Keutamaan Meninggalkan Jual Beli Saat Azan Jumat untuk Meraih Rezeki Berkah
Allah Ta’ala menjelaskan bahwa rezeki yang Allah jamin untuk hamba-Nya tidak akan salah alamat, bahkan ketika mereka meninggalkan aktivitas duniawi untuk memenuhi panggilan-Nya. Perintah untuk meninggalkan jual beli saat azan Jumat menjadi pengingat bahwa rezeki tetap datang, terutama bagi mereka yang bertakwa dan menjadikan Allah sebagai prioritas dalam kehidupannya.
Rezeki dan Perintah Meninggalkan Jual Beli saat Jumat
Allah berfirman dalam surah Al-Jumu’ah:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Ayat ini mengandung perintah agar umat Islam meninggalkan segala bentuk jual beli ketika mendengar panggilan shalat Jum’at. Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa maksud perintah ini bukan hanya soal meninggalkan perdagangan, tetapi mengarahkan hati dan pikiran sepenuhnya kepada ibadah. Menurut beliau, perintah bersegera adalah ajakan untuk menjadikan shalat sebagai puncak kesibukan saat itu, dengan segera menuju shalat tanpa terlarut dalam urusan duniawi.
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Dalam ayat ini, Allah mengizinkan hamba-Nya untuk kembali beraktivitas mencari rezeki setelah shalat selesai. Namun, mereka diingatkan agar tidak melalaikan Allah dalam proses tersebut. Syaikh As-Sa’di menekankan pentingnya mengingat Allah di setiap keadaan, karena banyak mengingat Allah merupakan kunci keberuntungan sejati.
وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 11)
Ayat ini menggambarkan kejadian ketika kaum Muslimin Madinah berbondong-bondong meninggalkan khutbah Jum’at untuk menyambut karavan dagang. Allah memperingatkan bahwa harta dunia bukanlah tujuan utama hidup. Apa yang di sisi Allah berupa pahala jauh lebih baik daripada kesenangan atau perdagangan sesaat.
Bersabar dalam Ketaatan dan Rezeki dari Arah Tak Terduga
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ah Al-Fatawa menafsirkan ayat lain yang serupa:
وَمَنْ يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Menurut Ibnu Taimiyah, ayat ini mengandung janji bahwa Allah akan membuka jalan keluar dan memberikan rezeki bagi orang yang bertakwa dari sumber yang tidak mereka duga. Mereka yang bertakwa akan mendapatkan rezeki yang murni dan halal tanpa campur tangan dari sumber yang haram atau kotor. Orang bertakwa tidak akan dibiarkan tanpa rezeki, meski mungkin mereka tidak diberikan kemewahan dunia yang berlebihan sebagai bentuk rahmat dari Allah. Sebaliknya, rezeki orang yang tidak bertakwa bisa diperoleh dengan cara yang sulit atau tidak berkah.
Baca juga: Orang Bertakwa Tidak Pernah Miskin