Bukan Cinta Sejati
Ibnul Qayyim dalam bukunya “Taman Orang yang Jatuh Cinta” atau dalam kitab arabnya disebut dengan “Roudhotul Muhibbin” menerangkan tentang akibat dari hubungan intim yang tidak halal seperti yang kita saksikan saat ini di tengah-tengah muda-mudi yang memadu kasih lewat pacaran. Bahkan sex before marriage jadi hal yang lazim bagi orang yang ingin membuktikan cinta pada kekasihnya. Padahal hubungan seperti ini sebenarnya bukan cinta sejati dan termasuk dosa besar yang dimurkai Allah.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata,
“Sejatinya hubungan intim (jima’ atau bersetubuh) yang tidak halal malah bisa merusak rasa cinta. Bahkan rasa cinta tersebut bisa berakhir benci dan permusuhan. Inilah yang telah kita saksikan dalam kenyataan. Setiap cinta yang tidak didasari cinta karena Allah maka akan berakhir dengan kebencian. Ini jika cinta yang tidak didasari atas takwa bagaimanakan lagi jika dilakukan dengan menerjang dosa besar (seperti zina)?! Allah Ta’ala berfirman,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Persaudaraan pada hari ini (hari kiamat) saling bermusuhan kecuali orang-orang bertakwa” (QS. Az Zukhruf: 67).
Adapun hubungan intim yang halal malah itu menambah cinta. Jika keinginan orang yang mencinta telah dicapai, ia lantas merasakan nikmatnya dan lezatnya, sehingga rasa cinta pun bertambah. (Roudhotul Muhibbin, cet Dar Ibnu Katsir, hal. 127-128).
Ayat yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim di atas menunjukkan bahwa khullah, persaudaraan yang tulus atau ikatan cinta yang tulus bisa langgeng hingga akhirat asal didasari cinta karena Allah. Sedangkan seks di luar nikah bukanlah atas dasar cinta karena Allah, namun cinta yang didasari nafsu belaka. Sehingga mengapa mesti membuktikan cinta lewat jalan yang Allah haramkan? Perlu diketahui -wahai para remaja-, cinta yang diridhoi Allah adalah cinta lewat jalur yang sah, yaitu pernikahan, bukan lewat pacaran. So … say no for girl friends.
Baca tulisan Rumaysho.Com yang telah berlalu: Sex Before Marriage, Bukan Cinta Sejati.
Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk terbebas dari zina dan dari segala jalan menuju zina.
—
Ditulis oleh seorang pemuda yang sudah berkeluarga dengan tiga anak (Rumaysho, Ruwaifi’ dan Ruqoyyah).
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, di pagi hari, 10 Sya’ban 1434 H
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
assalamu’alaikum ustad saya mau tanya studi kasus yang sedang menjadi
dilema 2 Insan hamba allah, begini ceritanya; “Ada seorang gadis cantik
yang ada tanda2 kesholehan pada dirinya yang berumur 20-an tahun dan
masih duduk di bangku kuliah semester 5. Dia anak pertama dari 3
bersaudara dan ibunya adalah seorang janda. Gadis ini punya
prinsip/watak patuh pada perintah ibunya pada hal2 yang baik. Kemudian
pada suatu ketika ada seorang pemuda berusia 30-an thn
bertampang/berperawakan standar (tidak jelek dan tidak ganteng, sdh
mapan dalam pekerjaan/ekonomi dan berpendidikan) yang InsyaAllah juga
ada tanda2 kesholehan pada dirinya dan berkeInginan kuat untuk membina
keluarga sakinah/islami. Pemuda ini mendatangi ibu sang gadis untuk
berniat melamar putrinya. Sang ibu memberikan respon positif terhadap
niat baik pemuda tersebut dan sang ibu segera berkomunikasi dengan
putrinya. Namun al-hasil secara lisan putrinya memberikan jawaban bahwa
dia baru mau menikah sktr 4 tahun lagi (ini adalah jawaban secara lisan
dan tidak diketahui dengan pasti apakah ini hanya alasan untuk menutupi
isi hatinya bahwa dia tidak cinta dengan pemuda tersebut ataukah memang
benar2 sperti apa yang telah diucapkannya)? mengetahui jawaban lisan
dari sang gadis akhirnya pemuda ini bersabar menunggu dan selalu melobi
sang ibu agar terus membujuk putrinya agar segera mau di nikahi sang
pemuda dalam waktu dekat (sebelum 4 thn)? Pertanyaannya adalah; 1) Sah
atau tidak pernikahannya apabila si gadis ini benar2 mau menikah dengan
pemuda tersebut karna bujukan/nasehat ibu dan ingin membahagiakan sang ibu?, 2) Sah atau tidak pernikahannya apabila si gadis ini ternyata
dalam hatinya tidak mencintai sang pemuda dan hanya ingin
menuruti/berbakti/membahagiakan ibunya, akan tetapi dalam ucapan
lisannya si gadis ini bersedia diNikahi sang pemuda ? 3) Sah atau tidak pernikahannya apabila si gadis ini dalam hatinya tidak cinta pada pemuda tersebut akan tetapi dia berusaha untuk mencoba mencintai sang pemuda karna (“witing tresno jalaran seko kulino”), namun yang jadi alasan utama adalah si gadis ingin menuruti keinginan sang ibu sebagai bentuk berbakti kepadanya ? syukron, mohon
penjelasnya…?