyamul lail (shalat malam), maka datang kepadanya sekelompok bangsa jin, mereka mendengarkan dengan seksama bacaan beliau, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka sehingga Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآَمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32)

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata’.” (QS. Al-Ahqaf: 29-32)

Ketika perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mendekati kota Makkah, berkatalah Zaid bin Haritsah kepadanya, “Bagaimana engkau memasuki Makkah, sementara mereka (orang Quraisy) telah mengusirmu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan yang kamu alami ini, dan sesungguhnya Dia akan menolong agama-Nya dan memenangkan Nabi-Nya.”

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Al-Akhnas bin Syureiq untuk memberikan suaka (perlindungan) kepada beliau, tetapi ia Al-Akhnas meminta maaf, lalu beliau meminta suaka kepada Suhail bin Amr, ia pun meminta maaf. Kemudian beliau meminta suaka kepada Al-Muth’im bin Adi dan dia bersedia memberikan suaka itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tetap mengingat jasa baik Al-Muth’im ini, sehingga ketika ada permasalahan tentang tawanan perang Badar, beliau mengatakan,

لَوْ كَانَ الْمُطْعِمُ بْنُ عَدِىٍّ حَيًّا ، ثُمَّ كَلَّمَنِى فِى هَؤُلاَءِ النَّتْنَى ، لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ

Seandainya Al-Muth’im bin Adiy masih hidup, lalu dia membicarakan persoalan tawanan ini kepadaku, niscaya akan aku serahkan urusan mereka kepadanya.” (HR. Bukhari, no. 3139)

Nantikan pembahasan berikutnya tentang pelajaran dari dakwah ke Thaif.

 

Referensi:

Fiqh As-Sirah.Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr.Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 

Artikel yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button